Geser Kebawah
HeadlinePasarSaham

IHSG Anjlok 0,88%, Pasar Dibayangi Konflik dan Suku Bunga

72
×

IHSG Anjlok 0,88%, Pasar Dibayangi Konflik dan Suku Bunga

Sebarkan artikel ini
IHSG Anjlok 0,88%, Pasar Dibayangi Konflik dan Suku Bunga
IHSG melemah 0,88% ke 6.907,138 dengan akumulasi penurunan mingguan 3,61%. Geopolitik dan suku bunga jadi tekanan utama pasar.

Tekanan Global Seret IHSG Turun, Investor Tunggu Arah Geopolitik

JAKARTA, BursaNusantara.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup dalam zona merah pada perdagangan Jumat, 20 Juni 2025, dengan penurunan sebesar 61,501 poin atau 0,88% ke level 6.907,138.

Pelemahan ini menambah catatan negatif IHSG secara mingguan, yang telah terkoreksi hingga 3,61% hanya dalam lima hari perdagangan.

Sponsor
Iklan

Volume transaksi yang terjadi tercatat sebesar 35,2 miliar saham dengan total nilai Rp 22,5 triliun.

Sebanyak 386 saham melemah, 231 saham menguat, dan 190 lainnya tidak mengalami perubahan harga.

Tensi Global dan Penundaan Suku Bunga Tekan Psikologi Pasar

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai bahwa tekanan jual yang tinggi menjadi pemicu utama pelemahan IHSG dalam sepekan terakhir.

Ia menjelaskan bahwa sejumlah sentimen global menambah tekanan, termasuk memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah dan lonjakan harga minyak mentah dunia.

Bank sentral dari tiga negara besar Bank Indonesia, Federal Reserve AS, dan People’s Bank of China turut menahan suku bunga acuannya.

Kebijakan ini mencerminkan kehati-hatian terhadap risiko ekonomi global yang belum mereda.

Selain itu, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,4% juga menjadi sorotan pelaku pasar.

Sinyal The Fed dan Konflik Iran Picu Kekhawatiran Baru

Maximilianus Nico Demus dari Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut dua penyebab dominan dalam pelemahan IHSG minggu ini.

Pertama, meningkatnya eskalasi konflik antara Israel dan Iran yang kini mengarah pada potensi intervensi militer oleh Amerika Serikat.

Kedua, keputusan The Fed yang belum menurunkan suku bunga acuan, meskipun pasar telah mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter sejak awal tahun.

Menurut Nico, fokus pasar sebenarnya bukan lagi pada suku bunga, melainkan pada risiko perlambatan ekonomi yang kini semakin nyata.

Ia mencatat adanya potensi kenaikan inflasi dan tingkat pengangguran di AS yang diperkirakan mencapai 4,5% tahun ini.

Peluang Rebound Terbatas, Sentimen Senin Masih Geopolitik

Untuk perdagangan awal pekan depan, Senin 23 Juni, Herditya memprediksi adanya potensi penguatan terbatas.

IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 6.894 dan resistance di 6.981.

Investor akan mencermati perkembangan geopolitik Timur Tengah sebagai pemicu utama sentimen di pasar keuangan.

Konflik tersebut berpotensi mendorong investor untuk melakukan switching antar kelas aset, dari saham ke komoditas atau instrumen safe haven.

Selain itu, harga minyak mentah yang cenderung naik bisa menjadi katalis tambahan untuk saham-saham berbasis energi.

Rekomendasi Saham: SMDR, RATU, JPFA

Dalam kondisi pasar yang dinamis, Herditya menyarankan agar investor lebih selektif memilih saham.

Beberapa emiten yang dinilai menarik antara lain IDX:SMDR dengan target harga Rp 356 hingga Rp 376 per saham.

Saham IDX:RATU juga masuk radar dengan kisaran target Rp 8.075 sampai Rp 8.425.

Sementara IDX:JPFA diperkirakan bergerak di rentang Rp 1.575 hingga Rp 1.635.

Rekomendasi ini mengacu pada potensi teknikal dan sentimen sektoral dari masing-masing emiten tersebut.

Sektor Unggulan: Material Dasar, Logistik, Kesehatan, dan Energi

Sementara itu, Nico menilai volatilitas masih akan mendominasi pasar selama sepekan ke depan.

Ia memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang 6.835 hingga 7.000 pada Senin.

Investor disarankan untuk mencermati sektor-sektor defensif dan siklikal yang mendapat dukungan sentimen global.

Sektor yang dinilai menarik antara lain material dasar, transportasi-logistik, kesehatan, dan energi.

Saham-saham dari sektor tersebut diperkirakan akan lebih resilien terhadap tekanan global maupun ketidakpastian domestik.

Pasar akan terus mencari arah dari berbagai keputusan makro, baik dari sisi kebijakan bank sentral maupun perkembangan konflik internasional yang masih terbuka kemungkinan eskalasi lebih lanjut.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Tinggalkan Balasan