Geser kebawah untuk baca artikel
HeadlinePasarSaham

IHSG 2024: Perjalanan Konsolidasi dan Harapan Baru di Tahun 2025

×

IHSG 2024: Perjalanan Konsolidasi dan Harapan Baru di Tahun 2025

Sebarkan artikel ini
ihsg 2024 perjalanan konsolidasi dan harapan baru di tahun 2025 kompres
IHSG 2024 mencatat fluktuasi besar, dari rekor tertinggi hingga tekanan akibat sentimen global dan domestik. Simak ulasan lengkap perjalanan IHSG dan prospek 2025.

IHSG 2024: Konsolidasi di Tengah Fluktuasi Ekonomi Global dan Domestik


Jakarta, bursa.nusantaraofficial.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2024 menghadirkan dinamika luar biasa. Dari pencapaian rekor tertinggi sepanjang masa di 7.910 pada September hingga konsolidasi yang bertahan di level psikologis 7.000 menjelang akhir tahun, IHSG menjadi cerminan tantangan dan peluang di pasar modal Indonesia.

Sepanjang tahun, IHSG mencatatkan pergerakan yang bak roller coaster. Berbagai sentimen, baik dari dalam maupun luar negeri, memberikan tekanan pada indeks yang sekaligus memengaruhi sentimen investor di pasar modal domestik.


Perjalanan IHSG: Dari Rekor ke Konsolidasi

Mengawali tahun 2024, IHSG dibuka di level 7.268 pada 2 Januari. Dalam beberapa bulan pertama, indeks mencatatkan beberapa kali rekor tertinggi (all-time high/ATH) berkat sentimen positif, termasuk optimisme pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makroekonomi. Namun, di paruh kedua tahun ini, IHSG mulai menunjukkan konsolidasi akibat tekanan dari berbagai faktor, baik domestik maupun global.

Pada Maret 2024, IHSG berhasil mencatatkan ATH sebanyak empat kali, menembus level 7.400. Puncaknya terjadi pada September, ketika IHSG mencatatkan rekor intraday tertinggi di 7.910 dan ditutup di 7.905. Sayangnya, sejak saat itu, IHSG belum mampu mencatatkan rekor baru, bahkan cenderung terkoreksi.

Data per 27 Desember menunjukkan bahwa secara year-to-date (YTD), IHSG melemah 3,25%, menjadikannya salah satu indeks dengan performa terlemah di kawasan ASEAN.


Sentimen Utama yang Memengaruhi IHSG 2024

1. Kebijakan Full Call Auction (FCA)
Pada pertengahan tahun, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengimplementasikan mekanisme Full Call Auction (FCA) untuk saham-saham dalam papan pemantauan khusus. Kebijakan ini sempat memicu volatilitas di pasar, khususnya pada saham dengan kapitalisasi besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Kebijakan FCA menuai kritik dari pelaku pasar yang menilai bahwa aturan tersebut merugikan likuiditas saham tertentu. BEI kemudian melakukan evaluasi ulang untuk menyeimbangkan kepentingan investor dan pelaku pasar lainnya.

2. Kekhawatiran Resesi Global
Pada Agustus 2024, IHSG mengalami penurunan harian terbesar sebesar 3,4%, yang dikenal sebagai “Black Monday.” Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran resesi di Amerika Serikat, yang berdampak pada seluruh bursa saham di kawasan Asia Pasifik.

Indeks Nikkei Jepang tercatat mengalami penurunan terburuk, lebih dari 12% dalam satu hari, sementara indeks lainnya, seperti Hang Seng dan Straits Times, juga mengalami penurunan signifikan.

3. Tekanan Nilai Tukar Rupiah
Rupiah mengalami tekanan berat sepanjang 2024, terutama menjelang akhir tahun. Nilai tukar rupiah sempat menembus Rp 16.300 per USD, dipicu oleh penguatan dolar AS dan tingginya permintaan valas untuk kebutuhan korporasi dan individu.

Bank Indonesia hanya mampu menurunkan suku bunga sebanyak satu kali sebesar 25 basis poin pada September 2024, berbeda dengan The Fed yang menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali. Kenaikan suku bunga global juga membatasi ruang gerak BI untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.


Kinerja Saham dan Sektor Unggulan di 2024

Di tengah tekanan, beberapa sektor tetap menunjukkan performa yang menjanjikan:

1. Energi
Sektor energi tetap menjadi andalan berkat stabilitas harga komoditas seperti batu bara dan minyak. Saham-saham seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan kinerja positif, meskipun mengalami volatilitas.

2. Konsumer Primer
Sektor konsumer primer, termasuk makanan dan minuman, menunjukkan daya tahan yang kuat meski diterpa inflasi. Saham seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) tetap menarik bagi investor defensif.

3. Perbankan
Sektor perbankan menghadapi tantangan akibat suku bunga tinggi, namun tetap menjadi pilihan utama investor. Saham seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) diharapkan mendapatkan momentum pada 2025 dengan potensi penurunan suku bunga.


Outlook dan Rekomendasi untuk 2025

Memasuki tahun politik 2025, pasar modal Indonesia menghadapi tantangan baru, termasuk rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%. Namun, optimisme tetap ada, terutama dengan potensi stabilitas politik pasca Pemilu 2024 dan kebijakan moneter yang lebih longgar.

Rekomendasi Sektor:

  1. Energi Terbarukan: Dengan fokus pemerintah pada transisi energi, sektor ini memiliki prospek cerah.
  2. Teknologi: Transformasi digital diharapkan terus mendorong pertumbuhan saham teknologi.
  3. Properti: Penurunan suku bunga dapat menjadi katalis bagi sektor ini.

Saham Unggulan 2025:

  1. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
  2. PT Astra International Tbk (ASII)
  3. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)

Tahun 2024 menjadi ujian berat bagi IHSG, dengan berbagai sentimen negatif yang membayangi. Namun, capaian seperti rekor IPO 41 perusahaan baru menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia tetap menarik bagi investor domestik dan asing.

Dengan persiapan yang matang dan kebijakan yang tepat, 2025 dapat menjadi tahun kebangkitan IHSG, memberikan peluang baru bagi para pelaku pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di:

LinkedIn X Telegram Discord Whatsapp Channel