Ekspansi PLTP Dorong Laba PGEO
Laba PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diperkirakan semakin tebal seiring dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 secara komersial pada Mei 2025. PLTP ini berlokasi di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Lumut Balai dan Margabayur, Sumatra Selatan, dengan kapasitas 55 MW.
Dengan tambahan tersebut, kapasitas panas bumi PGEO meningkat menjadi 110 MW di WKP ini, setelah sebelumnya PLTP Lumut Balai Unit 1 beroperasi sejak 2019. Wilayah ini memiliki potensi panas bumi lebih dari 300 MWe, menjadikannya salah satu aset unggulan PGEO.
Beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 akan meningkatkan kapasitas terpasang PGEO menjadi 728 MW dari sebelumnya 672 MW. Kemampuan produksi listrik PGEO pun diproyeksikan naik menjadi 4.930 GWh pada 2025, meningkat 2,12% dari tahun sebelumnya.
Peningkatan kapasitas ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan laba, tetapi juga memperkuat posisi PGEO dalam industri energi terbarukan.
Dengan kebutuhan listrik yang terus meningkat di Indonesia, peran energi panas bumi sebagai sumber daya yang stabil dan ramah lingkungan semakin penting. Investasi dalam infrastruktur ini menegaskan komitmen PGEO dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
Prediksi Laba dan Pertumbuhan PGEO
Menurut Analis BRI Danareksa Sekuritas, Timothy Wijaya, produksi listrik PGEO diperkirakan mencapai 4.992 GWh pada 2025 dan 5.090 GWh pada 2026, dengan harga jual rata-rata (ASP) masing-masing sebesar US$ 8,4 sen dan US$ 8,6 sen.
Timothy memproyeksikan laba bersih PGEO tumbuh 3,3% pada 2025 dan 2,7% pada 2026, menjadi US$ 178 juta dan US$ 183 juta. Laba kotor PGEO diperkirakan meningkat hingga 57%, EBITDA di level 85%, dan net margin mencapai 40%.
Efisiensi biaya operasional menjadi salah satu faktor utama peningkatan profitabilitas PGEO. Selain itu, kas bersih perusahaan diproyeksikan tetap kuat, meskipun diperkirakan akan ada tambahan pinjaman untuk proyek ekspansi jangka panjang.
Selain dari ekspansi PLTP, pertumbuhan laba PGEO juga didorong oleh diversifikasi proyek. Misalnya, peningkatan kapasitas produksi dari proyek-proyek baru yang sedang berjalan akan berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan perusahaan secara signifikan.
Proyek Hululais dan Co-Generation
PGEO juga tengah menyiapkan PLTP Hululais Unit 1 & 2 di Bengkulu dengan kapasitas 110 MW, yang dijadwalkan beroperasi pada 2027. PGEO telah mengamankan kontrak penjualan uap dengan PLN, yang kini tinggal menunggu pembangunan pembangkit listrik oleh PLN dalam waktu 25 bulan.
Di sisi lain, PGEO juga memiliki proyek co-generation dengan PLN di sumur existing yang memiliki potensi hingga 45 MW. Proyek ini terbagi atas 30 MW di Ulubelu Binary dan 15 MW di Lahendong, yang diperkirakan mulai beroperasi pada Mei 2027, bergantung pada kesepakatan dengan PLN.
Dalam jangka panjang, proyek-proyek ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dengan meningkatnya komitmen global terhadap energi hijau, proyek seperti ini akan semakin menarik bagi investor dan pemangku kepentingan lainnya.
Menuju Kapasitas 1 GWh pada 2030
PGEO memiliki target ambisius untuk mencapai kapasitas terpasang lebih dari 1 GW pada 2030. Perusahaan ini bahkan berpotensi mencapai kapasitas 1,4 GWh pada 2030 dan 1,8 GWh pada 2033 dengan mengandalkan proyek quick win, ekspansi, serta pengembangan greenfield.
Namun, ada beberapa risiko yang harus diperhatikan, terutama terkait proyek co-generation dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 milik PLN. Jika proyek ini tidak masuk dalam RUPTL, maka PGEO dapat menghadapi kendala dalam ekspansi lebih lanjut.
Selain itu, harga jual listrik juga menjadi faktor penting dalam kinerja PGEO. Berdasarkan mekanisme harga energi terbarukan dalam PP No. 112/2022, harga listrik panas bumi berkisar antara US$ 7,65-9,76 sen, tergantung kapasitas proyek. PGEO diperkirakan bisa menjual listrik dari proyek-proyek greenfield seperti Seulawah, Tanjung Tiga 1, dan Way Ratai dengan harga US$ 9,8 sen selama 10 tahun pertama operasional.
Jika PGEO berhasil mengamankan lebih banyak kontrak penjualan listrik dengan harga yang kompetitif, maka potensi peningkatan laba dalam jangka panjang akan semakin besar. Selain itu, strategi PGEO dalam menekan biaya produksi melalui efisiensi operasional juga akan menjadi faktor kunci kesuksesan di tahun-tahun mendatang.
Rekomendasi Saham PGEO
Timothy Wijaya merekomendasikan BUY untuk saham PGEO dengan target harga Rp 1.200. Dengan valuasi EBITDA di 8,6x/8,1x, saham PGEO lebih murah dibandingkan rata-rata industri sebesar 12,5x/11,2x.
Saat ini, saham PGEO diperdagangkan di level Rp 975, yang setara dengan valuasi 6,5x EBITDA, menjadikannya peluang investasi menarik bagi investor yang mencari eksposur di sektor energi terbarukan.
Sebagai operator panas bumi terbesar kedua di Indonesia, PGEO memiliki prospek pertumbuhan yang solid dan berkelanjutan. Skala operasi yang besar memungkinkan PGEO untuk melakukan ekspansi lebih cepat dibandingkan pemain kecil, serta mendapatkan akses pendanaan hijau dengan biaya lebih rendah.
Di tengah meningkatnya tren investasi hijau, saham PGEO berpotensi menjadi pilihan utama bagi investor yang ingin memanfaatkan peluang di sektor energi terbarukan. Dengan dukungan regulasi yang semakin berpihak pada energi bersih, peluang pertumbuhan PGEO dalam beberapa tahun ke depan terlihat sangat menjanjikan.
PGEO terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil dengan strategi ekspansi yang agresif. Dengan beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 serta proyek Hululais dan co-generation, laba bersih PGEO diperkirakan terus meningkat.
Dari sisi investasi, harga saham PGEO masih undervalued dibandingkan dengan sektor industri, menjadikannya pilihan menarik bagi investor yang ingin mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan energi panas bumi di Indonesia.
Dengan ekspansi yang terus berlangsung dan dukungan dari pemerintah dalam transisi energi bersih, PGEO memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin di industri panas bumi Indonesia.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.