JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Harga emas kembali menunjukkan potensi bullish pada Rabu (15/1/2025), dipicu oleh langkah pemerintahan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mempertimbangkan penerapan tarif secara bertahap. Kebijakan ini bertujuan untuk menghindari lonjakan inflasi yang dapat mengguncang pasar.
Pada sesi perdagangan hari ini, harga emas turun tipis sebesar 1,75 poin (0,07%) ke level US$ 2.675,6 per ton. Namun, analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, mengungkapkan bahwa tren bullish mulai terbentuk kembali pada emas spot. Kombinasi candlestick dan indikator Moving Average mendukung sinyal penguatan harga emas.
“Harga emas memiliki potensi untuk naik hingga level US$ 2.696. Namun, jika terjadi pembalikan arah (reversal), harga emas bisa terkoreksi turun menuju US$ 2.658 sebagai target terdekat,” jelas Andy.
Dampak Data Ekonomi AS
Selain kebijakan Trump, data ekonomi AS menjadi perhatian utama pasar. Pada perdagangan Selasa (14/1), harga emas berada di sekitar US$ 2.669, dipengaruhi oleh kehati-hatian pedagang menjelang pelantikan Trump. Dua data penting yang dinantikan adalah Indeks Harga Produsen (IHP) pada hari Selasa dan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada hari Rabu.
Andy menjelaskan, jika angka IHP lebih tinggi dari ekspektasi, inflasi AS berpotensi meningkat. Hal ini akan memengaruhi rilis IHK yang dapat memberikan tekanan tambahan pada emas. Meski demikian, penurunan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun, yang saat ini berada di 4,753% dari level tertinggi 4,802% pada Senin, memberikan ruang bagi harga emas untuk menguat.
“Penurunan imbal hasil ini membuka peluang bullish bagi emas, meski pelaku pasar tetap harus memperhatikan data inflasi yang akan dirilis,” ujar Andy.
Kebijakan The Fed dan Sentimen Pasar
Menurut data Fedwatch CME, ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed masih terbelah. Peluang The Fed mempertahankan suku bunga hingga pertemuan pada 18 Juni berada di 47,2%, sementara 52,8% lainnya memperkirakan pemangkasan suku bunga.
Andy menambahkan, jika data inflasi mendatang menunjukkan tekanan yang lebih besar, kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed pada 2025 dapat semakin mengecil. “Kombinasi data ekonomi, imbal hasil obligasi, dan kebijakan Presiden Trump akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan emas,” kata Andy.
Proyeksi Harga Emas Hari Ini
Melihat dinamika yang terjadi, Andy merekomendasikan pedagang untuk tetap waspada. Jika dorongan bullish tetap kuat, harga emas memiliki potensi untuk melanjutkan kenaikan menuju US$ 2.696. Namun, jika terjadi reversal, level US$ 2.658 menjadi area yang harus diwaspadai sebagai target penurunan.
Langkah-langkah kebijakan Trump untuk menenangkan pasar melalui penerapan tarif bertahap dianggap sebagai sinyal positif. Namun, risiko tetap ada, terutama jika data inflasi AS menunjukkan tekanan yang lebih besar daripada ekspektasi. Pedagang diharapkan terus memantau perkembangan data ekonomi dan sentimen pasar global.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.