Geser kebawah untuk baca artikel
BankKeuangan

Bank Digital Tawarkan Bunga Hingga 10% Hadapi Likuiditas Ketat 2025

×

Bank Digital Tawarkan Bunga Hingga 10% Hadapi Likuiditas Ketat 2025

Sebarkan artikel ini
bank digital tawarkan bunga hingga 10% hadapi likuiditas ketat 2025 kompres
Bank digital seperti Superbank beri bunga simpanan 10% untuk rebut dana nasabah di tengah likuiditas ketat 2025. Simak strategi dan risiko di baliknya!

Bank Digital Berebut Nasabah dengan Bunga Simpanan Hingga 10% di Tengah Likuiditas Ketat 2025

JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Tahun 2025 menjadi tantangan berat bagi industri perbankan digital Indonesia.

Di tengah pengetatan likuiditas global dan domestik, bank-bank digital saling berinovasi menawarkan suku bunga simpanan hingga 10% per tahun untuk menarik dana masyarakat.

Namun, strategi ini menyimpan risiko, terutama karena simpanan dengan bunga di atas 4,25% tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Bagaimana dinamika persaingan dan langkah antisipasi para pemain?


Superbank Pimpin Persaingan dengan Bunga 10%, LPS Ingatkan Risiko

PT Super Bank Indonesia (Superbank) menjadi yang paling agresif dengan menawarkan suku bunga 10% per tahun pada produk Celengan by Superbank.

Presiden Direktur Superbank, Tigor M. Siahaan, mengakui likuiditas masih menjadi tantangan utama sepanjang 2025.

“Pertumbuhan kredit diproyeksikan OJK mencapai 10-12%, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) hanya 6-8%. Ini memicu kenaikan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan tekanan likuiditas,” ujar Tigor di Jakarta, Kamis (15/2/2025).

Meski bunga 10% jauh di atas ketentuan LPS, Tigor menegaskan transparansi kepada nasabah menjadi prioritas:

“Kami jelaskan secara detail bahwa simpanan di atas 4,25% tidak dijamin LPS. Namun, kepercayaan nasabah tetap tinggi berkat integritas produk dan layanan kami.”


Daftar Bank Digital dengan Bunga Tertinggi 2025

Berikut perbandingan suku bunga simpanan bank digital per Februari 2025:

  1. Superbank (EMTK): 10% per tahun (tidak dijamin LPS).
  2. Krom Bank(BBSI): 8,75% per tahun.
  3. Bank Neo Commerce (BBYB): 8% per tahun.
  4. Allo Bank (BBHI): 7,5% per tahun.
  5. Bank Jago (ARTO), SeaBank, Bank Raya: 6% per tahun.

Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo, menyatakan strategi bunga tinggi diperlukan untuk bersaing dengan bank konvensional yang memiliki ekosistem lebih matang. “Kami tidak hanya mengandalkan bunga, tetapi juga inovasi produk fleksibel seperti flexi-deposit yang bisa ditarik kapan saja,” paparnya.


LPS Tegaskan Aturan Penjaminan: Bunga di Atas 4,25% Tidak Dijamin

Ketua LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, mengingatkan masyarakat untuk cermat memilih instrumen simpanan.

“Bank boleh menawarkan bunga tinggi asal transparan. Nasabah harus paham: jika bank kolaps, dana di atas 4,25% tidak kami ganti,” tegasnya dalam konferensi pers, Jumat (16/2).

Data LPS menunjukkan, hanya 23% nasabah bank digital yang sepenuhnya paham risiko ini. “Kami akan intensifkan sosialisasi, termasuk kerja sama dengan platform digital untuk tampilkan peringatan risiko,” tambah Purbaya.


Strategi Bank Digital di Tengah Gejolak Global

Tigor M. Siahaan mengungkapkan, likuiditas ketat 2025 dipicu faktor eksternal seperti:

  • Kebijakan Tarif Impor AS di Era Donald Trump: Aliran modal asing ke Surat Berharga Negara (SBN) turun drastis dari 40% (2020) menjadi 14% (2025).
  • Ketidakpastian Suku Bunga The Fed: Berpotensi memengaruhi keputusan investasi asing di SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia).

