JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Harga gula di pasar domestik mulai menunjukkan tren kenaikan yang cukup signifikan, sebagaimana dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Kenaikan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen dan pelaku industri, terutama menjelang momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Ramadan dan Idulfitri 2025. Untuk mengantisipasi potensi fluktuasi harga serta menjaga stabilitas pasokan gula, pemerintah mengambil langkah strategis melalui inisiasi impor Gula Kristal Mentah (GKM) dalam jumlah mencapai 200.000 ton.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya penguatan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang dikelola oleh BUMN, guna memastikan ketersediaan gula dalam menghadapi lonjakan permintaan.
Kenaikan Harga Gula dan Data BPS
Dalam beberapa pekan terakhir, BPS melaporkan adanya kenaikan harga gula pasir di berbagai kabupaten/kota. Data menunjukkan bahwa sejak pekan ketiga Januari 2025, sebanyak 118 kabupaten/kota mulai merasakan kenaikan harga, dan angka tersebut terus bertambah hingga mencapai 153 kabupaten/kota pada pekan kelima Januari.
Kontribusi inflasi dari kenaikan harga gula tercatat mencapai 1,4%, yang membuat pemerintah dan pelaku industri semakin waspada. Kenaikan harga ini diyakini tidak semata-mata karena fluktuasi permintaan, melainkan juga sebagai cerminan dari tekanan harga gula global dan dampak nilai tukar mata uang.
Inisiatif Impor GKM dan Penguatan Stok CPP
Menyikapi situasi tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, menyampaikan inisiatif penting dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) Kemenko Pangan pada 12 Februari 2025.
Arief menegaskan bahwa pemerintah berencana mengimpor 200.000 ton GKM sebagai langkah antisipasi terhadap estimasi kebutuhan gula konsumsi di bulan Ramadan atau Maret yang mencapai 251.800 ton.
Menurut Arief, impor GKM ini tidak diambil karena kekurangan produksi domestik, melainkan sebagai upaya preventif untuk mengantisipasi risiko fluktuasi harga yang berpotensi meningkatkan beban inflasi. “Tadi harga gula dilaporkan BPS, harganya mulai bergerak naik.
Kontribusi inflasinya 1,4%, sehingga kita semua memerlukan tambahan berupa raw sugar yang nanti akan diproses untuk CPP,” ungkap Arief dalam keterangan persnya pada Kamis (13/2/2025).
Lebih lanjut, Arief menjelaskan bahwa stok CPP dalam bentuk gula pasir per 12 Februari 2025 mencapai total 34.000 ton, yang dikelola oleh ID FOOD sebanyak 22.000 ton dan Perum Bulog sebanyak 12.000 ton.
Meskipun stok tersebut masih mencukupi untuk sekitar 4 hingga 5 bulan ke depan, pemerintah menilai perlu dilakukan peningkatan stok guna menghindari risiko kekurangan pasokan saat permintaan melonjak menjelang Ramadan dan Idulfitri.
Proyeksi Kebutuhan Konsumsi dan Produksi Gula
Proyeksi neraca gula konsumsi yang diolah oleh NPF per 21 Januari 2025 menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi bulanan di Maret 2025 diproyeksikan meningkat sebesar 13,39% menjadi 251.800 ton dibandingkan Februari yang hanya 222.000 ton.
Lonjakan kebutuhan ini sejalan dengan momentum bulan Ramadan yang biasanya meningkatkan konsumsi gula di rumah tangga dan industri pengolahan makanan.
Di sisi lain, estimasi produksi gula kristal putih (GKP) di Indonesia juga menunjukkan tren positif, dengan peningkatan produksi mulai Mei 2025 mencapai 166.000 ton, naik drastis di bulan Juni mencapai 392.000 ton, dan lebih tinggi lagi di Juli hingga 555.000 ton.
Puncak panen raya GKP diperkirakan akan terjadi pada Agustus dengan produksi mencapai 621.000 ton. Secara keseluruhan, total kebutuhan konsumsi gula tahunan diproyeksikan mencapai 2,84 juta ton, sehingga langkah impor 200.000 ton raw sugar menjadi strategi penyesuaian yang penting.
Arief juga menambahkan bahwa jumlah impor 200.000 ton raw sugar tersebut masih berada di bawah kebutuhan konsumsi bulanan, namun keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan harga gula dunia dan nilai tukar mata uang.
“Kita coba sesuaikan karena kita juga harus tahu harga gula dunia dan currency rate, itu jadi pertimbangan. Tetapi yang jelas pemerintah harus punya cadangan pangan dan itu harus dikuasai oleh BUMN,” jelasnya.
Implikasi dan Harapan ke Depan
Langkah pemerintah untuk mengimpor 200.000 ton GKM di tengah kenaikan harga gula di pasar domestik menunjukkan komitmen kuat untuk menjaga stabilitas pasokan dan menekan potensi inflasi.
Dengan penguatan stok CPP melalui kebijakan impor ini, diharapkan terjadi stabilisasi harga gula, sehingga konsumen dan industri pengolahan dapat tetap mendapatkan pasokan gula yang cukup dan terjangkau.
Selain itu, upaya ini juga menjadi bukti nyata bahwa pemerintah proaktif dalam mengantisipasi risiko fluktuasi pasar, terutama menjelang momentum hari besar keagamaan seperti Ramadan dan Idulfitri 2025.
Ketersediaan stok yang memadai akan membantu mengurangi dampak kenaikan harga secara signifikan dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
Kebijakan ini juga diharapkan dapat memberikan sinyal positif kepada pelaku pasar bahwa langkah-langkah strategis untuk menjaga keseimbangan pasokan pangan nasional sedang dijalankan dengan serius.
Dengan demikian, di tengah dinamika harga gula yang bergejolak, kepercayaan masyarakat dan pelaku industri terhadap stabilitas pasokan pangan dapat tetap terjaga.
Dengan meningkatnya harga gula yang dilaporkan oleh BPS dan kenaikan jumlah kabupaten/kota yang mengalami lonjakan harga, pemerintah telah mengambil langkah strategis melalui inisiatif impor 200.000 ton GKM.
Langkah ini bertujuan untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan gula konsumsi pada bulan Ramadan dan Idulfitri 2025, serta menguatkan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang saat ini masih berada di level ketercukupan.
Proyeksi kebutuhan konsumsi yang meningkat dan tren produksi gula kristal putih yang positif semakin menegaskan pentingnya kebijakan ini untuk menjaga kestabilan pasar.
Dengan dukungan langkah-langkah strategis tersebut, diharapkan harga gula di pasar domestik dapat tetap terkontrol, memberikan kepastian bagi konsumen, dan menjaga keseimbangan ekonomi nasional di tengah dinamika global.