Lonjakan Bitcoin Terus Berlanjut, Tapi Dealer Opsi Bersiap Hadang di Zona Teknis
JAKARTA, BursaNusantara.com – Bitcoin (BTC) kembali mencetak rekor tertinggi dengan menyentuh level US$111.000 di sesi Asia, Jumat (23/5), sebelum bertahan di sekitar US$111.300.
Kenaikan ini mendorong euforia pasar, namun analis memperingatkan potensi tekanan dari aktivitas lindung nilai oleh dealer opsi.
Kondisi pasar menunjukkan bahwa meskipun prospek jangka panjang BTC kian cerah, perlawanan teknikal dalam jangka pendek bisa menghambat kelanjutan reli. Zona US$115.000 disebut menjadi titik kunci.
Permintaan OTC dari Institusi Picu Lonjakan
Menurut CEO Two Prime, Alexander S. Blume, dorongan harga Bitcoin belakangan ini berasal dari pembelian institusional melalui jalur over-the-counter (OTC).
Transaksi ini tidak langsung tercermin dalam volume bursa atau derivatif, namun menipiskan pasokan.
“Permintaan dari institusi besar, bahkan negara, meningkat. Pasokan OTC yang makin tipis bisa mempercepat reli,” ujar Blume.
Blume juga menyebut bahwa lonjakan ini tak banyak melibatkan spekulan ritel, melainkan korporasi besar yang menempatkan dana strategis di BTC lewat jalur pribadi.
Target US$180.000 Jadi Proyeksi Akhir Tahun Depan
Ryan Lee, analis Bitget, optimistis BTC bisa mencapai US$180.000 sebelum akhir 2025. Ia menyoroti faktor pendorong seperti arus dana ke ETF spot, efek halving, dan peningkatan adopsi institusional.
“Selain itu, penurunan peringkat kredit AS ke Aa1 oleh Moody’s memberi katalis tambahan bagi BTC dan ETH sebagai lindung nilai terhadap fiat,” jelas Lee.
Ia menambahkan, kemampuan BTC bertahan di atas US$103.000 di tengah volatilitas global menjadi bukti pergeseran peran aset kripto menjadi instrumen cadangan strategis.
Dealer Opsi Tahan Kenaikan di Level Kritis
Namun, pasar opsi memperlihatkan potensi tekanan teknikal dalam waktu dekat. Jeff Anderson, kepala wilayah Asia STS Digital, menyebut dealer opsi memiliki eksposur gamma tinggi di strike US$115.000 ke atas.
Eksposur gamma positif mengindikasikan dealer memiliki posisi long call, yang membuat mereka menjual BTC untuk lindung nilai saat harga naik dinamika yang dikenal sebagai delta-hedging.
“Banyak investor menjual call option untuk menambah imbal hasil dari kepemilikan spot mereka,” ungkap Anderson. “Zona US$115.000 bisa menjadi resistance kuat secara teknikal.”
Data dari Deribit yang dikumpulkan Amberdata mengonfirmasi konsentrasi gamma tinggi pada level tersebut, menciptakan tekanan jual otomatis dari dealer yang harus menjaga keseimbangan portofolionya.
Apakah Bitcoin Bisa Menembus Resistance?
Jika zona US$115.000 dapat ditembus dengan volume besar, para analis sepakat reli akan semakin solid. Namun sebelum itu, pasar harus menavigasi tekanan teknikal yang dipicu oleh dinamika dealer.
Blume menambahkan bahwa jika pasokan OTC terus berkurang dan ETF spot terus menarik dana, potensi breakout akan meningkat secara eksponensial.
Bitcoin kini tak lagi sekadar aset spekulatif. Ia bertransformasi menjadi pilar strategi portofolio global dan pasar siap menyaksikan babak baru dari reli kripto ini.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ikuti berita terbaru Bursa Nusantara di GOOGLE NEWS
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi