Harga CPO Naik Lagi, Dipicu Ekspektasi Produksi Melemah
Pada Kamis, 6 Februari 2025, kontrak berjangka Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) mengalami lonjakan harga yang signifikan.
Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi melemahnya produksi minyak sawit akibat cuaca buruk yang melanda kawasan penghasil utama, Malaysia dan Indonesia. Harga CPO untuk kontrak Februari 2025 tercatat naik sebesar 65 Ringgit Malaysia, mencapai 4.678 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka untuk Maret 2025 mengalami kenaikan sebesar 69 Ringgit Malaysia, menjadi 4.508 Ringgit Malaysia per ton.
Kenaikan harga juga tercatat pada kontrak-kontrak selanjutnya, dengan harga CPO untuk April 2025 menguat 69 Ringgit Malaysia menjadi 4.403 Ringgit Malaysia per ton.
Kontrak Mei 2025 juga mencatatkan kenaikan harga sebesar 64 Ringgit Malaysia, sehingga menjadi 4.314 Ringgit Malaysia per ton. Sedangkan kontrak Juni 2025 mengalami peningkatan sebesar 57 Ringgit Malaysia, yang membawa harga CPO menjadi 4.237 Ringgit Malaysia per ton.
Bahkan, kontrak Juli 2025 turut mencatatkan kenaikan 50 Ringgit Malaysia, menjadi 4.179 Ringgit Malaysia per ton.
Faktor Penggerak Kenaikan Harga CPO
Menurut pedagang minyak sawit David Ng, harga CPO mendapatkan dukungan dari dua faktor utama: ekspektasi melemahnya produksi dan kenaikan harga minyak kedelai selama jam perdagangan di Asia.
David Ng mencatat bahwa, dengan adanya faktor cuaca buruk yang mempengaruhi produksi dan distribusi di negara penghasil minyak sawit terbesar, yakni Malaysia dan Indonesia, prospek pasokan CPO diperkirakan akan terhambat dalam jangka pendek.
“Dengan kondisi cuaca yang buruk, produksi minyak sawit di kawasan ini diperkirakan akan menurun. Ini menjadi faktor pendorong utama kenaikan harga CPO,” ujar Ng.
Ia juga menambahkan, “Kami memperkirakan harga CPO akan bergerak dalam kisaran harga support di 4.350 Ringgit Malaysia dan menghadapi resistance di 4.480 Ringgit Malaysia.”
Gangguan Cuaca dan Dampaknya pada Produksi Minyak Sawit
Menurut Anilkumar Bagani, Kepala Riset Komoditas di Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, cuaca buruk yang melanda Malaysia dan Indonesia turut mengganggu produksi dan distribusi minyak sawit.
Bagani menyebutkan bahwa kondisi cuaca yang ekstrem, seperti hujan lebat dan banjir, telah menyebabkan gangguan pada panen dan pengiriman minyak sawit ke pasar global.
Hal ini tentunya turut mempengaruhi ketersediaan pasokan, sehingga mengakibatkan kenaikan harga.
Di samping itu, Bagani juga mengungkapkan bahwa impor minyak sawit India pada bulan Januari 2025 tercatat mencapai titik terendah dalam satu dekade terakhir.
Hal ini semakin memperburuk situasi, dengan ekspektasi pembelian ulang oleh India yang diperkirakan akan meningkat menjelang Ramadan, sehingga meningkatkan tekanan pada stok global.
Peran Minyak Kedelai dalam Kenaikan Harga CPO
Selain faktor cuaca buruk, kenaikan harga minyak kedelai juga memberikan kontribusi terhadap penguatan harga CPO. Seperti yang tercatat selama jam perdagangan di Asia, harga minyak kedelai mengalami kenaikan yang mendorong harga CPO naik lebih tinggi.
Minyak kedelai dan minyak sawit sering kali diperdagangkan sebagai substitusi satu sama lain di pasar global, sehingga kenaikan harga salah satu dari keduanya biasanya akan berdampak langsung pada yang lainnya.
Prospek Pasar CPO ke Depan
Meskipun harga CPO mengalami kenaikan yang cukup signifikan, beberapa analis memperkirakan bahwa harga minyak sawit akan mengalami volatilitas lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang. Ketidakpastian cuaca dan faktor permintaan dari negara importir utama seperti India akan menjadi penentu utama pergerakan harga.
Kenaikan harga CPO ini juga menjadi perhatian bagi negara-negara penghasil minyak sawit seperti Indonesia dan Malaysia, yang semakin bergantung pada ekspor untuk mendongkrak perekonomian mereka.
Dengan prediksi cuaca yang tidak menentu dan dinamika perdagangan internasional yang kompleks, harga CPO diperkirakan akan terus menjadi topik hangat bagi pelaku pasar komoditas.
Dengan informasi terkini ini, para pelaku pasar dapat lebih memahami dinamika harga CPO yang dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, termasuk kondisi cuaca, permintaan global, dan harga komoditas lainnya.
Pasar CPO 2025 diharapkan akan terus mencatatkan pergerakan harga yang menarik untuk diikuti oleh para investor dan pemangku kepentingan di industri minyak sawit.