JAKARTA, BursaNusantara.com – Pasar komoditas logam kembali menguat setelah harga emas melonjak ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir, dipicu oleh kekhawatiran baru seputar kebijakan perdagangan Amerika Serikat dan ekspektasi investor terhadap arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Pada perdagangan Selasa (6/5), emas spot tercatat naik 1,2% ke level US$ 3.374,78 per ons troi, mendekati posisi tertinggi sejak 22 April.
Sementara itu, emas berjangka AS melesat lebih tajam dengan kenaikan 1,9% ke US$ 3.383,90 per ons troi.
Baca Juga: Wall Street Terguncang: Tekanan Data Ekonomi AS
Ketegangan Perdagangan Dorong Permintaan Safe Haven
Kenaikan harga logam mulia ini terjadi seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap sikap proteksionis Presiden AS Donald Trump, yang mengumumkan rencana tarif 100% terhadap film impor serta potensi kebijakan baru pada sektor farmasi dalam waktu dekat.
Ketidakpastian arah kebijakan perdagangan memicu lonjakan permintaan aset safe haven seperti emas, yang dikenal sebagai pelindung nilai selama masa ketegangan geopolitik dan tekanan ekonomi.
Emas Kembali Dilirik Investor Global
Menurut Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS, faktor struktural yang selama ini menopang harga emas masih kuat, mulai dari ketegangan geopolitik, ketidakpastian nilai tukar dolar AS, hingga pembelian logam mulia oleh bank sentral.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Melambat, Pemerintah Siapkan Stimulus Baru
“Emas berpotensi menguji ulang level tertinggi US$ 3.500 pada tahun ini,” ujar Staunovo, mengacu pada rekor harga tertinggi yang tercapai bulan lalu.
Sementara itu, permintaan dari China juga ikut menopang reli harga, terutama usai libur nasional yang memicu pembelian masif dari konsumen ritel maupun lembaga.
Fokus Investor Bergeser ke Federal Reserve
Selain isu tarif, perhatian pasar kini tertuju pada keputusan Federal Reserve yang dijadwalkan pekan ini. Meskipun bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell tetap menjadi sorotan pelaku pasar.
Baca Juga: Prabowo Ancam Cabut Izin Usaha Penggilingan Nakal
Data LSEG menunjukkan pelaku pasar memproyeksikan penurunan suku bunga sebesar total 75 basis poin hingga akhir tahun 2025, dengan kemungkinan awal pelonggaran terjadi pada Juli.
Kondisi ini membuka ruang lebih besar bagi pergerakan harga emas yang sensitif terhadap kebijakan moneter, apalagi di tengah sinyal pelemahan ekonomi global dan tekanan terhadap dolar AS yang masih terus membayangi pasar.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi