WASHINGTON, Bursa.NusantaraOfficial.com – Harga emas mengalami koreksi pada Senin (3/2/2025), turun sebesar 18,55 poin atau 0,66% menjadi 2.782,45 USD per troy ounce.
Penurunan ini didorong oleh penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) yang dipicu oleh kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump.
Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang global, yang berpotensi memengaruhi ekonomi dunia dan permintaan emas sebagai aset safe haven.
Kebijakan Tarif Trump Picu Ketidakpastian Global
Pada Sabtu (1/2/2025), Presiden Trump mengumumkan pemberlakuan tarif impor sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko, dua mitra dagang terbesar AS.
Selain itu, Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif 100% terhadap negara-negara BRICS yang berupaya menggantikan Dolar AS dalam perdagangan internasional.
Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan eskalasi perang dagang global, yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi, terutama di AS.
Andy Nugraha, analis dari Dupoin Indonesia, menjelaskan bahwa kebijakan tarif ini berpotensi memperburuk daya beli konsumen dan produsen di AS.
“Lonjakan harga akibat tarif dapat mengurangi permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven dalam jangka pendek,” ujar Andy.
Namun, dia menambahkan bahwa ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global dapat meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai dalam jangka panjang.
Tren Bearish Harga Emas Menguat
Analisis teknikal menunjukkan bahwa harga emas sedang dalam tren bearish. Indikator candlestick dan Moving Average menunjukkan kecenderungan penurunan harga, dengan proyeksi menuju level support sekitar 2.745 USD.
Meskipun demikian, Andy memprediksi adanya potensi rebound jika harga emas berhasil mempertahankan level support tersebut. “Jika terjadi rebound, harga emas bisa kembali naik ke level 2.815 USD dalam jangka pendek,” jelasnya.
Faktor utama yang menekan harga emas saat ini adalah penguatan Dolar AS. Mata uang AS yang lebih kuat membuat komoditas berdenominasi dolar, termasuk emas, menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Selain itu, kebijakan tarif Trump juga menambah tekanan pada harga emas, meskipun ketidakpastian geopolitik dapat memberikan dukungan dalam jangka panjang.
Dukungan Jangka Panjang dari Safe Haven dan The Fed
Meskipun harga emas mengalami tekanan jangka pendek, beberapa faktor dapat memberikan dukungan dalam jangka panjang. Pertama, kebijakan penurunan suku bunga yang terus diambil oleh The Fed dapat meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.
Kedua, meningkatnya permintaan untuk aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global juga dapat mendukung harga emas.
Selain itu, bank sentral di berbagai negara terus melakukan pembelian emas sebagai bagian dari diversifikasi cadangan devisa mereka. Hal ini diperkirakan akan memberikan sentimen positif bagi pasar emas dalam jangka panjang. “Bank sentral melihat emas sebagai aset yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global,” kata Andy.
Prediksi Harga Emas ke Depan
Secara keseluruhan, Andy memprediksi bahwa harga emas akan bergerak dalam tren bearish dalam jangka pendek, dengan potensi penurunan menuju level 2.745 USD jika tekanan dari Dolar AS terus berlanjut.
Namun, dia juga menekankan bahwa masih ada peluang bagi harga emas untuk rebound, terutama jika terjadi perkembangan signifikan terkait kebijakan tarif dan langkah-langkah yang diambil oleh The Fed.
“Pelaku pasar perlu waspada terhadap potensi pergerakan harga yang tajam, baik naik maupun turun, seiring dengan perkembangan situasi politik dan kebijakan AS yang terus berfluktuasi,” tutup Andy.
Harga emas hari ini terkoreksi akibat penguatan Dolar AS dan kebijakan tarif Trump yang memicu ketidakpastian global.
Meskipun tren bearish menguat, faktor-faktor seperti permintaan safe haven dan kebijakan The Fed dapat memberikan dukungan jangka panjang. Investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan kebijakan AS dan kondisi geopolitik global untuk mengambil keputusan yang tepat.