Gejolak Harga Emas, Optimisme Global Tekan Aset Safe Haven
JAKARTA, BursaNusantara.com – Dua hari penurunan beruntun kembali menempatkan harga emas dalam tekanan, setelah reli tajam di pekan sebelumnya.
Investor global seolah diberi angin segar dari Washington, di tengah ketidakpastian tarif yang selama ini membayangi perekonomian global.
Harga emas spot jatuh signifikan 1,2% ke level US$3.302,10 per ons pada Selasa (27/5/2025), sementara kontrak berjangka emas Amerika Serikat (AS) ditutup melemah lebih dalam, 1,9% ke US$3.300,4 per ons. Koreksi ini terjadi tak lama setelah emas mencatatkan kenaikan hampir 5% pada pekan sebelumnya.
Tarik Ulur Tarif Trump dan Eropa Picu Volatilitas Tajam
Pasar emas belakangan menjadi panggung volatilitas. Hal ini dipicu oleh dinamika kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Setelah sempat mengancam akan memberlakukan tarif hingga 50% terhadap produk Eropa, Trump akhirnya memilih untuk menunda kebijakan tersebut usai percakapan via telepon dengan Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada akhir pekan.
Kebijakan yang mendadak berubah ini mengguncang pasar. Para pelaku pasar yang sebelumnya memilih emas sebagai lindung nilai atas ketidakpastian, mendadak melepas aset safe haven ini karena munculnya harapan baru tercapainya kesepakatan dagang lintas benua.
“Pasar membaca ini sebagai sinyal positif. Ada kemungkinan tercapainya perjanjian perdagangan, dan itu cukup untuk menurunkan harga emas secara signifikan,” ujar Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.
Dolar AS Menguat, Saham Melonjak, Emas Tersisih
Sinyal damai dari Washington dan Brussels bukan satu-satunya alasan di balik kejatuhan harga emas. Faktor lain yang berkontribusi besar adalah menguatnya indeks dolar AS dan reli pasar saham yang cukup impresif.
Kuatnya dolar membuat emas, yang dihargai dalam mata uang AS, menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar negeri. Alhasil, permintaan fisik emas langsung terkoreksi tajam.
Di sisi lain, melonjaknya indeks saham AS menambah tekanan karena investor mulai kembali pada aset-aset berisiko, meninggalkan aset pelindung nilai seperti emas.
Dinamika ini mempertegas karakteristik emas sebagai instrumen proteksi terhadap gejolak. Ketika ketidakpastian menurun, daya tariknya pun memudar, walau hanya sementara.
Suku Bunga AS Tetap Jadi Poros, Pasar Tunggu Sinyal The Fed
Volatilitas harga emas belum tentu berakhir. Pasar saat ini menanti rilis risalah pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan pada Rabu (28/5/2025).
Hasil dari pertemuan ini akan menjadi penentu arah suku bunga dan menjadi katalis penting bagi harga emas ke depan.
Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan bahwa suku bunga idealnya dipertahankan dalam jangka pendek, setidaknya hingga ada kepastian lebih lanjut tentang bagaimana tarif akan mempengaruhi inflasi AS. Ini menambah nuansa kehati-hatian di kalangan pembuat kebijakan moneter.
Menurut Melek dari TD Securities, begitu pasar yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga, emas kemungkinan akan kembali menjadi favorit.
“Selama suku bunga tetap tinggi, emas akan terus berada dalam tekanan. Tapi begitu arah suku bunga mulai menurun, emas bisa rebound secara signifikan,” jelas Melek.
Emas, yang tidak menghasilkan imbal hasil seperti obligasi atau saham, menjadi lebih menarik dalam lingkungan suku bunga rendah karena opportunity cost-nya menurun.
Fundamental Emas Masih Kokoh, Penurunan Bisa Jadi Peluang
Di tengah koreksi saat ini, para analis tetap optimis terhadap prospek jangka panjang emas. Ketegangan geopolitik yang belum sepenuhnya usai, potensi perlambatan ekonomi global, serta ancaman stagflasi masih membayangi. Semua itu merupakan kondisi klasik yang cenderung menguntungkan emas.
Dari sisi teknikal, harga emas saat ini masih berada di kisaran atas US$3.300 per ons—relatif tinggi jika dibandingkan dengan tren tahun-tahun sebelumnya.
Banyak pelaku pasar menganggap koreksi ini sebagai peluang akumulasi, bukan sinyal tren turun berkepanjangan.
Pasar Komoditas Lain Ikut Terkoreksi, Sentimen Risk-On Menyebar
Tidak hanya emas, logam mulia lain juga ikut merasakan tekanan. Harga perak spot tercatat turun 0,4% ke US$33,21 per ons. Platinum terkoreksi tipis 0,1% ke US$1.084,02, dan paladium jatuh lebih dalam 1,2% ke US$975,49 per ons.
Penurunan ini mengindikasikan bahwa sentimen risk-on saat ini sedang mendominasi pasar secara luas. Investor lebih memilih ekuitas dan obligasi imbal hasil tinggi ketimbang komoditas logam yang berfungsi sebagai pelindung nilai.
Strategi Investor: Akumulasi Bertahap, Waspadai Momentum Suku Bunga
Menurut analisis Mohamad Ali, Pakar Analisis Saham Senior di BursaNusantara.com, investor sebaiknya bersikap selektif dan cermat membaca arah kebijakan moneter The Fed.
“Dalam jangka pendek, tren pelemahan bisa berlanjut jika data ekonomi AS menunjukkan kekuatan. Tapi untuk jangka menengah, begitu ekspektasi pemangkasan suku bunga menguat, emas bisa kembali bersinar,” kata Ali.
Ia menambahkan bahwa harga saat ini bisa dijadikan entry point awal bagi investor jangka panjang. Namun, pendekatan dollar-cost averaging (DCA) lebih disarankan agar bisa memitigasi risiko fluktuasi jangka pendek.
Ketidakpastian Global Masih Tinggi, Tarik Ulur Bisa Berlanjut
Meski penundaan tarif oleh Trump membawa angin positif, belum ada jaminan bahwa kebijakan itu tidak akan dihidupkan kembali.
Pemerintah AS dikenal sering mengambil langkah kebijakan berdasarkan pertimbangan politik jangka pendek, yang bisa berubah drastis.
Uni Eropa juga belum memberikan sinyal bahwa mereka bersedia memenuhi seluruh tuntutan dagang dari AS. Artinya, ketegangan bisa kembali muncul sewaktu-waktu, dan pasar emas akan kembali menjadi sorotan.
Investor global harus tetap waspada terhadap perkembangan geopolitik dan ekonomi yang masih bisa berubah cepat.
Emas tetap menjadi instrumen utama dalam portofolio diversifikasi, meskipun sementara harus berhadapan dengan tekanan sentimen jangka pendek.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi