Geser kebawah untuk baca artikel
Komoditas

Harga Emas Terancam Jatuh Akibat Sentimen Negatif AS dan China

×

Harga Emas Terancam Jatuh Akibat Sentimen Negatif AS dan China

Sebarkan artikel ini
harga emas terancam jatuh akibat sentimen negatif as dan china thumb
Harga emas terancam jatuh hingga level US$ 2.603 pekan ini, dipicu sentimen negatif dari AS dan China. Simak analisis lengkap dampaknya terhadap pasar!

JAKARTA, Bursa Nusantara Official – Harga emas menghadapi tekanan hebat pekan ini, dengan potensi penurunan hingga menyentuh level US$ 2.603. Beberapa sentimen negatif dari Amerika Serikat (AS) dan China memicu kekhawatiran di kalangan investor. Pada Sabtu (14/12/2024), harga emas ditutup turun sebesar 1,2%, menjadi US$ 2.643 per troy ounce.

Sentimen dari Amerika Serikat

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa salah satu faktor utama penurunan harga emas adalah data inflasi produsen di AS yang lebih kuat dari perkiraan. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa inflasi di negara tersebut akan tetap tinggi, memaksa Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga di level tinggi. Meski demikian, diperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada akhir Desember ini.

“Kebijakan perdagangan dan pajak presiden terpilih AS, Donald Trump, juga menjadi perhatian. Meskipun ia berjanji tidak akan memecat Jerome Powell sebagai Ketua The Fed, ada kekhawatiran soal independensi The Fed seperti pada periode sebelumnya,” ungkap Ibrahim. Pengawasan ketat terhadap kebijakan bank sentral oleh Trump dapat memicu penguatan indeks dolar AS.

Penguatan dolar AS seringkali berdampak negatif pada harga emas. Hal ini karena emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, yang pada akhirnya menekan permintaan logam mulia tersebut.

Pengaruh China

Sementara itu, dari sisi China, kebijakan yang tidak sesuai ekspektasi pasar juga turut membebani harga emas. Dalam Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC), pemerintah China tidak membahas secara spesifik langkah-langkah stimulus yang diharapkan pasar. Sebaliknya, mereka justru mengumumkan pemotongan gaji pejabat dan ASN hingga 20%.

“Keputusan ini membuat pasar kecewa berat. Tanpa stimulus yang jelas, emas kehilangan salah satu faktor pendukungnya,” ujar Ibrahim.

Ketegangan Geopolitik

Di tengah tekanan dari AS dan China, situasi geopolitik di Eropa turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Konflik Rusia-Ukraina yang memanas, dengan adanya serangan misil jarak jauh dari Ukraina terhadap kilang minyak Rusia, membuka peluang kenaikan harga emas ke level US$ 2.715.

“Namun, hal ini tetap bergantung pada apakah Rusia memberikan respons signifikan atas serangan tersebut,” tambah Ibrahim.

Prospek Emas 2025

Melihat perkembangan ini, Ibrahim menyarankan trader emas untuk segera mengambil posisi, sementara investor jangka panjang disarankan menahan diri. Pasalnya, harga emas diproyeksi akan terus melemah hingga ke level US$ 2.400 pada tahun 2025. Penurunan ini didukung oleh ekonomi global yang perlahan menggeliat kembali ke level sebelum pandemi Covid-19.

“Ketika ekonomi pulih dan stabil, harga emas cenderung turun. Sebaliknya, emas menjadi investasi menarik saat ekonomi melemah atau terjadi ketegangan geopolitik,” jelas Ibrahim.

Rekomendasi Bagi Investor

Meski tekanan besar membayangi harga emas, peluang tetap ada, terutama bagi trader yang cermat memanfaatkan volatilitas pasar. Namun, untuk investor jangka panjang, saat ini bukan waktu yang tepat untuk menambah portofolio emas.

Dengan tren yang diprediksi akan terus menurun di tahun depan, emas masih harus menghadapi berbagai tantangan sebelum bisa kembali menguat secara signifikan.