Emiten Prajogo Pangestu Menyalip Dominasi Laporan Keuangan MSCI
JAKARTA, BursaNusantara.com – Sinyal dominasi grup usaha Prajogo Pangestu di pasar modal Indonesia kian kuat usai dua emiten utamanya mencetak kinerja fenomenal dalam laporan keuangan semester I-2025.
PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) tampil sebagai bintang paling terang di antara 14 emiten indeks MSCI Indonesia yang telah merilis kinerja keuangan.
BRPT melaporkan lonjakan pendapatan 178,52% YoY menjadi US$ 3,22 miliar, disertai lompatan laba bersih sebesar 1.464,89% ke US$ 539,82 juta per Juni 2025.
TPIA tidak kalah mengesankan dengan membalikkan kerugian US$ 47,46 juta pada 2024 menjadi laba US$ 1,27 miliar tahun ini, serta mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 237,70% YoY.
Kinerja eksplosif ini langsung menempatkan grup Prajogo sebagai sorotan utama investor institusi global dan memperbesar peluang saham-saham afiliasinya masuk ke indeks MSCI berikutnya.
Potensi Ekspansi Saham Grup Prajogo ke Indeks Global
Kuatnya fundamental BRPT dan TPIA mendorong analis mulai memproyeksikan ekspansi lebih lanjut dari saham-saham Grup Prajogo ke dalam jajaran MSCI.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menyebut nama-nama seperti PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebagai kandidat paling potensial.
Menurutnya, CUAN dan PTRO memiliki visibilitas tinggi terhadap masuknya ke MSCI karena didukung pertumbuhan aset dan kinerja sektor energi yang positif dalam jangka menengah.
Sementara itu, BREN menjadi kandidat unggulan karena kapitalisasi pasarnya yang besar dan likuiditas yang mulai pulih setelah tekanan sentimen kepemilikan mereda.
Kondisi ini membuka peluang realistik bagi Grup Barito untuk mendominasi struktur MSCI Indonesia, menciptakan lanskap baru bagi dana asing berbasis indeks global.
Syarat Masuk MSCI: Valuasi, Likuiditas, dan Kapitalisasi
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia menilai masuknya BREN ke MSCI tinggal menunggu momentum teknikal dan konfirmasi harga.
Dalam risetnya tertanggal 26 Juli 2025, Liza menjelaskan bahwa kapitalisasi pasar dan likuiditas BREN sudah memenuhi kriteria indeks global.
Satu-satunya penghalang yang tersisa adalah posisi harga saham yang saat ini berada di Rp 7.075, sementara ambang minimal untuk eligible ke MSCI adalah Rp 9.000 per saham.
Peningkatan harga BREN, menurut Liza, akan mempercepat aliran dana asing dari ETF global yang menjadikan MSCI sebagai acuan.
Hal ini berpotensi mengerek valuasi dan menciptakan sentimen positif berantai untuk seluruh saham energi terbarukan di Indonesia.
DSSA dan SSIA Siap Masuk MSCI Kategori Big Cap dan Small Cap
Peluang masuk ke indeks MSCI tidak hanya dimiliki grup Prajogo. Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) juga masuk radar untuk MSCI Indonesia kategori Big Cap.
Head of Research Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi, menyatakan bahwa nilai Free-Float Market Capitalization DSSA mencapai US$ 6,6 miliar, memenuhi syarat kapitalisasi minimum.
Dengan rata-rata nilai transaksi harian mencapai US$ 7,2 juta dan rasio annual traded value di atas 15%, DSSA hampir pasti masuk ke indeks besar MSCI dalam review mendatang.
Sementara itu, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) disebut sangat layak untuk MSCI Small Cap Index.
Didorong akuisisi saham oleh Grup Djarum sebesar 5,89%, free-float market capitalization SSIA melonjak ke US$ 618 juta, jauh di atas ambang minimum US$ 250 juta.
Lonjakan SSIA Didukung Aktivitas Investor Strategis
Samuel Sekuritas mencatat, lonjakan saham SSIA terjadi bukan semata karena tren sektoral, melainkan aktivitas investor strategis yang memperkuat struktur pemegang saham.
Keterlibatan Grup Djarum membuat valuasi SSIA melonjak dan mendorong partisipasi investor institusional.
Rata-rata nilai transaksi harian SSIA mencapai US$ 1,8 juta, melebihi syarat minimum MSCI sebesar US$ 1 juta.
Dengan rasio annual traded value di atas 10%, SSIA memenuhi syarat dari sisi likuiditas dan layak masuk indeks global small cap.
Masuknya SSIA akan memperluas eksposur saham properti Indonesia ke investor global yang mencari diversifikasi sektor dan momentum akuisisi.
Dampak Masuknya Saham Baru ke MSCI Indonesia
Jika saham-saham seperti BREN, CUAN, PTRO, DSSA, dan SSIA benar-benar masuk ke dalam indeks MSCI, dampaknya bisa sangat signifikan bagi dinamika pasar domestik.
Peningkatan aliran dana asing akan memperkuat posisi saham-saham tersebut di radar manajer aset global, mendorong valuasi lebih tinggi dan volume transaksi yang stabil.
Masuk ke MSCI juga meningkatkan transparansi dan tata kelola perusahaan karena indeks ini menuntut standar kelayakan tinggi dari sisi pelaporan dan fundamental.
Investor lokal juga akan diuntungkan dari lonjakan minat asing, karena akan menciptakan likuiditas jangka panjang yang sehat dan memperkecil spread perdagangan.
Bagi Grup Prajogo sendiri, potensi dominasi di indeks MSCI akan menempatkannya sebagai kekuatan baru yang tak hanya domestik, tapi juga regional.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Respon (7)