“Kami wait and see dengan kebijakan global, tapi fokus utama adalah meningkatkan kualitas layanan dan integrasi produk,” jelas Tigor.


Target Pertumbuhan DPK: Hibank Incar 20% dengan Fokus UMKM

PT Bank Hibank Indonesia, pemain baru di industri bank digital, menargetkan pertumbuhan DPK 20% pada 2025—jauh di atas rata-rata industri (6-8%). Direktur Utama Hibank, Jenny Wiriyanto, mengandalkan segmen UMKM mikro.

“Aplikasi kami akan launching Maret 2025 dengan fitur transaksi UMKM berbasis QRIS. Likuiditas akan mengalir jika kami menjadi bank transaksi utama mereka,” ujar Jenny.

Hibank menawarkan bunga simpanan 3,75% (masuk penjaminan LPS) dan menjaga LDR di bawah 100% untuk mitigasi risiko.


Analisis Risiko: Antara Pertumbuhan dan Stabilitas

Mirae Asset Sekuritas dalam laporannya (Februari 2025) memperingatkan dua risiko utama strategi bunga tinggi:

  1. Margin Bunga Bersih (NIM) Tertekan: Biaya dana tinggi berpotensi mengurangi profitabilitas, terutama bagi bank dengan portofolio kredit risiko rendah seperti KUR.
  2. Potensi Bank Run: Jika nasabah panik akibat isu stabilitas, penarikan dana masif bisa terjadi meski LPS menjamin sebagian.

“Bank digital harus menyeimbangkan antara akuisisi nasabah dan kesehatan rasio kecukupan modal (CAR). Idealnya, CAR tetap di atas 18%,” jelas Kepala Riset Mirae Asset, Andika Pratama.


Inovasi di Luar Bunga: Bagaimana Bank Digital Mempertahankan Nasabah?

  1. Superbank: Integrasi dengan platform e-commerce untuk cashback hingga 15%.
  2. Allo Bank: Kemudahan pembukaan deposito via aplikasi dalam 3 menit.
  3. Bank Jago: Fitur auto-invest yang mengalokasikan dana ke reksa dana pasar uang.
  4. Hibank: Layanan pembiayaan UMKM berbasis cash flow dengan approval 1 jam.

“Bunga tinggi hanya pemicu awal. Untuk retensi, kami fokus pada pengalaman pengguna yang personal dan fitur hemat waktu,” ungkap Indra Utoyo dari Allo Bank.


Proyeksi Industri Perbankan Digital 2025

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset bank digital diprediksi tumbuh 25% (yoy) ke Rp 1.250 triliun pada 2025. Namun, pertumbuhan ini disertai tantangan:

  • Regulasi Ketat: OJK berencana merevisi aturan LDR maksimal untuk bank digital dari 92% menjadi 85%.
  • Kebutuhan Teknologi: Investasi keamanan siber harus meningkat 40% untuk antisipasi serangan phishing dan ransomware.

Komentar Pakar: Perlukah Pembatasan Bunga Simpanan?

Ekonom Senior Universitas Indonesia, Faisal Basri, menyarankan OJK menerapkan batasan suku bunga simpanan:
“Bunga tinggi hanya race to the bottom yang menguntungkan segelintir bank. Pemerintah harus dorong kompetisi berbasis inovasi, bukan bunga.”

Sebaliknya, Pengamat Perbankan Digital, Andi Haswidi, berargumen: “Pasar harus tetap terbuka. Nasabah berhak memilih selama risiko jelas diinformasikan.”


Daftar Bank Digital dengan LDR Tertinggi per Januari 2025

  1. BNC: 94%
  2. Krom Bank: 89%
  3. Allo Bank: 87%
  4. Superbank: 85%
  5. Bank Jago: 78%

Sumber: Laporan OJK Triwulan IV-2024


Menjaga Kepercayaan di Tengah Persaingan Sengit

Persaingan bunga tinggi di industri bank digital 2025 mencerminkan dinamika pasar yang gesit. Meski menjadi strategi ampuh akuisisi nasabah, sustainability model bisnis ini bergantung pada keseimbangan antara pertumbuhan DPK, kualitas kredit, dan transparansi risiko.

Nasabah pun dituntut lebih cerdas memilih produk yang tak hanya menjanjikan cuan, tetapi juga aman dan terpercaya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru