Harga Minyak Dunia Turun Akibat Ketidakpastian Tarif dan Pasokan
JAKARTA, BursaNusantara.com – Harga minyak dunia mengalami penurunan lebih dari 1% pada Kamis (29/5/2025) setelah sebelumnya sempat menguat.
Penurunan ini dipicu oleh pertimbangan pasar terhadap putusan pengadilan Amerika Serikat (AS) yang membatalkan sebagian besar kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.
Pasar juga tetap waspada terhadap kemungkinan sanksi baru dari AS yang dapat membatasi ekspor minyak Rusia.
Selain itu, rencana Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) untuk meningkatkan produksi minyak pada Juli mendatang turut menjadi fokus utama pelaku pasar.
Dampak Putusan Pengadilan AS terhadap Harga Minyak
Harga minyak Brent ditutup melemah 75 sen atau 1,2% ke level US$ 64,15 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 90 sen atau 1,5% menjadi US$ 60,94 per barel.
Penguatan harga minyak sebelumnya muncul saat pengadilan AS memutuskan bahwa Trump melampaui kewenangannya dalam menetapkan tarif umum terhadap berbagai barang impor.
Namun, tarif khusus untuk sektor otomotif, baja, dan aluminium yang diatur melalui undang-undang berbeda tidak dibatalkan.
Sepanjang sesi perdagangan, harga minyak berangsur melemah seiring pejabat pemerintahan Trump yang meremehkan dampak putusan tersebut dan menegaskan masih ada opsi hukum lain untuk menerapkan kebijakan serupa.
Ketidakpastian Tarif Trump dan Respons Pasar
Jim Ritterbusch, konsultan energi AS, menyatakan reaksi pasar atas putusan pengadilan tersebut memudar dengan berjalannya waktu.
Menurutnya, ketidakpastian terkait tarif Trump akan terus membayangi karena proses hukum masih berlangsung, sementara beberapa tarif sektor tertentu masih tetap berlaku.
Faktor ini memperkuat persepsi pasar bahwa risiko kebijakan proteksionisme masih ada dan bisa mempengaruhi permintaan minyak global dalam jangka menengah.
Permintaan Minyak Tiongkok dan Risiko Geopolitik
Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol, menegaskan permintaan minyak di Tiongkok masih lemah, menjadi salah satu faktor yang menekan harga minyak.
Selain itu, ketidakpastian terkait perkembangan situasi di Rusia dan Iran turut membebani pasar.
Perundingan antara AS dan Iran mengenai program nuklir yang semakin intensif menambah volatilitas pasar.
Phil Flynn, analis senior Price Futures Group, menyebut pasar masih fluktuatif karena belum jelas apakah hubungan kedua negara akan menuju konflik atau kesepakatan damai.
Strategi Produksi OPEC+ dan Risiko Pasokan
OPEC+ berencana mempercepat kenaikan produksi minyak mulai Juli dengan estimasi tambahan 411 ribu barel per hari.
Peningkatan ini diproyeksikan akan berlanjut hingga kuartal ketiga guna mempertahankan pangsa pasar global, kata analis ING.
Di sisi lain, potensi sanksi baru terhadap minyak Rusia menciptakan risiko tambahan bagi pasokan global. Sementara itu, penghentian produksi Chevron di Venezuela setelah pencabutan lisensi oleh pemerintahan Trump menambah tekanan pada ketersediaan minyak.
Proyeksi Permintaan dan Pengaruh Kejadian Tak Terduga
Menurut Mukesh Sahdev, Kepala Pasar Komoditas Global di Rystad Energy, permintaan minyak global diperkirakan akan melebihi pasokan sebesar 600 ribu hingga 700 ribu barel per hari antara Mei dan Agustus. Tren ini menandakan sentimen pasar yang cenderung bullish.
Namun, harga minyak sempat tertekan setelah reaksi awal menipis, meski data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan penurunan cadangan minyak mentah AS sebesar 2,8 juta barel menjadi 440,4 juta barel, di luar ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan.
Faktor Tambahan dari Kondisi Kanada
Kebakaran hutan di Alberta, Kanada, memaksa evakuasi dan menghentikan sementara beberapa produksi minyak dan gas.
Gangguan ini berpotensi mengurangi pasokan ke pasar global dan menjadi variabel tambahan yang dipantau oleh pelaku pasar.
Dengan berbagai dinamika global yang terus berkembang, pasar minyak dunia tetap berada dalam kondisi penuh ketidakpastian dan fluktuasi, sehingga pelaku pasar harus terus memantau perkembangan kebijakan dan kondisi geopolitik terkini.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ikuti berita terbaru Bursa Nusantara di GOOGLE NEWS
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi