JAKARTA, BursaNusantara.com – Harga minyak dunia ditutup menguat tipis pada perdagangan Jumat (27/6/2025), tetapi mencatat koreksi mingguan terdalam dalam lebih dari dua tahun terakhir.
Kenaikan harga Brent sebesar 4 sen ke US$67,77 per barel dan WTI sebesar 28 sen ke US$65,52 per barel tidak mampu membendung pelemahan hampir 12% sepanjang pekan.
Pelemahan tajam ini terjadi di tengah laporan eksklusif dari empat sumber OPEC+ bahwa organisasi tersebut akan menaikkan produksi minyak sebanyak 411 ribu barel per hari mulai Agustus.
Koreksi Brutal Setelah Euforia Konflik Mereda
Sentimen geopolitik sempat mendongkrak harga saat konflik Israel-Iran memanas, mendorong Brent menembus US$80 per barel.
Namun, pengumuman gencatan senjata oleh Presiden Donald Trump secara drastis menghilangkan premi risiko dari pasar.
“Pasar kini hampir sepenuhnya mengesampingkan premi risiko geopolitik,” ungkap Janiv Shah, analis dari Rystad.
Sebaliknya, pelaku pasar kembali fokus pada data fundamental, termasuk produksi, permintaan, dan stok global.
OPEC+ Geser Fokus: Strategi Agresif Atasi Harga Tinggi
Langkah OPEC+ menaikkan produksi selama dua bulan berturut-turut mencerminkan strategi baru mengimbangi potensi lonjakan harga.
Kenaikan bertahap sejak Juli menunjukkan sinyal kuat bahwa kartel tak lagi mengandalkan pemangkasan pasokan untuk menopang harga.
“Begitu kabar kenaikan produksi OPEC keluar, harga langsung ambles,” ujar Phil Flynn, analis Price Futures Group.
Analis menilai reaksi pasar mencerminkan kekhawatiran kelebihan pasokan pada kuartal ketiga 2025.
Data Global Campur Aduk, Fundamental Masih Rapuh
Di tengah sentimen negatif, sebagian data memberikan sedikit dukungan harga, termasuk penurunan signifikan stok minyak dan bahan bakar di AS.
Laporan pemerintah menunjukkan peningkatan aktivitas kilang dan permintaan domestik mendorong penurunan persediaan pekan lalu.
Sementara itu, di Eropa, cadangan gasoil di pusat hub ARA jatuh ke titik terendah dalam lebih dari setahun.
Data Singapura juga mengonfirmasi penurunan stok distilat menengah dan peningkatan ekspor mingguan.
China: Lonjakan Impor Minyak Iran Dorong Permintaan Regional
China tercatat membeli lebih dari 1,8 juta barel per hari dari Iran pada 1–20 Juni 2025, menurut pelacakan kapal dari Vortexa.
Ini merupakan angka tertinggi sejak pencatatan dimulai dan mencerminkan lonjakan aktivitas kilang independen China.
Peningkatan terjadi bahkan sebelum eskalasi konflik Israel-Iran, menandakan adanya dorongan permintaan riil dari sektor hilir.
Faktor ini menciptakan demand premium sesaat, namun tidak cukup kuat menopang harga mingguan yang melemah.
Aktivitas Rig AS Terus Turun, Pasokan AS Berpotensi Tertekan
Data Baker Hughes mencatat jumlah rig minyak aktif di AS turun untuk bulan keempat berturut-turut menjadi 432 unit.
Angka ini merupakan level terendah sejak Oktober 2021 dan bisa menjadi penyeimbang dari lonjakan produksi OPEC+.
Namun, analis pasar menilai tren pelemahan rig ini lebih mencerminkan efisiensi industri daripada sinyal kekurangan pasokan.
Dengan turunnya jumlah rig dan tetap tingginya kapasitas penyimpanan, potensi defisit pasokan masih bersifat spekulatif.
Narasi Baru Minyak: Antara Fundamentals dan Fragmentasi Risiko
Situasi terkini menunjukkan pasar minyak berada di persimpangan narasi yang kompleks.
Di satu sisi, pelemahan geopolitik dan rencana OPEC+ memberi tekanan jangka pendek pada harga.
Di sisi lain, data stok dan lonjakan permintaan kilang memberi bantalan teknikal terhadap potensi kejatuhan lebih dalam.
Pasar kini bergerak dalam ruang ketidakpastian, dengan investor memantau rapat lanjutan OPEC+, data stok mingguan, dan proyeksi permintaan musim panas.
Dengan pelemahan hampir 12%, koreksi ini menjadi yang paling dalam sejak Maret 2023 dan mengindikasikan bahwa pasar belum menemukan titik ekuilibrium baru.
Bursa energi global diperkirakan akan tetap fluktuatif dalam jangka pendek, sementara pelaku pasar menanti kepastian arah kebijakan OPEC+ pasca-Agustus.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.