JAKARTA, Bursa Nusantara Official – Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menutup tahun 2024 dengan kinerja mengecewakan. Sepanjang tahun, harga saham BBRI anjlok sebesar 28,11%, dari Rp5.675 di awal tahun menjadi Rp4.080 pada penutupan 30 Desember 2024.
Puncaknya, saham BBRI sempat mencapai Rp6.400 pada 13 Maret 2024 sebelum akhirnya menghadapi tekanan jual yang konsisten. Namun, di balik kinerja saham yang menurun, terdapat fakta menarik: investor ritel tetap setia mengoleksi saham ini, menjadikannya saham dengan jumlah pemilik terbanyak di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Fenomena Optimisme Investor Ritel
Menurut laporan Algo Research, per Desember 2024, terdapat 615.016 investor yang memegang saham BBRI, meningkat 85% dibandingkan Desember 2023. Tren ini menunjukkan optimisme investor ritel meskipun harga saham terus tertekan.
Ada beberapa alasan utama di balik fenomena ini:
- Harga Rendah Terlihat “Murah”
Investor ritel kerap memandang penurunan harga saham sebagai peluang pembelian dengan potensi keuntungan besar di masa depan. Misalnya, pada April 2024, harga saham BBRI turun 18%, menyebabkan peningkatan kepemilikan agresif dari 349.827 menjadi 447.812 investor. - Daya Tarik Dividen Tinggi
Dengan rasio pembayaran dividen yang meningkat hingga 85%, saham BBRI menjadi daya tarik bagi investor yang mencari penghasilan pasif. Dividen interim dan final yang dibayarkan sepanjang tahun membuat saham ini tampak menarik meskipun harga saham terus merosot. - Penilaian yang Dianggap Menarik
Penurunan rasio price-to-earnings ratio (PER) dan price-to-book value (PBV) membuat saham BBRI terlihat “murah” secara historis. Namun, Algo Research menekankan bahwa daya tarik ini sering kali bersifat semu, terutama jika dibandingkan dengan prospek fundamental jangka panjang.
Tantangan Jangka Pendek dan Harapan Pemulihan
Menurut Algo Research, pemulihan harga saham BBRI memerlukan kebijakan makroekonomi yang lebih mendukung, seperti pelonggaran moneter atau fiskal. Namun, prospek ini belum terlihat dalam waktu dekat.
“Investor institusi lokal sudah memiliki eksposur maksimal pada saham BBRI, sehingga kecil kemungkinan mereka akan meningkatkan pembelian lebih lanjut,” ungkap Algo Research.
Sementara itu, investor asing cenderung menunggu perbaikan prospek profitabilitas sebelum kembali masuk ke pasar. Mayoritas aksi jual saham BBRI pada 2024 berasal dari dana jangka panjang, menambah tekanan pada harga saham.
Kisah Investor Ritel: Pembeli Terakhir
Algo Research mencatat bahwa rata-rata harga pembelian saham BBRI oleh investor ritel sepanjang tahun 2024 adalah Rp4.700, lebih tinggi dibandingkan harga penutupan tahun Rp4.080. Meski demikian, investor ritel tetap optimis, berharap adanya sentimen positif yang dapat mendongkrak harga saham di masa mendatang.
Namun, risiko tetap ada. “Jika tidak ada perubahan fundamental signifikan, investor ritel bisa menjadi pembeli terakhir, sementara investor institusi dan asing cenderung menunggu,” pungkas laporan tersebut.
Kesimpulan
Saham BBRI menghadapi tahun penuh tantangan di 2024, tetapi tetap menjadi favorit investor ritel. Harapan mereka bertumpu pada kebijakan makroekonomi yang mendukung dan peningkatan profitabilitas perusahaan. Akankah harapan ini terwujud di 2025? Simak terus berita terbarunya di Bursa Nusantara Official.
Cek Berita dan Artikel yang lain di:
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi