Geser kebawah untuk baca artikel
HeadlineKomoditasPasar

Minyak Tembus Puncak, Sanksi & Tarif Guncang Pasar Global

×

Minyak Tembus Puncak, Sanksi & Tarif Guncang Pasar Global

Sebarkan artikel ini
minyak tembus puncak, sanksi & tarif guncang pasar global kompres
Harga minyak global naik ke level tertinggi dalam dua pekan akibat sanksi, tarif impor, dan ketegangan geopolitik, menimbulkan kekhawatiran inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Selasa (11/2/2025), harga minyak global mencapai level tertinggi dalam dua pekan karena kekhawatiran pasokan dari Rusia dan Iran yang terganggu oleh sanksi ketat. Kenaikan ini memicu dinamika pasar dan menimbulkan risiko inflasi global.

Reli harga minyak berlangsung selama tiga hari berturut-turut, mencatat penutupan tertinggi sejak 28 Januari 2025. Kenaikan ini menjadi perhatian utama investor di tengah ketegangan geopolitik yang terus meningkat di Timur Tengah.


Kondisi Pasar Global

Harga minyak Brent naik US$1,13 per barel dan ditutup pada US$77,00 per barel, sedangkan minyak WTI naik US$1 menjadi US$73,32 per barel. Data ini menunjukkan penguatan yang signifikan di pasar global meskipun ada kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.

Sanksi AS terhadap minyak Rusia dan Iran mengakibatkan pasokan menurun secara drastis. Kondisi ini mendorong harga naik meski ada kekhawatiran tarif impor yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.


Dampak Sanksi dan Kebijakan Perdagangan

Sanksi yang diberlakukan AS telah mengganggu pengiriman minyak dari Rusia ke importir utama seperti China dan India. Kebijakan tekanan maksimum terhadap ekspor minyak Iran semakin memperparah situasi pasokan, sehingga pasar minyak harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang tidak menentu.

Analis minyak John Evans menyatakan bahwa sanksi AS membuat harga minyak di Asia tetap kuat. Kondisi ini memperlihatkan betapa kompleksnya interaksi antara kebijakan perdagangan dan pasokan minyak global.


Pengaruh Tarif Impor AS

Pada Senin (10/2/2025), Presiden AS, Donald Trump, menaikkan tarif impor baja dan aluminium sebesar 25% tanpa pengecualian. Langkah ini menuai kecaman dari Meksiko, Kanada, dan Uni Eropa karena berpotensi memicu perang dagang dan menekan pertumbuhan ekonomi global.

Tarif impor yang tinggi meningkatkan biaya produksi bagi sektor energi, sehingga menekan permintaan minyak secara global. Kebijakan tarif tersebut menambah ketidakpastian di pasar dan memicu kekhawatiran akan inflasi yang semakin tinggi.


Pernyataan Pejabat dan Analis

Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan bahwa perdagangan bebas tetap penting meskipun tarif impor diberlakukan. Powell menyatakan bahwa The Fed tidak mengatur tarif dan akan merespons dampaknya terhadap ekonomi secara hati-hati.

Sebagian besar ekonom dalam survei Reuters memprediksi bahwa penyesuaian suku bunga akan dilakukan pada kuartal berikutnya. Langkah tersebut diharapkan dapat menahan laju inflasi yang mungkin melonjak akibat kenaikan harga minyak.


Proyeksi Produksi dan Konsumsi Minyak

Administrasi Informasi Energi AS (EIA) dalam laporan Short-Term Energy Outlook memproyeksikan bahwa produksi minyak dunia akan mencapai 104,6 juta barel per hari (bph) pada tahun 2025. Produksi diperkirakan naik menjadi 106,2 juta bph pada tahun 2026, menunjukkan tren peningkatan produksi meskipun pasar sedang bergejolak.

Konsumsi minyak global juga diprediksi meningkat menjadi 104,1 juta bph pada 2025 dan 105,2 juta bph pada 2026. Proyeksi ini menunjukkan bahwa meskipun ada ketidakpastian, pasar energi global tetap memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.


