JAKARTA, BursaNusantara.com – Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) anjlok mendekati level US$60 per barel pada perdagangan Rabu (30/4), menandai penurunan selama tiga sesi beruntun dan menyentuh titik terendah dalam dua pekan terakhir.
Tren negatif ini dipicu kekhawatiran investor terhadap arah kebijakan global yang belum pasti serta potensi pelemahan permintaan energi secara global.
Penurunan Bulanan Terbesar Sejak 2021
Penurunan harga WTI sepanjang bulan tercatat lebih dari 15 persen, menjadikannya penurunan bulanan terdalam sejak November 2021.
Minyak mentah Brent, yang menjadi acuan pasar global, juga tidak luput dari koreksi dan menyusut ke level sekitar US$63 per barel.
Kondisi ini mencerminkan kekhawatiran investor atas prospek permintaan minyak di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global, khususnya terkait perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang kembali memanas.
Perang Tarif AS-Tiongkok Tekan Sentimen Pasar
Perang dagang antara dua negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia tersebut memperburuk ekspektasi pasar. Kebijakan tarif yang berubah-ubah dari Amerika Serikat turut menimbulkan ketidakstabilan ekonomi yang meluas dan memperlemah sentimen konsumen, terutama di AS.
Data terbaru menunjukkan kepercayaan konsumen di Negeri Paman Sam anjlok signifikan. Hal ini menjadi sinyal awal bahwa tekanan terhadap ekonomi domestik mulai terasa, menambah kekhawatiran bahwa perlambatan global bisa semakin dalam.
Cadangan Minyak AS Naik Drastis, OPEC+ Dipantau
Tambahan tekanan datang dari laporan American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah AS naik drastis sebesar 3,76 juta barel dalam sepekan terakhir.
Angka ini jauh melampaui ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan kenaikan 390.000 barel.
Sementara itu, perhatian investor kini tertuju pada pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada 5 Mei mendatang. Pasar menanti kejelasan apakah aliansi produsen minyak tersebut akan mempercepat rencana peningkatan produksi di tengah kondisi pasar yang labil.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi