JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) mencatatkan kenaikan signifikan pada Senin (20/1/2025).
Penguatan ini didorong oleh ekspektasi penurunan produksi yang terus berlanjut, meskipun dihadapkan pada pelemahan permintaan dari pasar ekspor utama seperti India dan China.
Kenaikan Harga CPO pada Berbagai Kontrak
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia Derivatives (BMD), berikut rincian kenaikan harga kontrak berjangka CPO:
- Februari 2025: Naik 29 Ringgit Malaysia menjadi 4.470 Ringgit Malaysia per ton.
- Maret 2025: Menguat 24 Ringgit Malaysia menjadi 4.304 Ringgit Malaysia per ton.
- April 2025: Terkerek 16 Ringgit Malaysia menjadi 4.206 Ringgit Malaysia per ton.
- Mei 2025: Meningkat 21 Ringgit Malaysia menjadi 4.143 Ringgit Malaysia per ton.
- Juni 2025: Naik 24 Ringgit Malaysia menjadi 4.112 Ringgit Malaysia per ton.
- Juli 2025: Terkerek 21 Ringgit Malaysia menjadi 4.091 Ringgit Malaysia per ton.
Analis minyak sawit David Ng dari Bursa Malaysia menjelaskan bahwa harga CPO saat ini berada di level support sebesar 4.150 Ringgit Malaysia per ton, dengan level resistance di 4.300 Ringgit Malaysia per ton. “Perlambatan produksi menjadi faktor utama penguatan harga, meskipun permintaan dari pasar utama seperti India dan China melemah,” jelas David.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga
1. Ekspektasi Penurunan Produksi:
Harga CPO didorong oleh ekspektasi penurunan produksi yang diperkirakan akan terus berlanjut dalam beberapa pekan mendatang. Faktor ini memberikan sentimen positif bagi pasar, mendorong kenaikan harga di berbagai kontrak berjangka.
2. Kinerja Ekspor yang Melemah:
Di sisi lain, pelemahan ekspor menahan laju kenaikan harga. Berdasarkan laporan perusahaan inspeksi Intertek Testing Services, ekspor minyak sawit Malaysia selama periode 1-20 Januari 2025 tercatat sebesar 736.213 ton, turun 163.791 ton (18,20%) dibandingkan periode yang sama pada Desember 2024.
Data serupa dari Amspec Agri Malaysia juga menunjukkan penurunan ekspor sebesar 204.619 ton (23%), dari 889.992 ton pada Desember 2024 menjadi 685.373 ton pada Januari 2025.
3. Aksi Ambil Untung:
Analis senior Fastmarkets Palm Oil Analytics, Sathia Varqa, menambahkan bahwa aksi ambil untung oleh para pedagang turut membatasi penguatan harga. “Kekhawatiran pasar terhadap lemahnya kinerja ekspor menjadi faktor yang membayangi sentimen positif dari penurunan produksi,” ujar Sathia.
Outlook Harga CPO ke Depan
Meskipun harga CPO berhasil mencatatkan kenaikan, prospek ke depannya masih bergantung pada beberapa faktor:
- Produksi: Jika tren penurunan produksi berlanjut, harga CPO diprediksi akan tetap kuat.
- Permintaan Ekspor: Kenaikan harga lebih lanjut dapat terhambat jika permintaan dari negara importir utama, terutama India dan China, terus melemah.
- Aksi Profit Taking: Pelaku pasar diperkirakan akan terus memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk melakukan aksi ambil untung.
Dengan kondisi ini, pelaku pasar disarankan untuk memantau perkembangan data produksi dan ekspor, serta pergerakan harga di level support dan resistance yang telah disebutkan.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi