IHSG Terjun Bebas! Apa Penyebabnya?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan hebat pada perdagangan sesi I, Jumat (7/2/2025). Indeks utama Bursa Efek Indonesia (BEI) ini jatuh 151,1 poin atau sekitar 2,2% ke level 6.724,4.
Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan, tekanan ini terjadi akibat kombinasi berbagai faktor, mulai dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, keputusan MSCI, hingga ketidakpastian global yang terus menghantui pasar keuangan.
Perlambatan Ekonomi Jadi Pemicu Utama
Sentimen negatif pertama yang mengguncang IHSG adalah data pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 yang dirilis lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini memicu kekhawatiran investor mengenai prospek perekonomian domestik di tahun 2025.
Menurut riset Pilarmas, faktor eksternal seperti ancaman geopolitik, perang dagang, inflasi, dan suku bunga tinggi juga turut membebani optimisme pelaku pasar. Dengan kondisi ini, konsumsi rumah tangga sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi bisa semakin tertekan.
“Pasar mulai merespons dampak perlambatan ekonomi yang dapat berimbas pada kinerja emiten di tahun ini,” tulis Pilarmas dalam risetnya.
Saham BREN, CUAN, dan PTRO Jatuh Setelah Keputusan MSCI
Faktor lain yang berkontribusi pada kejatuhan IHSG adalah keputusan MSCI yang tidak memasukkan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Petrosea Tbk (PTRO) ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index (IMI) Februari 2025.
Keputusan MSCI ini mengecewakan pasar, mengingat saham-saham tersebut memiliki kapitalisasi besar dan sebelumnya diprediksi masuk dalam indeks. Akibatnya, saham BREN, CUAN, dan PTRO mengalami koreksi tajam yang ikut menyeret IHSG ke zona merah.
Namun, Pilarmas menilai keputusan ini masih bisa berubah di masa mendatang. “MSCI tetap membuka peluang untuk meninjau kembali saham-saham ini dalam indeks selanjutnya setelah mendapatkan masukan dari pelaku pasar terkait isu investability,” tambah Pilarmas.
Cadangan Devisa RI Meningkat, Sinyal Positif?
Di tengah tekanan pasar, kabar baik datang dari sektor makroekonomi. Data terbaru menunjukkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2025 meningkat menjadi US$ 156,1 miliar, dari sebelumnya US$ 155,7 miliar di akhir Desember 2024.
Menurut Pilarmas, kenaikan cadangan devisa ini menjadi salah satu faktor yang menahan kejatuhan IHSG agar tidak lebih dalam. “Kenaikan ini mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ungkapnya.
Pasar Asia dan Dampak Global
Tak hanya IHSG yang bergejolak, pasar saham di Asia juga bergerak variatif. Mayoritas indeks Asia menguat menjelang akhir pekan, dengan investor menantikan rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS).
Selain itu, investor juga mengamati perkembangan hubungan dagang antara AS dan China yang masih penuh ketidakpastian. Meskipun ada harapan akan adanya langkah-langkah konstruktif dari kedua negara, pasar tetap berhati-hati.
Pilarmas menyoroti bahwa data inflasi dan harga produsen (PPI) China untuk Januari menjadi perhatian utama investor. Risiko deflasi yang terus berlanjut di China berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia secara keseluruhan.
Rekomendasi Saham: MAPI
Di tengah tekanan pasar, Pilarmas memberikan rekomendasi untuk saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Saham ini dinilai memiliki potensi rebound dalam jangka pendek.
“Kami merekomendasikan MAPI untuk buy dengan support di Rp 1.250 dan resistance di Rp 1.345,” tulis Pilarmas.
IHSG mengalami koreksi tajam akibat kombinasi sentimen negatif, mulai dari perlambatan ekonomi, keputusan MSCI, hingga faktor global seperti inflasi dan geopolitik. Namun, kenaikan cadangan devisa menjadi faktor penyeimbang yang bisa memberikan optimisme bagi pasar.
Bagi investor, situasi saat ini menuntut kehati-hatian dalam mengambil keputusan investasi. Pantau terus pergerakan indeks dan berita ekonomi terkini untuk menentukan langkah terbaik di pasar saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.