Lonjakan Minyak Dipicu Libur AS dan Ancaman Geopolitik Timur Tengah
JAKARTA, BursaNusantara.com – Ketegangan geopolitik dan dinamika musiman mendominasi pergerakan harga minyak global pada Jumat, 23 Mei 2025.
Menjelang libur panjang Memorial Day di Amerika Serikat, harga minyak mentah dunia ditutup menguat.
Harga Brent naik sebesar 34 sen atau 0,54% menjadi US$ 64,78 per barel. Sementara harga WTI meningkat 33 sen ke posisi US$ 61,53 per barel.
Pergerakan ini dianggap sebagai respons pasar terhadap kombinasi faktor fundamental dan sentimen risiko.
Menurut Phil Flynn dari Price Futures Group, pelaku pasar melakukan aksi short-covering menjelang akhir pekan. Hal ini biasa terjadi menjelang liburan Memorial Day, yang menandai awal musim mengemudi musim panas di AS.
Peningkatan permintaan bahan bakar kendaraan selama periode ini cenderung mendongkrak harga minyak. Namun di luar faktor musiman, pasar juga mencermati ketegangan Timur Tengah yang membayangi.
Negosiasi Nuklir AS–Iran Kian Rumit
Ketidakpastian muncul dari pembicaraan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran yang digelar di Roma. Negosiasi itu menjadi perhatian utama pasar karena dampaknya terhadap pasokan minyak global.
Flynn memperingatkan jika kesepakatan gagal dicapai, ketegangan regional bisa meningkat drastis. Bahkan, ada kekhawatiran bahwa Israel dapat melakukan aksi militer jika merasa Iran mendapat celah untuk terus mengembangkan program nuklirnya.
Potensi gangguan keamanan kawasan dianggap mampu mengguncang distribusi minyak dari Timur Tengah, salah satu wilayah produsen terbesar dunia.
Situasi ini memperkuat posisi spekulan di pasar berjangka untuk mempertahankan posisi beli.
Tarif Dagang Trump Menambah Ketidakpastian Pasar
Di saat yang sama, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan ancaman tarif baru terhadap Uni Eropa. Mulai 1 Juni, ia mempertimbangkan tarif 50% untuk seluruh barang dari blok tersebut karena stagnasi dalam hubungan dagang bilateral.
Pernyataan itu langsung meningkatkan kekhawatiran pasar akan tekanan permintaan minyak, terutama jika eskalasi perdagangan berdampak pada aktivitas manufaktur dan logistik Eropa.
Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow, menyebut pasar sedang dibebani oleh dua tekanan utama: dampak kebijakan dagang Trump dan potensi lonjakan pasokan dari OPEC+.
OPEC+ Siap Tambah Produksi di Musim Panas
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya, termasuk Rusia, dijadwalkan mengadakan pertemuan pada pekan depan.
Agenda utama adalah kemungkinan peningkatan pasokan minyak untuk bulan Juli sebesar 411 ribu barel per hari.
Reuters sebelumnya mengabarkan bahwa OPEC+ tengah mempertimbangkan pencabutan bertahap atas sisa pemangkasan sukarela 2,2 juta barel per hari hingga Oktober 2025.
Sejak April hingga Juni tahun ini, kelompok tersebut telah menaikkan target produksi sekitar 1 juta barel per hari.
Langkah ini diambil untuk menstabilkan pasar, di tengah risiko geopolitik dan ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan.
Namun jika kenaikan pasokan tidak dibarengi permintaan yang kuat, harga minyak global bisa kembali tertekan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi