Produksi Emas Freeport Dimulai di Tengah Tantangan Smelter
JAKARTA, bursa.nusantaraofficial.com – PT Freeport Indonesia (PTFI) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung hilirisasi mineral di Indonesia. Fasilitas Precious Metals Refinery (PMR), yang berada di kawasan Smelter Manyar, Gresik, Jawa Timur, telah memulai operasinya dengan memproduksi logam mulia berupa emas dan perak. Meski terdapat kendala pada fasilitas smelter utama, PMR tetap berjalan, menandai langkah strategis perusahaan dalam memenuhi kebutuhan domestik dan pasar global.
PMR adalah fasilitas pemurnian lumpur anoda (anoda slime), produk samping dari proses smelting tembaga. Lumpur ini mengandung logam mulia seperti emas dan perak, yang kemudian dimurnikan menjadi produk bernilai tinggi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa produksi emas melalui PMR telah berjalan lancar.
“Operasional PMR tetap berjalan meskipun Smelter Manyar sempat terganggu karena insiden teknis. Kami targetkan seluruh fasilitas bisa beroperasi penuh pada pertengahan Juni 2025,” kata Bahlil dalam konferensi pers akhir pekan lalu.
Kerja Sama Strategis dengan Antam
Produksi emas dari PMR Freeport Indonesia sebagian besar diserap oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Berdasarkan data, Antam telah menyerap sekitar 30 ton emas dari PMR selama lima tahun terakhir. Kerja sama strategis ini diperkuat dengan Perjanjian Jual Beli Logam Emas yang ditandatangani pada November 2024.
Bahlil menyatakan bahwa kerja sama ini diharapkan terus meningkat, terutama untuk memenuhi kebutuhan emas dalam negeri. Antam menjadi prioritas utama dalam penyaluran emas hasil produksi PMR.
“Prioritas kami adalah mendukung kebutuhan domestik. Volume penyerapan oleh Antam akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan di Indonesia,” ujar Bahlil.
Kendala Operasional Smelter Manyar
Meski PMR telah berjalan, Smelter Manyar masih menghadapi kendala teknis akibat insiden kebakaran yang terjadi pada Oktober 2024. Insiden tersebut menyebabkan kerusakan pada fasilitas asam sulfat, komponen penting dalam operasional smelter. Limbah asam sulfat dari pemurnian tembaga biasanya diserap oleh industri petrokimia untuk bahan baku pupuk.
Vice President Corporate Communications Freeport Indonesia, Katri Krisnati, menjelaskan bahwa perbaikan fasilitas asam sulfat tengah dilakukan. Ramp-up operasi smelter diperkirakan baru dapat dimulai pada akhir semester pertama 2025.
“Kami sedang berupaya mempercepat proses perbaikan fasilitas agar smelter dapat beroperasi penuh sesuai target,” kata Katri.
Relaksasi Ekspor Konsentrat untuk Stabilitas Operasional
Untuk menjaga stabilitas operasional tambang dan pengolahan, pemerintah memberikan relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga kepada Freeport Indonesia. Relaksasi ini diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 6 Tahun 2024 tentang Penyelesaian Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral Logam di Dalam Negeri.
Relaksasi izin ekspor diberikan hingga akhir 2024, memungkinkan Freeport menjual konsentrat yang tidak terserap di dalam negeri ke pasar luar negeri. Hal ini penting untuk mencegah penumpukan konsentrat tembaga yang dapat mengganggu operasional tambang.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut bahwa perpanjangan relaksasi izin ekspor ini bersifat sementara. Pemerintah tengah mengkaji langkah lebih lanjut bersama Presiden Prabowo Subianto untuk memastikan kelanjutan operasional tambang tanpa mengorbankan hilirisasi.
Dampak dan Proyeksi Masa Depan
Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (PUSHEP), Bisman Bhaktiar, menilai bahwa pemberian relaksasi ekspor memiliki dampak positif dan negatif. Di satu sisi, relaksasi ini membantu menjaga stabilitas operasional tambang. Namun di sisi lain, hal ini menunjukkan bahwa pembangunan smelter masih menghadapi berbagai tantangan.
“Pemerintah berada dalam posisi dilematis. Idealnya, tidak ada lagi perpanjangan izin ekspor, tetapi jika smelter belum siap, perpanjangan menjadi pilihan tak terhindarkan,” kata Bisman.
Dengan ramp-up Smelter Manyar yang direncanakan pada pertengahan 2025, pemerintah berharap target hilirisasi mineral dapat tercapai tanpa kendala berarti. Kesuksesan operasional PMR juga menjadi langkah maju bagi Freeport Indonesia dalam mendukung program pemerintah terkait hilirisasi dan peningkatan nilai tambah mineral di dalam negeri.
Pengoperasian PMR Freeport Indonesia menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung hilirisasi tambang di Indonesia. Meski Smelter Manyar masih menghadapi kendala, langkah-langkah strategis telah diambil untuk memastikan keberlanjutan produksi dan kontribusi terhadap perekonomian nasional.
Dengan percepatan perbaikan fasilitas dan dukungan pemerintah melalui relaksasi izin ekspor, Freeport Indonesia siap memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam industri tambang dan pengolahan mineral di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di:
LinkedIn X Telegram Discord Whatsapp Channel
Disclaimer: Artikel ini hanya bertujuan untuk menyampaikan informasi terkini di pasar saham. Tidak ada ajakan atau rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Para pembaca diharapkan melakukan analisa sendiri atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil keputusan investasi.