JAKARTA, Bursa Nusantara Official – Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) tahun 2024 diperkirakan menjadi momen strategis bagi perekonomian Indonesia. Dengan perputaran uang yang diprediksi mencapai Rp 91,3 triliun hingga Rp 100 triliun, periode ini diharapkan dapat mendorong konsumsi rumah tangga serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 hingga lebih dari 5%. Lonjakan ini terjadi meskipun daya beli masyarakat mengalami tekanan.
Pergerakan Pemudik dan Peran Sektor Transportasi
Menurut data dari Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik selama libur Nataru diperkirakan mencapai 110,67 juta orang, naik 3,43% atau setara dengan tambahan 3,67 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, mencerminkan optimisme masyarakat dalam berpartisipasi pada aktivitas mudik dan wisata.
Sektor transportasi menjadi salah satu pilar utama dalam menyokong pertumbuhan ekonomi selama periode ini. Penjualan tiket untuk moda transportasi seperti pesawat, kereta api, bus, dan kapal laut meningkat signifikan. Penurunan harga tiket pesawat juga memberikan daya tarik lebih besar bagi masyarakat untuk memilih moda transportasi ini. Dampak positif tidak hanya dirasakan oleh maskapai penerbangan, tetapi juga oleh penyedia transportasi darat dan laut.
Hal ini terlihat dari peningkatan volume penumpang pada jalur darat dan laut, yang ikut memberikan kontribusi pada perekonomian lokal di wilayah-wilayah transit. Destinasi wisata lokal dan tempat-tempat peristirahatan sepanjang rute perjalanan menjadi titik penting bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memanfaatkan momentum libur panjang ini.
Kontribusi Pariwisata terhadap Ekonomi Nasional
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memproyeksikan sebanyak 78,2 juta perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) pada Desember 2024. Angka ini turut mendukung kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Selain itu, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) diperkirakan mencapai 1,32 juta kunjungan, memberikan kontribusi besar pada penerimaan devisa negara.
Wisatawan domestik dan mancanegara meningkatkan pengeluaran pada sektor-sektor utama seperti akomodasi, kuliner, transportasi lokal, dan aktivitas rekreasi. Pariwisata juga menjadi pendorong utama aktivitas ekonomi di daerah-daerah yang mengandalkan sektor ini sebagai tumpuan utama. Hotel, restoran, dan destinasi wisata utama seperti Bali, Yogyakarta, dan Lombok mencatat peningkatan signifikan pada jumlah kunjungan dan tingkat hunian.
Dampak Ekonomi Lokal dan UMKM

Di tingkat daerah, perputaran uang yang tinggi selama Nataru menjadi momentum untuk mendongkrak ekonomi lokal. UMKM yang bergerak di bidang kuliner, kerajinan tangan, dan jasa transportasi lokal merasakan dampak positif langsung. Kawasan wisata lokal seperti Puncak, Bogor, juga melihat peningkatan kunjungan, meskipun ada pergeseran pola konsumsi masyarakat yang lebih hemat akibat tekanan daya beli.
Pelaku UMKM di sekitar destinasi wisata melaporkan peningkatan penjualan hingga 50% dibandingkan bulan sebelumnya. Produk-produk lokal seperti oleh-oleh khas daerah, makanan tradisional, dan kerajinan tangan menjadi incaran para wisatawan. Hal ini memberikan dampak ekonomi berkelanjutan, terutama bagi masyarakat di daerah yang perekonomiannya bergantung pada sektor pariwisata.
Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat
Menurut Peneliti IDEAS, Tira Mutiara, meskipun daya beli masyarakat menurun, tradisi mudik dan wisata tetap menjadi prioritas yang sulit dikompromikan. Faktor psikologis, sosial, dan budaya yang melekat pada tradisi ini mendorong masyarakat untuk menyesuaikan pola konsumsi agar tetap dapat berpartisipasi dalam momen penting seperti Nataru.
Namun, pola konsumsi ini mengalami pergeseran. Masyarakat kini cenderung memilih perjalanan yang lebih hemat, seperti road trip, staycation di hotel terdekat, atau mengunjungi tempat wisata lokal. Hal ini tidak hanya mengurangi pengeluaran tetapi juga risiko stres akibat kemacetan atau cuaca ekstrem selama liburan.
Strategi Insentif Pemerintah untuk Meningkatkan Konsumsi
Pengamat ekonomi Muhammad Anwar menyarankan agar pemerintah memberikan insentif tambahan untuk menggairahkan roda perekonomian selama libur Nataru. Beberapa langkah yang diusulkan meliputi:
- Subsidi Transportasi Publik: Memberikan subsidi atau diskon pada moda transportasi darat seperti kereta api, bus, dan kapal laut. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat menengah ke bawah.
- Diskon Destinasi Wisata: Kerja sama dengan pengelola tempat wisata untuk memberikan potongan harga tiket masuk atau menawarkan paket bundling.
- Program Belanja di UMKM: Mengadakan festival belanja dengan diskon khusus di pasar tradisional dan gerai UMKM lokal. Hal ini dapat memberdayakan pelaku usaha kecil sekaligus meningkatkan konsumsi masyarakat.
Peluang Jangka Panjang dan Tantangan
Libur Nataru juga menjadi momen penting bagi pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan. Aktivitas masyarakat yang masif selama periode ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal IV, yang sering kali menjadi indikator keberhasilan ekonomi nasional.
Namun, tantangan tetap ada. Kenaikan harga bahan pangan, ancaman kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada awal 2025, serta tekanan inflasi menjadi isu utama yang harus diantisipasi. Pemerintah daerah diharapkan dapat memastikan kesiapan infrastruktur pendukung, seperti fasilitas umum di destinasi wisata, untuk menghadapi lonjakan kunjungan.
Perputaran uang hingga Rp 100 triliun selama libur Nataru memberikan peluang besar bagi perekonomian Indonesia. Dengan strategi yang tepat, seperti pemberian insentif dan pemberdayaan UMKM, pemerintah dapat memaksimalkan potensi ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Nataru tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga momentum strategis untuk menggerakkan roda perekonomian nasional.
Follow Channel Telegram Bursa Nusantara Official.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi