JAKARTA, BursaNusantara.com – Langkah mengejutkan datang dari konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG, yang secara resmi menarik diri dari proyek pembangunan rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi di Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$7,7 miliar atau sekitar 11 triliun won.
Proyek Ambisius yang Tak Berlanjut
Kabar ini pertama kali dilansir oleh Yonhap News Agency pada Jumat (18/4), mengonfirmasi bahwa LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp., bersama sejumlah mitra lainnya telah membatalkan proyek besar tersebut.
Proyek ini sejatinya dirancang untuk mengintegrasikan seluruh ekosistem baterai EV di Tanah Air, mulai dari pengadaan bahan baku nikel, pembuatan prekursor dan katoda, hingga produksi sel baterai siap pakai.
Baca Juga: AADI Melonjak 6%: LG & Asing Borong Saham, Target Rp11.000?
Namun, dinamika industri global mengubah arah strategi. Salah satunya adalah fenomena “EV chasm” perlambatan tajam permintaan kendaraan listrik di berbagai pasar internasional.
Perubahan Lanskap Industri Jadi Pemicu
“Melihat kondisi pasar dan lingkungan investasi saat ini, kami memutuskan untuk keluar dari proyek tersebut,” ujar salah satu eksekutif LG Energy Solution kepada Yonhap, menegaskan keputusan bisnis yang diambil berdasarkan analisis pasar jangka menengah.
Meski proyek besar dibatalkan, LG memastikan tetap mempertahankan aktivitas yang sudah berjalan, termasuk partisipasi dalam PT HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat sebuah fasilitas produksi baterai EV yang merupakan hasil kolaborasi antara LG dan Hyundai Motor Group.
Baca Juga: OJK Dorong Konsorsium Asuransi untuk Program 3 Juta Rumah
Dampak terhadap Industri Domestik
Pembatalan proyek ini menjadi pukulan telak bagi ambisi Indonesia untuk membangun ekosistem baterai EV dari hulu ke hilir. Padahal, Indonesia memiliki posisi strategis sebagai produsen nikel terbesar dunia salah satu bahan utama baterai kendaraan listrik.
Pemerintah sendiri sedang gencar menjalin kerja sama dengan berbagai mitra global untuk memperkuat ekosistem kendaraan listrik nasional.
Namun, keputusan LG bisa menjadi sinyal bagi pemerintah untuk mengevaluasi kembali pendekatan investasi dan insentif yang ditawarkan kepada pelaku industri.
Baca Juga: MA Kabulkan Kasasi OJK, Izin Kresna Life Tetap Dicabut
Di tengah tekanan global, kejelasan arah kebijakan dan mitigasi risiko investasi menjadi sangat penting guna memastikan keberlanjutan pengembangan industri baterai EV dalam negeri.