JAKARTA, BursaNusantara.com – PT Bank Central Asia Tbk (IDX:BBCA) mencetak laba bersih bank only sebesar Rp 25,16 triliun hingga Mei 2025. Capaian ini tumbuh signifikan 16,31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan laba tersebut terutama disokong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih, penerimaan dividen, serta penurunan beban provisi.
Pendapatan Bunga dan Kredit Dorong Laba
Pendapatan bunga BBCA hingga Mei 2025 mencapai Rp 38,29 triliun, naik 6,72% yoy. Lonjakan ini didukung pertumbuhan kredit yang tetap tinggi di angka 11,80% yoy menjadi Rp 924,26 triliun.
Namun, pertumbuhan kredit tersebut melambat dalam empat bulan terakhir. Meski demikian, capaian tersebut masih melampaui guideline kredit BCA sebesar 6–8% untuk tahun 2025.
Sementara itu, beban bunga tercatat naik 5,90% yoy menjadi Rp 5,17 triliun. Ini merupakan kenaikan tertinggi sejak akhir tahun lalu, setelah sempat mengalami tren penurunan.
NII dan NIM Menguat, Dividen Perbesar Laba
Pendapatan bunga bersih (NII) BBCA tumbuh 6,85% yoy menjadi Rp 33,12 triliun. Sejalan dengan itu, net interest margin (NIM) ikut menguat ke level 5,73% pada Mei 2025.
Kontribusi tambahan datang dari penerimaan dividen senilai Rp 2,18 triliun. Bahkan tanpa memperhitungkan dividen tersebut, laba BBCA tetap tumbuh impresif sebesar 10,12% yoy.
Di sisi lain, pendapatan dari komisi dan fee turut meningkat 7,47% yoy menjadi Rp 7,73 triliun.
Provisi Menurun Tajam, CoC Dekati Target
Beban provisi BBCA sepanjang lima bulan pertama 2025 turun signifikan sebesar -18,10% yoy menjadi Rp 1,41 triliun. Secara bulanan, provisi pada Mei 2025 tercatat Rp 135,83 miliar, menurun tajam -69,70% dibanding bulan sebelumnya.
Kondisi ini menjaga biaya kredit (cost of credit/CoC) tetap rendah di 0,37%, makin mendekati target perusahaan sebesar 0,3% pada akhir tahun.
Aset & Dana Pihak Ketiga Terus Menguat
Total aset BBCA bank only mencapai Rp 1.467,18 triliun hingga Mei 2025. Diikuti liabilitas sebesar Rp 1.219,34 triliun dan ekuitas Rp 247,84 triliun.
Dari sisi profitabilitas, return on assets (ROA) tercatat 4,18% dan return on equity (ROE) sebesar 24,11%.
Pada saat yang sama, total dana pihak ketiga (DPK) naik 5,57% yoy menjadi Rp 1.155,21 triliun. Komponen dana murah (CASA) mencapai Rp 960,58 triliun, naik 7,29% yoy.
CASA BBCA Solid, Likuiditas Terjaga
Secara rinci, giro BBCA tumbuh 12,12% yoy menjadi Rp 380,48 triliun. Tabungan naik 4,34% yoy menjadi Rp 580,09 triliun, sedangkan deposito turun -2,19% yoy ke level Rp 194,63 triliun.
Dengan demikian, rasio CASA menguat ke 83,15%. Angka ini naik dibandingkan April 2025 (82,88%) maupun Mei 2024 (81,82%).
Dari sisi likuiditas, loan to deposit ratio (LDR) BCA berada di angka 80,01% per Mei 2025. Posisi ini sedikit menurun dibandingkan April 2025 yang tercatat 80,43%.
Saham BBCA Masih Tertekan di Bursa
Pada perdagangan Jumat (13/6/2025), saham BBCA ditutup turun 1,10% ke level Rp 9.025 per saham. Secara year to date (ytd), saham BBCA masih melemah 6,72%.
Pelemahan ini terjadi di tengah fundamental yang tetap kuat, menandai potensi ruang valuasi yang menarik di tengah tekanan pasar.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.