Geser kebawah untuk baca artikel
HeadlinePasarSaham

Harga Saham Bank Anjlok, Saatnya Beli atau Tunggu?

×

Harga Saham Bank Anjlok, Saatnya Beli atau Tunggu?

Sebarkan artikel ini
harga saham bank anjlok saatnya beli atau tunggu kompres
Harga saham bank besar turun, IHSG melemah, dan foreign outflow meningkat. Apakah ini peluang investasi atau ancaman? Simak analisisnya di sini.

JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com Saham Big Banks Turun, Apa yang Terjadi?
Pada perdagangan Senin (13/1/2025), saham-saham bank besar di Indonesia memerah, menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun -2,53% ke Rp4.240, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah -2,39% ke Rp3.910, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun -1,79% ke Rp5.500, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami penurunan -0,51% ke Rp9.675.

Seiring dengan melemahnya harga saham big banks, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melemah -0,45% ke level 7.056,86. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 324 saham berada di zona merah, 259 saham menghijau, dan 209 saham stagnan.

Pelemahan Berlanjut
Tidak hanya pada hari ini, keempat saham bank besar tersebut juga melemah sejak perdagangan Jumat (10/1/2025). Penurunan yang konsisten ini membuat saham big banks semakin murah, menarik perhatian investor yang berorientasi pada value investing.

Value investor terkenal, Rivan Kurniawan, dalam video YouTube-nya pada 21 Desember 2024, menyebut bahwa secara fundamental, BRI memiliki kinerja yang baik. Menurut Rivan, penurunan harga saham BRI menjadi peluang karena valuasi yang lebih menarik dibandingkan saat saham berada di level Rp6.000-an.

Data Ekonomi AS Mempengaruhi Pasar
Pelemahan saham big banks di Indonesia juga dipengaruhi oleh sentimen global. Data dari biro statistik tenaga kerja AS mencatat kenaikan non-farm payroll employment pada Desember 2024 menjadi 256.000, jauh melampaui ekspektasi konsensus di 160.000. Tingkat pengangguran juga turun ke 4,1%, lebih baik dibandingkan ekspektasi konsensus di 4,2%.

Data ekonomi yang kuat ini mengurangi ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada Juni 2025. Berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga hingga 25 basis poin turun menjadi 41% dari 44% pada pekan sebelumnya. Sebaliknya, probabilitas suku bunga ditahan meningkat ke 45% dari 27%.

Reaksi pasar terhadap data ini cukup negatif. Pasar saham AS melemah, indeks dolar (DXY) menguat, dan yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik.

Dampak pada IHSG dan Rupiah
Investment Analyst Lead Stockbit, Edi Chandren, memperkirakan bahwa IHSG dan nilai tukar rupiah akan mendapat tekanan dari foreign outflow. Investor asing cenderung menarik dananya dari pasar Indonesia akibat ekspektasi kenaikan suku bunga di AS.

Peluang atau Ancaman?
Meski pelemahan saham big banks tampak mengkhawatirkan, beberapa analis melihat ini sebagai peluang. Penurunan harga saham membuat valuasi lebih menarik bagi investor yang fokus pada fundamental. Namun, risiko global seperti penguatan dolar AS dan foreign outflow tetap menjadi ancaman yang perlu diperhatikan.

Sebagai investor, penting untuk memadukan analisis teknikal dan fundamental dalam mengambil keputusan. Tetap pantau perkembangan ekonomi global dan kinerja emiten untuk mengidentifikasi peluang terbaik di tengah volatilitas pasar.

Kesimpulan:
Penurunan saham big banks dan IHSG mencerminkan tantangan yang dihadapi pasar saham Indonesia saat ini. Namun, di balik setiap tantangan, selalu ada peluang bagi investor yang cermat dan berhati-hati.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.