Geopolitik dan Bencana Alam Mengguncang Pasar Energi
JAKARTA, BursaNusantara.com – Kenaikan harga minyak mentah dunia pada awal pekan ini menjadi cerminan betapa sensitifnya pasar energi terhadap kombinasi krisis iklim dan ketegangan geopolitik.
Harga minyak Brent dan WTI kompak melonjak hampir 3% pada perdagangan Senin (2/6/2025), memperlihatkan bahwa sentimen pasar lebih kuat dipengaruhi risiko pasokan daripada sinyal produksi.
Lonjakan harga terjadi meskipun OPEC+ tetap berkomitmen menaikkan produksi secara bertahap. Ketakutan pasar justru tertuju pada gangguan suplai dari Kanada dan tensi global yang meningkat.
Baca Juga: Harga Batu Bara Meroket, Sentimen Rusia Dongkrak Pasar Global
Kebakaran Alberta Jadi Ancaman Pasokan Energi Global
Wilayah Alberta di Kanada tengah dilanda kebakaran besar, menghantam pusat produksi minyak nasional. Kebakaran ini telah mengganggu sekitar 7% dari total produksi minyak Kanada.
Beberapa operator besar di wilayah Fort McMurray dilaporkan sudah menghentikan operasi dan mengevakuasi pekerja. Dampaknya langsung terasa di pasar, menciptakan kekhawatiran pasokan dalam jangka pendek.
John Kilduff dari Again Capital mengatakan kebakaran di Alberta kini mulai benar-benar berdampak pada pasokan global. Kekhawatiran ini mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi beli secara agresif.
Pelemahan Dolar AS Tambah Dorongan Kenaikan Harga
Faktor lain yang memperkuat harga minyak adalah pelemahan dolar AS. Ancaman tarif baru dari Presiden Donald Trump membuat pasar khawatir terhadap perlambatan ekonomi dan lonjakan inflasi.
Dolar yang lemah membuat harga minyak menjadi lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri. Dalam kondisi seperti ini, permintaan global cenderung meningkat, menambah tekanan naik pada harga.
Analis menilai dinamika nilai tukar menjadi salah satu indikator kunci yang turut mengarahkan harga komoditas, terutama yang diperdagangkan dalam dolar seperti minyak mentah.
Eskalasi Ketegangan Ukraina-Rusia dan Iran-AS
Faktor geopolitik kembali menyala setelah laporan mengenai serangan drone Ukraina terhadap Rusia pada akhir pekan. Serangan ini menambah ketidakpastian pasokan energi dari kawasan Eropa Timur.
Selain itu, perkembangan negosiasi nuklir antara Iran dan AS juga menambah lapisan ketegangan. Seorang diplomat Iran menyatakan bahwa usulan terbaru dari Washington kemungkinan besar akan ditolak oleh Teheran.
Analis dari Rystad Energy, Jorge Leon, menyebut bahwa meningkatnya risiko geopolitik seperti ini menciptakan tekanan tambahan pada pasar, karena potensi gangguan pasokan dari negara-negara penghasil minyak utama.
OPEC+ Tetap Tambah Produksi, Tapi Pasar Punya Agenda Sendiri
Pada Sabtu sebelumnya, aliansi OPEC+ mengumumkan akan menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari mulai Juli. Langkah ini merupakan lanjutan dari strategi kenaikan bertahap yang telah berlangsung dua bulan terakhir.
Kenaikan produksi ini bertujuan untuk mengembalikan pangsa pasar sekaligus menekan anggota yang melebihi kuota. Namun, pasar tampaknya tidak terlalu kaget dengan angka tersebut karena sudah mengantisipasinya.
Menurut sumber internal OPEC+, kemungkinan kenaikan yang lebih besar akan dibahas dalam pertemuan mendatang. Meski begitu, harga tetap bergerak naik karena fokus pasar ada pada sisi pasokan yang tidak pasti.
Investor Salah Posisi, Pasar Minyak Jadi Volatil
Phil Flynn dari Price Futures Group menilai pasar semula berharap OPEC+ akan menaikkan produksi dalam jumlah lebih besar. Akibatnya, banyak investor salah posisi dan terpaksa melakukan pembelian kembali untuk menutup posisi pendek.
Sementara itu, Goldman Sachs memperkirakan bahwa OPEC+ akan terus menaikkan produksi sekitar 410.000 barel per bulan hingga Agustus, didorong oleh kondisi pasokan global yang masih ketat.
Morgan Stanley bahkan memproyeksikan bahwa tren kenaikan 411.000 barel per hari akan terus berlanjut hingga total tambahan mencapai 2,2 juta bph pada Oktober. Mereka menilai belum ada sinyal bahwa laju peningkatan kuota akan melambat.
Pasar Musim Panas dan Data Ekonomi Global Jadi Penopang
Musim panas biasanya identik dengan peningkatan konsumsi energi, terutama bahan bakar untuk transportasi. Ditambah lagi dengan data ekonomi global yang solid, permintaan energi diperkirakan tetap tinggi.
Hal ini menciptakan kombinasi bullish untuk harga minyak: gangguan pasokan, tensi geopolitik, pelemahan dolar, dan permintaan musiman. Bahkan jika produksi OPEC+ meningkat, pasar tetap resah dengan ketidakpastian sisi suplai.
Pelaku pasar kini semakin selektif membaca arah pasar minyak. Kejadian-kejadian tak terduga seperti kebakaran atau konflik bersenjata menjadi variabel utama dalam pengambilan keputusan investasi jangka pendek.
Harga minyak akan terus menjadi barometer utama dinamika global antara panasnya iklim, panasnya politik, dan panasnya permintaan energi.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ikuti berita terbaru Bursa Nusantara di GOOGLE NEWS
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi