JAKARTA – Emiten agribisnis PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) diprediksi meraih keuntungan besar berkat potensi kontrak bisnis baru untuk mendukung program makan bergizi gratis (MBG) yang digagas pemerintahan Prabowo Subianto. Pendapatan JPFA pada 2025 diproyeksikan mencapai Rp 62 triliun, naik signifikan dari estimasi tahun ini Rp 55 triliun.
Berdasarkan riset NH Korindo Sekuritas Indonesia, Japfa menjadi perusahaan swasta pertama yang mendukung program MBG dengan mendanai uji coba implementasinya di Banyumas, Jawa Tengah. Harga paket makanan bergizi saat uji coba ditetapkan Rp 12 ribu per porsi. Namun, anggaran baru program ini hanya memungkinkan Rp 10 ribu per porsi, yang membutuhkan penyesuaian lebih lanjut.
“Japfa memiliki keunggulan jaringan distribusi luas dengan 160 ribu titik di seluruh Indonesia,” tulis NH Korindo dalam laporan risetnya pada Jumat (20/12/2024).
Kinerja Keuangan dan Kontribusi Segmen Usaha
Per September 2024, pendapatan JPFA mencapai Rp 41,28 triliun, tumbuh 9,3% secara tahunan. Segmen peternakan komersial menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi 40,7%, diikuti pakan ternak (26,32%), pengolahan unggas dan produk konsumen (15,25%), akuakultur (8,35%), pembibitan unggas (5,7%), serta perdagangan lainnya.
Gross profit margin (GPM) Japfa naik menjadi 19,24% dari 15,68%, sementara laba bersih melonjak 125,82% menjadi Rp 2,25 triliun. Net profit margin (NPM) juga meningkat signifikan menjadi 5,44% dari sebelumnya 2,63%.
NH Korindo optimistis JPFA mampu mencapai target penjualan tahunan Rp 3 triliun, mengingat pencapaian hingga September telah mencapai 75% dari proyeksi.
Proyeksi Saham JPFA dan Risiko
NH Korindo merekomendasikan “buy” saham JPFA dengan target harga Rp 2.500, lebih tinggi dari konsensus analis Rp 2.260. Proyeksi ini mencerminkan potensi kenaikan hingga 29,5% berdasarkan harga saham saat riset dirilis.
Laba bersih Japfa untuk 2025 diperkirakan stabil di angka Rp 3 triliun, dengan prediksi pertumbuhan laba bersih menjadi Rp 3,2 triliun pada 2026.
Namun, ada beberapa risiko yang dapat memengaruhi performa saham JPFA. Salah satunya adalah kemungkinan pemerintah menurunkan harga per porsi program MBG atau membatalkan program tersebut untuk prioritas lain. Selain itu, ancaman perang dagang daging yang dapat memicu kenaikan harga komoditas pangan juga menjadi perhatian.
Kondisi ini bisa menyebabkan krisis pasokan unggas yang berpotensi membuat harga pasar melonjak. Meski demikian, Japfa tetap optimistis menghadapi tantangan ini dengan strategi distribusi dan efisiensi operasional yang matang.
Follow Channel Telegram Bursa Nusantara Official.
Telegram