Geser Kebawah
Aksi KorporasiPasar

ESSA Industries: Laba Bersih Naik di 2024 Meski Pendapatan Turun

77
×

ESSA Industries: Laba Bersih Naik di 2024 Meski Pendapatan Turun

Sebarkan artikel ini
ESSA Industries Laba Bersih Naik di 2024 Meski Pendapatan Turun
ESSA Industries raih laba bersih US$45,18 juta pada 2024, naik 30,58% meski pendapatan turun. EBITDA naik 4% jadi US$129 juta; SAF Makmur target Q1 2028 segera!

JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) mencatatkan kinerja keuangan yang menarik sepanjang tahun 2024.

Meskipun pendapatan mengalami penurunan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar 30,58% dari US$34,6 juta pada 2023 menjadi US$45,18 juta.

Sponsor
Iklan

Peningkatan laba bersih ini mencerminkan efisiensi biaya operasional yang berhasil meningkatkan EBITDA perusahaan sebesar 4% menjadi US$129 juta.

Kinerja Keuangan ESSA Industries 2024

ESSA Industries melaporkan pendapatan sebesar US$301 juta pada tahun 2024, turun 13% dibandingkan US$344,96 juta di tahun sebelumnya.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan harga amoniak sebesar 15%, yang rata-ratanya tercatat pada US$350 per MT. Meskipun terjadi penurunan pendapatan, fokus perusahaan pada efisiensi biaya operasional berhasil mendorong peningkatan EBITDA, yang kini mencapai US$129 juta.

Pencapaian ini menunjukkan bahwa ESSA Industries mampu mengatasi tantangan pasar melalui pengendalian biaya dan optimalisasi proses produksi. Hal ini sangat penting bagi emiten di sektor energi dan tambang yang harus beradaptasi dengan fluktuasi harga komoditas global.

Faktor Penurunan Pendapatan

Penurunan pendapatan ESSA Industries sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga amoniak. Harga amoniak rata-rata turun 15% menjadi US$350 per MT, yang berdampak signifikan terhadap total pendapatan perusahaan.

Pendapatan terbesar ESSA berasal dari penjualan amonia, yang tercatat mencapai US$256,32 juta, turun 14,46% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, penjualan LPG mencatat angka US$41,5 juta, turun tipis dari US$41,48 juta, dan pendapatan jasa pengolahan menyumbang US$3,6 juta, turun 5,26% dari US$3,8 juta.

Penurunan pendapatan ini menunjukkan adanya tekanan pada harga komoditas, yang memaksa ESSA Industries untuk menekan biaya operasional agar margin keuntungan tetap terjaga.

Meskipun pendapatan menurun, perusahaan berhasil mengimbangi hal tersebut dengan efisiensi dalam operasional, sehingga EBITDA mengalami peningkatan.

Operasional dan Peningkatan EBITDA

Di sisi operasional, ESSA Industries menunjukkan performa yang mengesankan. Pabrik amonia ESSA mencatatkan 8,4 juta jam kerja kumulatif tanpa Loss Time Injury (LTI), sedangkan pabrik LPG mencapai 6,1 juta jam kerja tanpa LTI, menandakan keselamatan dan efisiensi operasional yang tinggi.

Setelah menyelesaikan proses maintenance selama hampir dua minggu pada kuartal kedua 2024, pabrik amonia kembali beroperasi dengan keandalan optimal. Hal ini mendukung keberlanjutan produksi dan menjaga kinerja keuangan meskipun terjadi penurunan pendapatan.

Corporate Secretary ESSA, Shinta D. U. Siringoringo, menyatakan bahwa meskipun terjadi penurunan pendapatan, peningkatan EBITDA sebesar 4% menjadi US$129 juta merupakan hasil dari efisiensi biaya operasional yang lebih rendah.

Peningkatan efisiensi ini menjadi kunci dalam menjaga profitabilitas perusahaan, sekaligus membuktikan kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya produksi.

Inovasi dan Rencana Pengembangan SAF Makmur

Sebagai bagian dari diversifikasi usaha, ESSA Industries melalui anak usahanya, PT ESSA SAF Makmur (ESM), merencanakan pembangunan fasilitas manufaktur berteknologi tinggi di Jawa Tengah.

Fasilitas ini akan memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) hingga 200.000 MT per tahun, dengan target operasional komersial pada kuartal pertama 2028.

Rencana ini tidak hanya menunjukkan komitmen perusahaan untuk berinovasi dan beradaptasi dengan tren global menuju energi bersih, tetapi juga berpotensi meningkatkan nilai tambah bagi industri energi nasional.

Pembangunan fasilitas SAF diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap portofolio produk ESSA Industries. Dengan mengolah bahan baku secara lokal, perusahaan dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan efisiensi produksi, sekaligus mendukung kebijakan pemerintah dalam transisi energi bersih.

Perspektif Industri dan Tantangan Ke Depan

Meskipun ESSA Industries berhasil meningkatkan laba bersih dan EBITDA, tantangan di pasar komoditas tetap ada. Penurunan harga amoniak dan fluktuasi harga LPG menjadi faktor yang harus terus diwaspadai. Perusahaan harus menjaga kestabilan operasional dan terus berinovasi agar dapat mempertahankan keunggulan kompetitif di tengah persaingan global.

Proyeksi stabilitas harga amoniak yang diperkirakan akan meningkat bertahap dalam dua kuartal terakhir 2024 memberikan harapan bahwa pendapatan perusahaan akan dapat pulih secara bertahap.

Selain itu, kebijakan pemangkasan produksi minyak oleh OPEC+ juga mendukung kestabilan harga LPG, yang merupakan salah satu komponen penting dalam pendapatan ESSA Industries.

Dengan strategi efisiensi biaya dan peningkatan kapasitas produksi, ESSA Industries optimistis dapat menghadapi tantangan pasar. Inovasi dalam pengolahan dan pengembangan produk baru seperti SAF akan menjadi kunci untuk mengoptimalkan pertumbuhan usaha di masa depan.

ursa.NusantaraOfficial.com akan terus memantau perkembangan kinerja ESSA Industries dan menyajikan analisis mendalam agar para investor dan pembaca mendapatkan informasi yang akurat serta terbaru mengenai dinamika pasar energi dan pertambangan Indonesia.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Tinggalkan Balasan