JAKARTA, bursa.nusantaraofficial.com – Pendanaan startup di Indonesia (RI) diprediksi akan terus mengalami perlambatan pada tahun 2025. Perlambatan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) dan ketidakpastian makro ekonomi global. Kondisi ini membuat banyak perusahaan teknologi atau usaha rintisan berbasis teknologi menghadapi tantangan pendanaan yang signifikan.
Tren Penurunan Pendanaan Sejak 2021
Menurut data terbaru, pendanaan startup digital di Indonesia telah mengalami penurunan drastis sejak 2021. Pada tahun tersebut, investasi di sektor ini mencapai Rp140 triliun. Namun, hingga November 2024, angka tersebut hanya mencapai sekitar Rp5 triliun, menunjukkan penurunan sebesar 50% setiap tahunnya.
Kondisi serupa juga dialami negara-negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Laporan dari Tracxn menyebutkan bahwa pendanaan startup di ASEAN turun hingga 59% menjadi US$2,84 miliar pada 2024, dibandingkan dengan US$7 miliar pada 2023. Dibandingkan dengan tahun 2022, penurunan ini mencapai 80% dari US$14,2 miliar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menjelaskan bahwa kondisi pendanaan yang seret ini telah berdampak pada sektor tenaga kerja. Maraknya pemberhentian karyawan (layoff) di startup selama 2022 hingga 2024 tidak hanya terkait efisiensi atau konsolidasi perusahaan, tetapi juga keterbatasan dana. “Kesulitan pendanaan dialami hampir di semua sektor, baik startup besar maupun kecil,” kata Huda.
Selain itu, keterpilihan kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat turut memperburuk situasi, dengan memperpanjang tren suku bunga tinggi yang menghambat investasi pada sektor teknologi.
Skema Pembiayaan yang Diperlukan
Dalam laporan Celios Outlook Ekonomi Digital 2025, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka memperkenalkan program kredit startup milenial. Program ini dirancang untuk melengkapi ekosistem kredit dan digital Indonesia, dengan fokus pada pembiayaan inovatif yang berbeda dari bisnis konvensional.
Menurut Celios, skema pendanaan terbaik untuk startup adalah model seeding melalui modal ventura (venture capital) atau penempatan saham privat (private placement). Skema ini menawarkan fleksibilitas lebih besar dibandingkan pembiayaan perbankan tradisional, yang mengharuskan pengembalian modal secara teratur. Modal ventura memungkinkan startup fokus pada pengembangan produk dan ekspansi pasar tanpa tekanan pengembalian modal dalam jangka pendek.
Beberapa rekomendasi skema pendanaan meliputi:
- Penilaian Komprehensif: Evaluasi mendalam terhadap potensi bisnis dan proyeksi keuangan startup.
- Modal Ventura dengan Grace Period Panjang: Memberikan masa tenggang yang lebih fleksibel untuk pengembalian modal.
- Suku Bunga Rendah: Menyesuaikan suku bunga agar sesuai dengan karakteristik startup.
Optimisme dan Peluang di Tahun 2025
Meskipun tantangan pendanaan cukup besar, laporan e-Conomy SEA 2024 dari Google, Temasek, dan Bain & Company memberikan harapan baru. Laporan ini menyebutkan bahwa pendanaan startup di Indonesia akan mulai pulih dan kembali meningkat mulai tahun 2025. Optimisme ini didukung oleh survei yang menunjukkan bahwa 65% investor percaya aktivitas pendanaan akan meningkat pada 2025-2030, khususnya di sektor teknologi keuangan, kesehatan, dan kecerdasan buatan (AI).
Peluang investasi di sektor teknologi kesehatan dan AI dianggap sangat menjanjikan, mengingat potensi pertumbuhan yang tinggi. Para investor tetap yakin akan potensi jangka panjang ekonomi digital Indonesia, berkat tren demografis yang menguntungkan dan basis pengguna yang sangat aktif. Menurut Cassie Wu, Direktur Investasi Temasek Asia Tenggara, faktor-faktor fundamental yang kuat membuat Indonesia tetap menjadi pusat perhatian investasi digital di ASEAN.
Transformasi Digital dan Ketahanan Startup Indonesia
Laporan e-Conomy SEA 2024 juga menyoroti ketangguhan startup di Indonesia dalam menghadapi tantangan investasi. Startup tahap awal kini mulai fokus pada sektor transformatif seperti teknologi iklim (climate tech) dan AI. Hal ini mendorong Indonesia untuk memperkuat posisinya sebagai negara dengan pertumbuhan digital tertinggi di ASEAN.
Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan sektor swasta diperlukan untuk menciptakan ekosistem pendanaan yang mendukung. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat daya saing global dan menciptakan inovasi baru di berbagai sektor.
Kesimpulan
Tahun 2025 akan menjadi tahun penuh tantangan bagi startup di Indonesia, namun juga membawa peluang besar untuk pertumbuhan dan transformasi digital. Dengan skema pembiayaan yang tepat, dukungan dari pemerintah, dan optimisme investor, sektor startup di Indonesia memiliki potensi untuk kembali bangkit dan berkembang. Para pelaku usaha perlu terus beradaptasi dan berinovasi untuk menghadapi dinamika pasar yang semakin kompleks.
Cek Berita dan Artikel yang lain di:
LinkedIn X Telegram Discord Whatsapp Channel
Disclaimer: Artikel ini hanya bertujuan untuk menyampaikan informasi terkini di pasar saham. Tidak ada ajakan atau rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Para pembaca diharapkan melakukan analisa sendiri atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil keputusan investasi.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi