HOUSTON, Bursa.NusantaraOfficial.com – Harga minyak global kembali mengalami penurunan signifikan pada Senin (20/1/2025). Langkah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang baru saja dilantik untuk masa jabatan keduanya, menjadi pusat perhatian pasar energi dunia.
Dalam pidatonya, Trump mengumumkan rencana darurat energi nasional untuk memperkuat dominasi energi AS di pasar internasional.
Harga minyak Brent, acuan utama minyak dunia, ditutup melemah sebesar 64 sen atau 0,8% menjadi US$ 80,15 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun lebih tajam, yaitu sebesar US$ 1,30 atau 1,7% ke posisi US$ 76,58 per barel.
Kebijakan Darurat Energi Nasional Trump
Menurut pernyataan dari pejabat Gedung Putih, kebijakan darurat energi nasional akan melibatkan percepatan persetujuan proyek minyak, gas, dan listrik di wilayah Alaska. Langkah ini dilakukan dengan dalih keamanan nasional, termasuk rencana ekspor gas alam cair (LNG) ke berbagai negara mitra AS.
“Trump, yang sejak kampanye meneriakkan ‘drill, baby, drill,’ akan mempercepat proyek energi strategis AS,” ujar salah satu pejabat pemerintahan Trump.
Langkah ini juga diiringi dengan janji Trump untuk melakukan reformasi perdagangan global, termasuk penerapan tarif dan pajak baru yang bertujuan memperkuat posisi ekonomi Amerika Serikat.
Faktor Geopolitik Menekan Harga Minyak
Selain kebijakan Trump, dinamika geopolitik turut memengaruhi volatilitas harga minyak. Setelah pengumuman sanksi terhadap lebih dari 100 kapal tanker dan dua produsen minyak Rusia oleh pemerintahan sebelumnya, dampaknya mulai dirasakan.
Sanksi ini memaksa China dan India untuk mencari sumber pasokan minyak alternatif, sementara Rusia berupaya memanfaatkan kapal tanker non-sanksi.
Di sisi lain, konflik Rusia-Ukraina menjadi sorotan utama. Trump menjanjikan langkah-langkah cepat untuk mengakhiri perang melalui dialog damai yang mungkin melibatkan pelonggaran sanksi tertentu.
Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan menyampaikan ucapan selamat kepada Trump dan menyatakan kesiapan untuk berdialog mengenai Ukraina.
Gencatan Senjata Timur Tengah
Sementara itu, perkembangan di Timur Tengah juga memengaruhi pasar energi. Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata, disertai pertukaran tahanan yang menandai meredanya ketegangan setelah konflik berkepanjangan.
Kelompok Houthi di Yaman pun menyatakan akan membatasi target serangan hanya pada kapal yang terkait dengan Israel.
Reaksi Pasar dan Prediksi Analis
Analis UBS, Giovanni Staunovo, menyebut bahwa pasar saat ini tengah menanti langkah konkret dari Trump. “Pasar menantikan dampak kebijakan darurat energi nasional dalam 24 jam ke depan, yang dapat mengubah arah pergerakan harga minyak dunia,” jelas Staunovo.
Meski demikian, analis dari ANZ menekankan bahwa kenaikan harga minyak baru-baru ini tidak akan bertahan lama. Hal ini dipengaruhi oleh potensi percepatan produksi AS dan langkah geopolitik lainnya.
Kebijakan energi Trump diprediksi akan menjadi game changer dalam dinamika pasar energi global. Namun, volatilitas harga minyak masih dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari geopolitik hingga kebijakan strategis dari negara-negara besar.
Pasar kini menunggu apakah janji Trump untuk “membawa Amerika kembali memimpin” dapat terwujud di tengah tekanan global.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.