Ketergantungan Impor Minyak Indonesia
JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Indonesia masih bergantung pada impor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Yang mengejutkan, sekitar 54% dari kebutuhan minyak Indonesia diimpor dari Singapura, negara yang bahkan bukan penghasil minyak utama seperti negara-negara di Timur Tengah.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Bahlil dalam acara Beritasatu Outlook 2025 bertajuk “Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Peluang di Era Baru” di The Westin Jakarta, Kamis (30/1/2025).
“Sebanyak 54% konsumsi minyak jadi kita, impornya tahu dari mana? Singapura. Jadi kita ini diimpor minyak oleh negara yang enggak punya minyak,” ungkapnya.
Penyebab Ketergantungan Impor Minyak
Menurut Bahlil, ketergantungan terhadap impor minyak terjadi karena jumlah lifting minyak dalam negeri tidak mencukupi konsumsi yang terus meningkat. Produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, sehingga kebutuhan dalam negeri tidak dapat dipenuhi oleh produksi domestik.
Sebagai catatan, lifting minyak nasional mengalami penurunan sejak 2020:
- 2020: 707 ribu barrel oil per day (BOPD)
- 2021: 660 ribu BOPD
- 2022: 612 ribu BOPD
- 2023: 606 ribu BOPD
- Agustus 2024: 565 ribu BOPD
- Oktober 2024: meningkat menjadi sekitar 600 ribu BOPD
Penurunan ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor minyak dalam jumlah besar untuk menutupi defisit produksi.
Upaya Pemerintah Meningkatkan Produksi Minyak
Guna mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak, pemerintah melalui Kementerian ESDM telah mengambil beberapa langkah strategis. Salah satunya adalah penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), yang bertujuan untuk meningkatkan produksi minyak dari sumur yang sudah ada.
Selain itu, pemerintah juga mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk memaksimalkan produksi di sumur-sumur yang selama ini tidak beroperasi atau idle. Dengan upaya ini, diharapkan produksi minyak dalam negeri bisa meningkat secara signifikan.
Target Lifting Minyak di Era Presiden Prabowo
Presiden terpilih Prabowo Subianto telah menargetkan peningkatan lifting minyak menjadi 900 ribu hingga 1 juta BOPD pada 2029. Target ini dianggap ambisius, mengingat tren penurunan produksi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Namun, Bahlil menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mencapai target tersebut melalui berbagai kebijakan strategis.
“Presiden Prabowo menargetkan di 2028-2029 sudah harus punya lifting kurang lebih sekitar 900 ribu sampai 1 juta. Ini bukan pekerjaan gampang,” tegasnya.
Tantangan Menuju Swasembada Energi
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah menghadapi berbagai tantangan, seperti:
- Investasi di sektor migas – Dibutuhkan investasi besar untuk eksplorasi dan pengembangan ladang minyak baru.
- Efisiensi operasional – Optimalisasi produksi dari ladang minyak yang ada menjadi prioritas.
- Penguatan kebijakan energi – Regulasi yang mendukung peningkatan produksi minyak perlu diperkuat.
Meskipun bukan tugas yang mudah, jika kebijakan dan teknologi yang diterapkan berjalan efektif, Indonesia berpeluang untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak dan mewujudkan ketahanan energi nasional.