Harga Minyak Melonjak Berkat Peningkatan Permintaan Diesel
New York, bursa.nusantaraofficial.com – Harga minyak mentah mengalami kenaikan pada Senin (30/12/2024), di tengah volume perdagangan yang sepi menjelang akhir tahun. Peningkatan permintaan diesel sebagai alternatif gas alam untuk pemanas ruang, terutama di tengah prediksi turunnya suhu di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, menjadi pendorong utama kenaikan ini.
Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari naik 22 sen (0,3%) menjadi US$ 74,39 per barel. Sementara itu, harga kontrak Maret yang lebih aktif ditutup di level US$ 73,99 per barel, naik 20 sen. Di sisi lain, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mencatat penguatan sebesar 39 sen (0,6%) menjadi US$ 70,99 per barel.
Kontrak ultra-low sulfur diesel AS juga melonjak 2,5% menjadi US$ 2,3 per galon, mencapai level tertinggi sejak 5 November. Distributor bahan bakar TACenergy menjelaskan, “Harga diesel memimpin kenaikan di sektor energi, didorong oleh kekhawatiran cuaca dingin yang diprediksi meningkatkan permintaan.”
Cuaca Dingin Tingkatkan Permintaan Energi
Data LSEG menunjukkan indikator kebutuhan energi pemanas (heating degree days) di AS diperkirakan meningkat menjadi 499 dalam dua pekan ke depan, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya di angka 399. Di Eropa, suhu juga diprediksi lebih dingin pada Januari, mendukung kenaikan permintaan energi untuk pemanas.
Harga gas alam AS melonjak 17% ke level tertinggi sejak Januari 2023, seiring proyeksi cuaca dingin dan meningkatnya permintaan ekspor.
Penurunan Stok Minyak AS Menopang Harga
Selain cuaca, penurunan stok minyak mentah AS turut mendukung kenaikan harga minyak. Berdasarkan survei awal Reuters, stok minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 3 juta barel pada pekan lalu. Pekan sebelumnya, Brent dan WTI mencatat kenaikan masing-masing 1,4% setelah penarikan stok yang lebih besar dari perkiraan selama periode liburan.
Fokus Pasar: Data Ekonomi Global
Investor kini menantikan data survei PMI pabrik China pada Selasa, serta survei ISM AS pada Jumat mendatang. Kedua data ini akan memberikan gambaran kondisi ekonomi dua konsumen minyak terbesar dunia.
Namun, analis StoneX, Alex Hodes, mengingatkan potensi kelebihan pasokan minyak akibat ekonomi China yang lemah. Meskipun begitu, langkah pemerintah China untuk menerbitkan obligasi khusus senilai 3 triliun yuan (US$ 411 miliar) pada 2025 diyakini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
Spekulasi Pengurangan Pasokan Iran
Selain itu, pasar minyak juga berspekulasi bahwa Presiden AS terpilih Donald Trump akan memperketat sanksi terhadap ekspor minyak mentah Iran. Langkah ini diperkirakan memangkas pasokan global hingga lebih dari 1 juta barel per hari, menekan ekspor minyak Iran di bawah 500 ribu barel per hari.
Hodes menyebutkan, “Jika sanksi ini diterapkan, pasar minyak akan melihat dampak signifikan pada keseimbangan pasokan global.”
Kenaikan harga minyak saat ini mencerminkan perpaduan berbagai faktor, mulai dari meningkatnya permintaan akibat cuaca dingin hingga pengurangan stok dan spekulasi geopolitik. Pasar akan terus memantau perkembangan data ekonomi global serta kebijakan terkait ekspor minyak dari negara-negara utama produsen energi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di: