JAKARTA, BursaNusantara.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali mengguncang panggung korporasi nasional, kali ini menyeret nama besar dalam sektor bank digital: Direktur Utama Allo Bank (IDX:BBHI), Indra Utoyo.
Indra termasuk dalam 13 orang yang dicekal ke luar negeri oleh KPK terkait dugaan korupsi pengadaan mesin EDC di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (IDX:BBRI).
Kasus ini berakar dari proses pengadaan alat transaksi EDC pada periode 2020–2024 saat Indra masih menjabat sebagai Direktur Digital dan Teknologi Informasi di BRI.
Indra menegaskan bahwa kasus tersebut tidak ada kaitannya dengan peran dan institusi tempat ia bekerja saat ini, yakni Allo Bank.
“Betul, pencekalan ini terkait posisi saya di BRI, bukan di Allo Bank,” ujar Indra, Rabu (2/6/2025).
Nama Besar yang Sulit Dilepaskan dari Persepsi
Sebagai salah satu arsitek utama transformasi digital BRI, nama Indra Utoyo tak asing di jagat teknologi finansial nasional.
Kini ketika ia memimpin Allo Bank, bank digital yang tengah berekspansi agresif di pasar ritel berbasis aplikasi, segala langkahnya menjadi sorotan.
Meski tak berkaitan langsung, kasus yang menyebut namanya turut menimbulkan pertanyaan di kalangan investor terhadap kredibilitas manajemen BBHI.
Pelaku pasar memantau potensi dampak reputasi ini terhadap kepercayaan pemodal dan arah pergerakan saham BBHI dalam jangka pendek.
Saham BBHI diketahui sempat berfluktuasi sejak kabar pencekalan itu mencuat.
Allo Bank Tegaskan Tidak Terkait
Manajemen Allo Bank mengambil sikap tegas memisahkan institusi dari persoalan hukum yang menjerat pemimpinnya secara personal.
Indra Utoyo memastikan bahwa seluruh kegiatan operasional Allo Bank tetap berjalan normal dan tidak terimbas proses penyidikan oleh KPK.
“Kami menghormati proses hukum yang sedang berjalan dan memastikan Allo Bank tetap menjalankan bisnis seperti biasa,” ucap Indra.
Langkah ini dianggap strategis untuk memitigasi risiko reputasi yang dapat melebar ke operasional dan trust pengguna aplikasi Allo Bank.
Apalagi, kepercayaan menjadi pilar utama keberhasilan layanan bank digital yang bergantung pada loyalitas dan user experience.
BRI Jamin Tak Terganggu, KPK Masih Telusuri
Sementara itu, pihak BRI sebagai institusi yang menjadi locus kasus ini menyatakan dukungan penuh terhadap proses hukum KPK.
Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, mengatakan bahwa pengadaan EDC BRI periode 2020–2024 kini menjadi fokus audit internal dan evaluasi menyeluruh.
“Sebagai BUMN, kami memastikan tetap comply dengan aturan dan mendukung penuh penegakan hukum,” ujar Hery.
Ia juga menjamin bahwa layanan BRI ke nasabah tetap aman dan tidak terganggu dengan proses hukum yang berlangsung.
“Nasabah dapat bertransaksi seperti biasa tanpa perlu khawatir,” tegasnya.
Sentimen Pasar terhadap BBHI dalam Titik Kritis
Pasar modal mencermati pencekalan ini bukan dari sisi pidana saja, tapi dari potensi reaksi investor terhadap bank digital seperti BBHI.
Analis menilai bahwa BBHI berada pada persimpangan antara tetap mempertahankan momentum ekspansi, atau terdampak bayangan krisis reputasi.
Kehadiran nama Indra dalam kasus ini memperlihatkan bagaimana keterkaitan individu dan institusi bisa memengaruhi persepsi pasar secara cepat.
Investor retail di sektor digital banking dikenal sensitif terhadap isu reputasi karena sebagian besar valuasi bertumpu pada narasi pertumbuhan dan kepemimpinan.
Bukan tidak mungkin, tekanan jangka pendek terhadap saham BBHI akan direspons sebagai peluang masuk oleh investor jangka panjang yang menilai fundamental Allo Bank tetap solid.
Gelombang Digitalisasi dan Tantangan Tata Kelola
Kasus pengadaan EDC ini membuka ruang refleksi besar terhadap tata kelola proyek digitalisasi di sektor perbankan BUMN.
Mesin EDC bukan hanya alat transaksi, tapi juga simbol penetrasi layanan ke masyarakat kelas menengah bawah dan pedagang kecil.
Jika ditemukan penyimpangan dalam pengadaan alat tersebut, maka dampaknya tak hanya fiskal, tapi juga mencoreng misi inklusi keuangan nasional.
KPK masih terus melakukan penyelidikan intensif terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengadaan mesin EDC tersebut.
Belum ada pengumuman resmi soal penetapan tersangka, namun publik menunggu perkembangan ini dengan sorotan tinggi.
Integritas Digital Banking dalam Ujian
Kasus ini menjadi pengingat bahwa ekosistem digital banking sangat rentan terhadap dinamika hukum dan reputasi figur sentral.
Dalam dunia perbankan modern, citra institusi sangat terkait dengan figur pemimpinnya, terlebih jika sang pemimpin memiliki sejarah panjang dalam transformasi digital BUMN.
Indra Utoyo, dengan segala kiprah dan prestasi di sektor teknologi finansial, kini menghadapi ujian paling berat dalam kariernya.
Bagi Allo Bank, menjaga kepercayaan investor dan nasabah di tengah turbulensi ini menjadi tantangan utama dalam waktu dekat.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.