JAKARTA, BursaNusantara.com – Emiten ban nasional PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) resmi menetapkan pembagian dividen tunai senilai Rp174,22 miliar untuk tahun buku 2024.
Rencana itu ditegaskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada 25 Juni 2025.
Dividen tersebut diambil dari laba bersih perusahaan yang mencapai Rp1,18 triliun per 31 Desember 2024.
Artinya, hanya sekitar 14,75 persen dari total laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham.
Keputusan ini memperlihatkan strategi konservatif perusahaan dalam menjaga struktur permodalan dan fleksibilitas ekspansi.
Jumlah dividen tunai per lembar saham ditetapkan sebesar Rp50.
Alokasi Laba: Cadangan, Dividen, dan Laba Ditahan
Perusahaan juga menyisihkan Rp25 miliar atau setara 2,12 persen dari laba sebagai dana cadangan wajib.
Sementara itu, porsi paling besar dialokasikan ke laba ditahan, yakni Rp990 miliar atau sekitar 83,13 persen.
Kebijakan ini sejalan dengan posisi keuangan GJTL yang mencatat saldo laba ditahan sebesar Rp7,1 triliun dan total ekuitas Rp9,45 triliun.
Dengan menyisihkan mayoritas laba untuk akumulasi modal, manajemen memberi sinyal bahwa perusahaan siap menghadapi tekanan makro maupun investasi jangka panjang.
Strategi ini menjadi refleksi sikap hati-hati namun tangguh, terutama di tengah fluktuasi industri otomotif dan komoditas.
Jadwal Pembagian Dividen GJTL 2025
Cum dividen pasar reguler dan negosiasi ditetapkan pada 4 Juli 2025.
Ex dividen pasar reguler dan negosiasi pada 7 Juli 2025.
Cum dividen pasar tunai dijadwalkan pada 8 Juli 2025.
Ex dividen pasar tunai jatuh pada 9 Juli 2025.
Recording date atau tanggal pencatatan pemegang saham berhak atas dividen adalah 8 Juli 2025 pukul 16.00 WIB.
Sementara pembayaran dividen akan dilakukan pada 30 Juli 2025.
Investor Kawakan Lo Kheng Hong Raup Rp9,5 Miliar
Data per 31 Mei 2025 mencatat Lo Kheng Hong sebagai salah satu pemegang saham utama GJTL.
Jumlah saham yang dikantongi mencapai 190.094.900 lembar atau setara 5,455 persen dari total saham beredar.
Dengan alokasi dividen Rp50 per saham, maka Lo Kheng Hong berpotensi mengantongi dividen tunai senilai Rp9,5 miliar.
Jika tidak ada aksi jual atau akumulasi tambahan, maka angka itu akan menjadi pencairan pasif langsung ke rekeningnya pada akhir Juli.
Bagi investor retail, langkah Lo Kheng Hong mempertegas keyakinan terhadap fundamental GJTL.
Ia bukan hanya bertaruh pada prospek jangka panjang, tetapi juga menikmati hasil investasinya dalam bentuk dividen kas yang stabil.
GJTL Andalkan Cadangan Besar untuk Ketahanan Bisnis
Gajah Tunggal sejauh ini memang dikenal bukan sebagai emiten dengan payout ratio tinggi.
Namun pendekatan konservatif yang konsisten menjadikan posisi keuangan perusahaan tetap solid.
Dengan ekuitas Rp9,45 triliun dan saldo laba ditahan Rp7,1 triliun, emiten ini punya buffer kuat menghadapi tantangan sektor ban yang padat modal.
Ditambah, efisiensi operasional dan diversifikasi pasar ekspor menopang kinerja keuangan dalam beberapa tahun terakhir.
Para investor besar seperti Lo Kheng Hong tentu menghitung potensi capital gain selain dividen yang konsisten.
Imbas Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham
Seiring pengumuman dividen, pergerakan harga saham GJTL dipantau oleh pelaku pasar sebagai sinyal valuasi.
Dividen Rp50 per saham memberikan yield menarik jika dibandingkan dengan harga saham terkini yang relatif undervalued.
Namun, investor jangka panjang seperti Lo Kheng Hong tentu tidak hanya mengejar yield, melainkan prospek pertumbuhan intrinsik.
Momentum dividen bisa menjadi daya tarik tambahan menjelang cum date 4 Juli 2025, terutama bagi trader jangka pendek.
Namun daya tahan laba dan akumulasi modal menjadi alasan utama investor institusi dan value investor bertahan di GJTL.
Strategi Saham GJTL Pasca Dividen
Dengan rasio pembayaran laba yang kecil dan posisi keuangan kuat, GJTL memiliki ruang cukup leluasa untuk ekspansi ataupun pelunasan utang.
Bagi pemegang saham eksisting, ini sinyal positif jangka panjang bahwa perusahaan lebih fokus pada keberlanjutan kinerja daripada hanya menyenangkan pasar dengan dividen besar.
Investor yang memahami pola distribusi laba dan dinamika industri komponen otomotif akan menjadikan GJTL sebagai aset jangka panjang.
Apalagi jika manajemen mampu menjaga marjin keuntungan dan penetrasi pasar luar negeri tetap bertumbuh.
Langkah Lo Kheng Hong yang tetap mempertahankan kepemilikan juga jadi validasi diam-diam bahwa GJTL belum selesai mencetak nilai tambah.
Kebijakan dividen kali ini bukan sekadar pembagian laba, tapi juga gambaran arah strategi jangka panjang emiten papan utama.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.