Geser Kebawah
BisnisEnergi

PTBA Tertekan, Laba Anjlok Meski Pendapatan Naik

51
×

PTBA Tertekan, Laba Anjlok Meski Pendapatan Naik

Sebarkan artikel ini
PTBA Tertekan, Laba Anjlok Meski Pendapatan Naik
PTBA laporkan laba bersih anjlok 59% di semester I 2025 meski pendapatan naik. Tekanan harga batu bara global dan biaya operasional jadi tantangan besar.

Laba Merosot, Pendapatan Tumbuh

JAKARTA, BursaNusantara.com – Kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada paruh pertama 2025 menampilkan kontras tajam antara pertumbuhan pendapatan dan penurunan laba bersih.

Dalam laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, laba bersih PTBA terkoreksi 59% menjadi Rp 833,04 miliar, padahal pada semester I 2024 masih mencapai Rp 2,03 triliun.

Sponsor
Iklan

Sementara itu, pendapatan PTBA justru tumbuh 4,12% menjadi Rp 20,45 triliun dibandingkan Rp 19,64 triliun pada periode sama tahun lalu.

Namun pertumbuhan ini tidak sejalan dengan beban pokok yang membengkak 12,14% menjadi Rp 18,20 triliun, jauh lebih tinggi dari Rp 16,23 triliun tahun sebelumnya.

Alhasil, laba bruto PTBA merosot 34,12% menjadi Rp 2,24 triliun dari Rp 3,40 triliun pada semester I 2024, mencerminkan penurunan daya tahan margin.

Tekanan Global Batu Bara

Pelemahan kinerja PTBA tidak lepas dari kondisi pasar global yang mengalami koreksi tajam pada harga batu bara.

Indeks ICI-3 turun 14% secara tahunan dari US$ 75,89 ke US$ 65,15 per ton, sedangkan indeks Newcastle ambruk 22% dari US$ 130,66 ke US$ 102,51 per ton.

Tekanan harga global ini membuat rata-rata harga jual PTBA melemah 4% menjadi Rp 930 ribu per ton, meski volume angkutan naik 9% ke 19,27 juta ton.

Kenaikan volume ternyata tidak cukup untuk menutupi dampak anjloknya harga jual, sehingga pendapatan tidak sebanding dengan lonjakan beban operasional.

Harga BBM yang menjadi komponen vital biaya logistik juga naik 7% menjadi Rp 14.666 per liter, memperparah tekanan pada efisiensi.

Liabilitas Menggunung, Ekuitas Tergerus

PTBA juga menghadapi kenaikan liabilitas yang signifikan hingga Rp 22,89 triliun di semester I 2025, lebih tinggi dari Rp 19,14 triliun tahun lalu.

Sebaliknya, posisi ekuitas justru menyusut menjadi Rp 19,78 triliun, turun dari Rp 22,64 triliun pada periode yang sama di 2024.

Kondisi neraca ini menandakan adanya tantangan dalam menjaga struktur keuangan yang sehat di tengah fluktuasi pendapatan dan laba.

Meski volume produksi dan angkutan tumbuh, beban pembiayaan dan volatilitas harga batu bara tetap menekan likuiditas perusahaan.

Investor kini mulai menyoroti apakah PTBA dapat menjaga fundamental keuangan di tengah gejolak pasar komoditas yang belum stabil.

Saham PTBA Masih Tertekan

Performa saham PTBA sepanjang 2025 juga memperlihatkan tren memerah seiring tekanan kinerja keuangan.

Data RTI Business mencatat, saham PTBA melemah 11,64% sepanjang tahun berjalan, mencerminkan respons pasar yang skeptis.

Dalam perdagangan tiga bulan terakhir, saham PTBA turun 10,33% meski sempat menguat 1,25% ke Rp 2.430 pada Rabu (20/8/2025).

Secara mingguan, saham ini juga terkoreksi 0,41%, menandakan tekanan jual masih dominan di tengah minimnya sentimen positif.

Arah pergerakan saham BUMN tambang ini kini sangat bergantung pada perbaikan harga batu bara global dan strategi efisiensi internal.

Strategi Bertahan PTBA

Corporate Secretary PTBA, Niko Chandra, menegaskan bahwa perusahaan terus memperkuat operasional di tengah kondisi pasar yang menantang.

Perseroan fokus pada efisiensi biaya, optimalisasi aset, serta pengembangan portofolio usaha berkelanjutan untuk menjaga daya saing.

Langkah strategis ini mencakup diversifikasi bisnis energi terbarukan hingga hilirisasi batu bara untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah.

Meski menghadapi tekanan margin, PTBA tetap menunjukkan komitmen menjaga kinerja dengan konsistensi produksi dan distribusi.

Pasar kini menunggu bukti konkret dari strategi tersebut, apakah mampu menopang laba di semester II 2025 atau justru tertahan gejolak eksternal.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Tinggalkan Balasan