Geser kebawah untuk baca artikel
KomoditasPasar

Emas Cetak Rekor Baru di Tengah Tekanan Perang Dagang

×

Emas Cetak Rekor Baru di Tengah Tekanan Perang Dagang

Sebarkan artikel ini
Emas Cetak Rekor Baru di Tengah Tekanan Perang Dagang
Harga emas menembus US$3.200 per ons seiring pelemahan dolar AS dan kekhawatiran global akibat perang dagang AS–Tiongkok.

Kapitalisasi Pasar Tertekan, Investor Saham Alihkan Aset ke Emas

JAKARTA, BursaNusantara.com – Sentimen pasar saham global kembali diguncang oleh memanasnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang mendorong investor untuk memindahkan sebagian portofolionya ke aset aman seperti emas.

Imbasnya, harga emas spot melonjak menembus level psikologis US$3.200 per ons troi, menjadi sinyal kuat bagi pelaku pasar untuk mewaspadai volatilitas lanjutan di pasar ekuitas.

Sponsor

Sponsor

Data dari Reuters mencatat harga emas spot naik 2% menjadi US$3.236,67 per ons troi pada Jumat (11/4), bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di US$3.243,82.

Dalam sepekan, emas sudah menguat lebih dari 6%. Di sisi lain, kontrak berjangka emas AS tercatat naik 2,4% ke US$3.253,20.

BACA JUGA: Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi, Dekati Level US$ 3.000

Para analis menilai lonjakan emas ini merupakan respons investor terhadap sinyal perlambatan ekonomi global, pelemahan dolar AS, dan penurunan imbal hasil obligasi. Kombinasi tersebut memicu rotasi aset, terutama dari pasar saham ke aset lindung nilai.

Perang Dagang AS–Tiongkok Jadi Pemicu Rebalancing Portofolio

Keputusan Tiongkok untuk menaikkan tarif terhadap produk AS hingga 125% memperburuk konflik dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Situasi ini tidak hanya menekan hubungan bilateral, tetapi juga menciptakan ketidakpastian besar bagi pasar saham global yang sangat sensitif terhadap risiko kebijakan dan geopolitik.

BACA JUGA: Emas Sentuh Rekor Tertinggi, Investor Berburu Safe Haven

Investor saham kini mulai mempertimbangkan rebalancing portofolio mereka, mengalihkan sebagian posisi dari sektor siklikal atau ekspor ke sektor defensif dan logam mulia. Aset seperti emas kembali dipandang sebagai tempat berlindung dari guncangan eksternal.

Menurut Nitesh Shah, analis komoditas di WisdomTree, penguatan harga emas merupakan cerminan dari turunnya kepercayaan investor terhadap reliabilitas AS sebagai mitra dagang.

“Dolar AS tertekan dan imbal hasil obligasi merosot, menunjukkan bahwa investor sedang mencari alternatif yang lebih stabil,” jelasnya.

BACA JUGA: Harga Emas Meroket, Sentuh Rekor Baru di Tengah Krisis Global

Sentimen Suku Bunga dan Inflasi Tambah Daya Tarik Emas

Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan The Federal Reserve.

Data terbaru menunjukkan indeks harga produsen (PPI) AS secara mengejutkan turun 0,4% pada Maret. Meskipun demikian, tekanan inflasi diperkirakan tetap ada seiring efek dari tarif impor baru yang diberlakukan.

Pelaku pasar kini memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada bulan Juni, dengan total penurunan mencapai 90 basis poin hingga akhir 2025.

Hal ini memberi dukungan tambahan bagi emas, karena suku bunga rendah membuat aset tanpa imbal hasil seperti logam mulia menjadi lebih menarik secara relatif dibandingkan saham atau obligasi.

Menurut Tai Wong, pedagang logam independen, arah tren emas masih bullish meski ada potensi koreksi jangka pendek.

Ia menyebutkan bahwa data inflasi PPI dan CPI memberikan ruang bagi The Fed untuk terus menekan suku bunga, yang pada akhirnya menekan dolar dan menguntungkan emas.

Diversifikasi Aset Jadi Strategi Bertahan Investor

Dalam kondisi ketidakpastian makro seperti saat ini, investor saham perlu menyusun strategi diversifikasi yang cermat.

Lonjakan harga emas yang disokong oleh pembelian bank sentral, aliran dana ke reksa dana berbasis emas (gold-backed ETFs), dan gejolak geopolitik global membuat logam mulia kembali relevan dalam alokasi aset strategis.

Namun demikian, analis UBS mengingatkan bahwa tren ini bisa berubah jika ketegangan geopolitik mereda atau jika terjadi perbaikan signifikan dalam kondisi ekonomi dan fiskal Amerika Serikat.

Selain emas, logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan. Harga perak spot naik 2,7% ke US$32,05 per ons troi, platinum menguat 0,2% menjadi US$939,80, dan paladium naik 0,6% ke US$913,65.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bursa.Nusantaraofficial.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.