Geser kebawah untuk baca artikel
Aksi KorporasiHeadlinePasar

Kinerja Emiten MIND ID 2024 Merosot, Dividen Masih Menarik

×

Kinerja Emiten MIND ID 2024 Merosot, Dividen Masih Menarik

Sebarkan artikel ini
Kinerja Emiten MIND ID 2024 Merosot, Dividen Masih Menarik
Laba bersih emiten MIND ID turun 18,41% di 2024, namun potensi dividen tetap besar dengan prospek industrialisasi Danantara yang menjanjikan.

JAKARTA, BursaNusantara.com – Fluktuasi harga komoditas sepanjang tahun 2024 memberikan tekanan signifikan pada kinerja keuangan emiten-emiten anggota Holding BUMN Tambang, MIND ID.

Empat emiten utama yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), secara kolektif mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 18,41% menjadi Rp 10,92 triliun.

Sponsor

Sponsor

Namun demikian, prospek pembagian dividen dari emiten-emiten ini dinilai masih menarik oleh pelaku pasar.

Baca Juga: MIND ID Percepat Proyek SGAR Fase II, Target Operasi 2025

Tahun lalu, total dividen yang dibagikan mencapai Rp 7,65 triliun, berasal dari ANTM dan PTBA.

Masing-masing membagikan dividen sebesar Rp 3,07 triliun dan Rp 4,58 triliun.
Adapun TINS dan INCO tidak membagikan dividen.

Pendapatan Meroket, Tapi Laba Beragam

PT Aneka Tambang Tbk mencatatkan kinerja pendapatan tertinggi sepanjang sejarahnya di tahun 2024, yakni sebesar Rp 69,19 triliun atau naik 68,57% dari tahun sebelumnya.

Kenaikan ini dipicu lonjakan penjualan emas hingga 120% menjadi Rp 57,56 triliun, didorong tren harga emas global yang meningkat akibat kondisi geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.

Baca Juga: Strategi Baru Hilirisasi Batu Bara: Pembiayaan Nasional Berperan Vital

Pendapatan emas berkontribusi hingga 83,19% terhadap total pendapatan ANTM.
Sumber lainnya berasal dari penjualan bijih nikel Rp 5,38 triliun, feronikel Rp 4,13 triliun, alumina Rp 1,49 triliun, bijih bauksit Rp 308 miliar, dan perak Rp 96 miliar.

Laba bersih ANTM pun tumbuh 18,52% menjadi Rp 3,65 triliun.
Hal ini menunjukkan daya tahan ANTM di tengah volatilitas pasar logam.

Timah Balik Untung, Vale dan PTBA Menurun

PT Timah Tbk mencetak comeback spektakuler dari rugi Rp 449 miliar menjadi laba bersih Rp 1,19 triliun, melonjak 365,03%.

Keberhasilan ini didorong oleh efisiensi operasional dan optimalisasi produksi, meski pasar timah global cenderung lesu.

Baca Juga: Timah (TINS) Jadi Harapan Kebangkitan Ekonomi Babel

Perseroan berhasil menekan utang berbunga dan mengelola keuangan secara efisien.

Di sisi lain, PT Bukit Asam Tbk mengalami penurunan laba bersih sebesar 16,41% menjadi Rp 5,1 triliun, meski pendapatannya naik 11,11% menjadi Rp 42,76 triliun.

PT Vale Indonesia Tbk menghadapi tekanan lebih berat, dengan penurunan laba hingga 78,95% menjadi US$ 57,8 juta (setara Rp 979 miliar), akibat merosotnya harga jual nikel.

Kondisi ini menempatkan INCO dalam posisi yang cukup rentan terhadap gejolak pasar nikel global.

Baca Juga: Pemerintah Siap Naikkan Tarif Royalti Minerba, Ini Daftar Komoditasnya

Vale Tertekan Harga Nikel Global

CEO Vale Indonesia Febriany Eddy menjelaskan bahwa volume produksi dan penjualan nikel meningkat di 2024.

Produksi naik 0,82% menjadi 71,31 ribu ton dan volume penjualan naik 2,13% menjadi 72,62 ribu ton.

Namun, hal tersebut tidak cukup mengimbangi anjloknya harga jual nikel yang turun tajam dari US$ 17.329/ton ke US$ 13.086/ton.

Pendapatan INCO pun turun 22,87% menjadi US$ 950 juta dari sebelumnya US$ 1,23 miliar.

Penurunan laba juga diperparah oleh pencatatan kerugian belum terealisasi atas nilai wajar aset derivatif investasi.
Namun, secara normalisasi, laba INCO diperkirakan berada di angka US$ 73,3 juta.

Dividen Masih Menarik, Investor Waspada Dividend Trap

Meskipun secara agregat terjadi penurunan laba, para analis masih optimistis terhadap potensi dividen dari emiten-emiten MIND ID.

Baca Juga: Sinyal Indikator Positif PTBA & INCO Pendanaan Kompetitif dan Suku Bunga Rendah

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyebut bahwa emiten anggota MIND ID tetap konsisten dan loyal dalam membagikan dividen, baik kepada negara maupun investor ritel.

“Dividend yield emiten-emiten ini tetap menarik. Namun investor harus waspada terhadap dividend trap, apalagi di tengah tren bearish saham-saham tersebut,” kata Nafan.

Ia menambahkan bahwa kondisi saat ini harus menjadi momentum untuk mengakumulasi saham-saham tersebut, terutama jika memiliki prospek dividen stabil.

Dividen Diharapkan Danai Program Danantara

Dividen yang dibagikan emiten MIND ID juga diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan program strategis Danantara.

Program ini berfokus pada investasi untuk mendorong hilirisasi dan industrialisasi sektor pertambangan nasional.

“Danantara harus dijadikan momentum untuk mengoptimalkan seluruh lini bisnis tambang Indonesia,” ujar Nafan.

Hal ini menjadi bagian dari transformasi besar industri tambang nasional menuju nilai tambah yang lebih berkelanjutan.

Strategi Baru: Ekspansi Nilai Tambah dan Efisiensi

Di tengah tekanan global, emiten MIND ID mulai menyiapkan strategi baru.

Beberapa di antaranya mencakup efisiensi biaya produksi, investasi energi baru terbarukan, hingga kerja sama dengan mitra asing untuk pengembangan smelter.

ANTM diketahui akan melanjutkan proyek kerja sama hilirisasi nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
PTBA juga memprioritaskan pengembangan PLTU berbasis energi bersih untuk meningkatkan daya saing jangka panjang.

PT Timah tengah menyiapkan roadmap untuk memperluas pasar ekspor timah olahan ke Eropa dan Asia Timur.

Sementara Vale akan fokus pada pemrosesan High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengangkat margin.

Dukungan Pemerintah Jadi Kunci

Pemerintah juga terus mendorong BUMN tambang untuk lebih agresif dalam mengakselerasi proyek-proyek bernilai tambah tinggi.

Hal ini menjadi bagian dari strategi hilirisasi nasional guna mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Regulasi dan insentif fiskal pun disiapkan agar proses investasi di sektor hilir semakin menarik.
Tujuannya tidak hanya meningkatkan profitabilitas, tapi juga menyerap tenaga kerja dan memperkuat cadangan devisa negara.

Penurunan laba bersih emiten MIND ID di tahun 2024 menjadi sorotan utama, namun prospek pembagian dividen dan dukungan terhadap proyek industrialisasi menjadikan saham-saham ini tetap relevan dalam radar investor.