JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa impresif dengan menembus level 7.000 pada sesi perdagangan Rabu (15/1/2025).
Ditutup menguat sebesar 42,8 poin atau 0,62% di level 6.999,4 pada sesi pertama, sentimen positif dari surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi faktor utama pendorong kenaikan ini.
Surplus Neraca Perdagangan Dorong Optimisme Pasar
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2024 mencatat surplus sebesar USD 2,24 miliar.
Hal ini menjadi bulan ke-41 berturut-turut Indonesia membukukan surplus perdagangan. Pilarmas Investindo Sekuritas menyatakan bahwa surplus ini memberikan katalis positif untuk mendukung ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
“Dengan neraca perdagangan mengalami surplus, tentunya ini akan memberikan katalis positif untuk mendukung ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut,” jelas Pilarmas dalam risetnya.
Pasar Tunggu Arah Kebijakan Bank Indonesia
Selain data neraca perdagangan, perhatian pasar juga tertuju pada hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada 14-15 Januari 2025. Pasar memprediksi suku bunga acuan akan tetap berada di level 6%, mengindikasikan upaya Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas moneter di tengah volatilitas pasar global.
“Pasar tentunya juga menunggu pandangan kebijakan moneter BI ke depannya di saat masih dipengaruhi volatilitas pasar keuangan global,” tambah Pilarmas.
Sentimen Global: Fokus pada Data Inflasi AS
Di pasar global, investor mencermati data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dirilis pekan ini. Sebelumnya, indeks harga produsen AS bulan Desember menunjukkan kenaikan 0,2%, lebih rendah dari ekspektasi 0,4%. Meski memberikan sedikit kelegaan bagi pasar ekuitas, ketidakpastian terkait kebijakan moneter The Fed tetap menjadi perhatian utama.
“Data yang lebih rendah dari perkiraan memberikan sedikit kelegaan bagi pasar ekuitas. Namun demikian, pasar tetap berhati-hati menjelang rilis data inflasi konsumen AS yang dapat memengaruhi prospek kebijakan moneter The Fed,” ungkap Pilarmas.
Kebijakan Bank Sentral Jepang dan China
Dari Asia, Bank Jepang melalui Deputi Gubernur Ryozo Himino mengindikasikan adanya kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan minggu depan. Sementara itu, Bank Sentral China meningkatkan suntikan likuiditas jangka pendek sebesar 958,4 miliar Yuan untuk menjaga stabilitas pasar menjelang Tahun Baru Imlek.
Komisi Pengawasan Sekuritas China juga berkomitmen untuk memprioritaskan stabilitas pasar pada 2025. Kebijakan ini bertujuan mencegah risiko terkait fluktuasi nilai tukar yang dapat berdampak pada ekonomi domestik dan global.
Saham Pilihan dan Rekomendasi
Pada sesi pertama hari ini, beberapa saham mengalami kenaikan signifikan, di antaranya DOOH, LMPI, RATU, WIFI, dan GULA. Di sisi lain, saham-saham seperti SMIL, BRRC, GPSO, MFIN, dan BTEK mencatatkan penurunan terbesar.
Pilarmas Investindo merekomendasikan saham SCMA sebagai pilihan utama untuk sesi kedua dengan posisi beli (“buy”) pada level support 173 dan resistance 196. “Kami merekomendasikan SCMA buy dengan support dan resistance di 173 – 196,” ujar Pilarmas.
Prospek IHSG ke Depan
Dengan surplus neraca perdagangan yang kuat dan prediksi stabilitas moneter dari Bank Indonesia, IHSG diproyeksikan memiliki peluang untuk tetap stabil di level psikologis 7.000. Meski demikian, dinamika pasar global dan kebijakan bank sentral di berbagai negara tetap menjadi faktor yang perlu diantisipasi.
Kondisi ini memberikan sinyal positif bagi investor lokal maupun global untuk memanfaatkan momentum pasar yang sedang stabil. Tetaplah bijak dalam mengambil keputusan investasi dan pantau perkembangan data ekonomi serta kebijakan moneter terkini.