JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus mempercepat agenda hilirisasi sebagai strategi utama untuk meningkatkan nilai tambah sektor ekonomi nasional. Presiden Prabowo Subianto telah menunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi.
Bahlil mengungkapkan, ada 28 komoditas yang akan menjadi prioritas dalam program hilirisasi tersebut. Komoditas ini mencakup sektor perikanan, kehutanan, pertanian, minyak dan gas (migas), serta mineral batu bara.
“Ada 26 hingga 28 komoditas yang kami dorong. Terutama di sektor perikanan, pertanian, migas, dan mineral batu bara. Hilirisasi nikel telah menjadi fokus utama kami selama ini,” ungkap Bahlil di Jakarta, Jumat (10/1/2025).
Komoditas Unggulan dalam Hilirisasi
Sejumlah komoditas strategis menjadi perhatian khusus dalam program ini, termasuk nikel, bauksit, dan tembaga. Ketiganya telah menunjukkan kontribusi signifikan dalam meningkatkan ekspor nasional.
Di sektor energi, pemerintah mempercepat inovasi bahan bakar ramah lingkungan melalui implementasi B40, campuran 60% solar dengan 40% bahan bakar nabati. Langkah ini diharapkan mengurangi ketergantungan pada energi fosil sekaligus mendukung ketahanan energi.
Untuk mendukung program B40, diperlukan setidaknya 2,3 juta ton metanol setiap tahun. Saat ini, produksi dalam negeri baru mencapai 500 ribu ton. Oleh karena itu, pembangunan pabrik metanol di Bojonegoro, Jawa Timur, menjadi prioritas.
“Pabrik ini akan membantu memenuhi kebutuhan metanol domestik, sekaligus mendukung transformasi energi yang lebih bersih,” jelas Bahlil.
Empat Tugas Utama Satgas Hilirisasi
Dalam menjalankan tugasnya, Satgas yang dipimpin Bahlil memiliki empat fokus utama yang tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres).
- Menentukan Wilayah dan Sumber Daya Bahan Baku
Satgas bertugas merumuskan dan mengusulkan wilayah potensial untuk program hilirisasi. Ini mencakup sektor ESDM, kehutanan, perikanan, dan pertanian. - Merancang Skema Pendanaan
Program hilirisasi membutuhkan pendanaan besar, baik dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun investasi swasta. Satgas diinstruksikan untuk merancang mekanisme pembiayaan yang melibatkan perbankan atau sumber non-perbankan. - Mengatasi Masalah Perizinan
Seringkali, perizinan proyek hilirisasi mengalami kendala sinkronisasi antar kementerian. Satgas bertanggung jawab memastikan proses perizinan berjalan lancar tanpa tumpang tindih. - Pengawasan dan Keadilan Proyek
Satgas akan memantau dan memastikan proyek-proyek hilirisasi berjalan adil bagi semua pihak yang terlibat. Presiden Prabowo meminta laporan perkembangan setiap enam bulan sekali untuk meninjau capaian program ini.
Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi Nasional
Hilirisasi telah menjadi salah satu strategi utama pemerintah untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Melalui pengolahan sumber daya alam di dalam negeri, Indonesia tidak hanya meningkatkan pendapatan ekspor tetapi juga membuka peluang lapangan kerja baru.
“Saya memahami tanggung jawab besar yang diberikan Presiden. Hilirisasi bukan hanya tentang ekonomi, tetapi juga keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan,” tambah Bahlil.
Transformasi Menuju Ketahanan Energi
Langkah ini sejalan dengan visi besar Indonesia dalam mencapai ketahanan energi. Dengan hilirisasi, Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah tetapi juga mampu memproduksi barang jadi yang bernilai tinggi.
Program hilirisasi juga mendukung transisi energi bersih melalui inovasi seperti B40. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sekaligus menciptakan pasar energi terbarukan yang kompetitif.
Membangun Masa Depan Berkelanjutan
Hilirisasi merupakan agenda strategis yang tidak hanya mengubah wajah ekonomi Indonesia, tetapi juga memberikan dampak sosial yang signifikan. Dengan dipimpin oleh Bahlil Lahadalia, Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi diharapkan mampu mempercepat transformasi ekonomi nasional, menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai nilai global.