Laporan Stok Minyak AS

Pasar kini menantikan laporan stok minyak dari American Petroleum Institute (API) yang dijadwalkan rilis pada Selasa (12/2/2025). Data resmi dari EIA akan menyusul, memberikan gambaran lengkap tentang keseimbangan pasokan dan permintaan minyak.

Para analis memperkirakan bahwa perusahaan energi AS menambah sekitar 3 juta barel minyak ke dalam stok setiap minggu. Penambahan stok secara konsisten selama tiga minggu berturut-turut sejak pertengahan November menjadi indikator penting bagi kondisi pasar.


Implikasi Tarif dan Risiko Inflasi

Kebijakan tarif impor yang diberlakukan AS berpotensi menimbulkan perang dagang. Hal ini dapat menekan investasi di sektor energi dan mengganggu perdagangan internasional. Tarif yang tinggi juga meningkatkan biaya produksi, yang berdampak pada inflasi global.

Jika inflasi terus melonjak, bank sentral di berbagai negara mungkin harus mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Suku bunga tinggi akan menekan pertumbuhan ekonomi global, yang pada gilirannya dapat menurunkan permintaan energi.


Dampak Geopolitik dan Ketegangan Timur Tengah

Ketegangan di Timur Tengah semakin memperburuk situasi pasar minyak. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan peringatan bahwa gencatan senjata di Gaza akan berakhir jika Hamas tidak membebaskan sandera Israel tepat waktu.

Pernyataan tersebut muncul setelah Presiden Trump menuntut pembebasan sandera dengan batas waktu yang ketat. Ancaman pembatalan gencatan senjata dan penahanan bantuan ke Yordania serta Mesir menambah ketidakpastian di pasar global.


Respon Pasar dan Ekspektasi Investor

Reli harga minyak yang terjadi selama tiga hari berturut-turut menunjukkan respons positif pasar terhadap penurunan pasokan global. Namun, kekhawatiran atas tarif impor dan potensi perang dagang tetap membuat investor berhati-hati.

Investor global kini mengamati dengan seksama data stok minyak yang akan dirilis oleh API. Data ini diharapkan memberikan sinyal mengenai keseimbangan pasokan dan permintaan, sehingga membantu investor dalam mengambil keputusan.


Implikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Global

Harga minyak yang tinggi dapat memberikan keuntungan bagi produsen, namun juga meningkatkan biaya energi di berbagai sektor. Kenaikan biaya ini dapat mendorong inflasi, yang berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Jika bank sentral mempertahankan suku bunga tinggi untuk mengatasi inflasi, biaya pinjaman akan tetap tinggi. Hal ini dapat mengurangi investasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.


Tantangan dan Langkah Strategis ke Depan

Ketidakpastian pasar minyak dan kebijakan tarif impor menambah risiko investasi. Investor harus memperhatikan fluktuasi harga yang tinggi dan dampak geopolitik terhadap pasar energi global.

Langkah strategis oleh bank sentral dan pemerintah sangat krusial untuk menjaga stabilitas ekonomi. Koordinasi antar negara dalam kebijakan perdagangan dapat membantu meredam tekanan inflasi dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.


Kesimpulan

Harga minyak global mencapai puncak tertinggi dalam dua pekan karena pasokan dari Rusia dan Iran terganggu oleh sanksi AS. Tarif impor yang baru diberlakukan dan ketegangan Timur Tengah turut mendongkrak reli harga minyak.

Meskipun kenaikan harga mendukung laba produsen, risiko inflasi dan pertumbuhan ekonomi global yang melambat tetap menjadi perhatian. Proyeksi produksi dan konsumsi minyak global oleh EIA menunjukkan potensi pemulihan jangka panjang.

Investor di sektor energi harus terus memantau laporan stok minyak dari API dan respons kebijakan dari bank sentral. Koordinasi kebijakan internasional sangat penting untuk menjaga stabilitas pasar di tengah ketidakpastian global.

Langkah strategis oleh pemerintah, termasuk penyesuaian tarif dan dukungan kebijakan perdagangan, akan menentukan arah pasar energi ke depan. Upaya ini diharapkan dapat meredam risiko inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi global secara berkelanjutan.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru