Keamanan Paris Teruji di Tengah Euforia Kemenangan PSG
JAKARTA, BursaNusantara.com – Keberhasilan Paris Saint-Germain (PSG) mengukir sejarah sebagai juara Liga Champions untuk pertama kalinya disambut antusiasme besar warga Paris.
Namun, kemenangan monumental itu malah mengungkap celah besar dalam pengelolaan keramaian dan ketahanan keamanan publik di ibu kota Prancis.
Minggu (1/6/2025) dini hari, PSG menghancurkan Inter Milan 5-0 di final UCL yang digelar di Allianz Arena, Jerman. Trofi perdana itu membawa ledakan euforia yang cepat berubah menjadi amuk massa.
Ketika Perayaan Berubah Jadi Ancaman Publik
Bukan hanya pesta, ribuan warga memadati pusat kota Paris hingga larut malam. Namun, suasana berubah rusuh ketika sejumlah kelompok mulai bertindak destruktif.
Halte bus dihancurkan, kendaraan dibakar, dan lemparan proyektil mewarnai jalanan Champs Elysees.
Polisi anti huru hara merespons dengan menyemprotkan gas air mata dan menembakkan meriam air demi menghalau kerumunan. Sayangnya, kekacauan terlanjur meluas ke berbagai titik kota.
Dua Tewas dan Ratusan Luka-Luka
Data resmi Kementerian Dalam Negeri Prancis menyebutkan dua orang tewas, termasuk masinis kereta, dan 192 orang luka-luka akibat kerusuhan.
Dari total 559 orang yang ditangkap, 491 di antaranya ditangani langsung oleh kepolisian Paris.
Sebanyak 320 orang kini dalam tahanan, dan 254 dari mereka berasal dari Paris. Puluhan aparat keamanan serta petugas pemadam kebakaran turut jadi korban dalam insiden brutal ini.
Titik Kritis Ketahanan Sosial
Di tengah kemenangan sepak bola yang seharusnya menyatukan, kekacauan ini memunculkan pertanyaan baru: seberapa siap Prancis menghadapi lonjakan massa yang emosional? Pemerintah masih menelusuri penyebab utama kerusuhan dan menyerukan refleksi sosial bagi seluruh pihak.
Kemenangan PSG menjadi momen bersejarah, namun luka sosial yang ditinggalkan menunjukkan bahwa euforia tanpa pengendalian bisa dengan cepat berubah menjadi bencana kemanusiaan.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi