JAKARTA, BursaNusantara.com – Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali melaporkan rugi bersih pada kuartal pertama 2025, meskipun angkanya menunjukkan perbaikan tipis dari tahun sebelumnya.
Kerugian yang tercatat sebesar USD76,48 juta, menyusut sekitar 12 persen dibandingkan kuartal pertama 2024 yang mencapai minus USD87,03 juta.
Pendapatan Tumbuh, Didukung Penerbangan Tidak Berjadwal
Pendapatan usaha Garuda Indonesia sepanjang tiga bulan pertama 2025 mencapai USD723,56 juta atau naik 1,62 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD711,98 juta.
Baca Juga: Gabung Danantara: Garuda Indonesia Alihkan Saham ke BKI, Negara Tetap Pengendali
Peningkatan pendapatan ini terutama berasal dari penerbangan tidak berjadwal yang melonjak menjadi USD37,95 juta dari sebelumnya USD19,67 juta.
Pendapatan dari penerbangan berjadwal juga mengalami kenaikan tipis menjadi USD603,68 juta dari USD599,01 juta. Namun, pendapatan dari segmen lainnya justru menyusut menjadi USD81,92 juta dari sebelumnya USD93,28 juta.
Beban Pemeliharaan Membengkak, Meski Biaya Operasional Turun
Total beban usaha yang dikeluarkan Garuda Indonesia selama kuartal ini naik menjadi USD718,35 juta, dibandingkan USD702,92 juta pada kuartal pertama 2024.
Baca Juga: Garuda Indonesia Dukung Kelancaran Mudik Lebaran 2025
Meskipun beban operasional penerbangan justru turun menjadi USD361,96 juta dari USD371,07 juta, dan beberapa beban lain seperti beban kebandaraan, administrasi, serta promosi juga mencatatkan penurunan
Namun, lonjakan pada beban pemeliharaan dan perbaikan yang mencapai USD156,19 juta dari sebelumnya USD123,86 juta menjadi salah satu penekan utama kinerja keuangan.
Beban pelayanan penumpang turut mengalami kenaikan menjadi USD49,61 juta dari USD43,91 juta. Sementara itu, beban keuangan naik menjadi USD124,56 juta dari USD119,88 juta, meski pendapatan keuangan ikut meningkat menjadi USD3,35 juta dari sebelumnya USD1,68 juta.
Baca Juga: Bencana Alam dan Low Season Turunkan Penumpang Udara
Struktur Neraca Masih Tekan Performa Keuangan
Secara struktural, posisi keuangan Garuda Indonesia masih berada dalam tekanan. Total ekuitas tercatat negatif USD1,43 miliar, lebih dalam dibanding akhir tahun 2024 yang sebesar minus USD1,35 miliar. Defisit akumulatif perusahaan juga membengkak menjadi USD3,58 miliar dari USD3,5 miliar.
Jumlah liabilitas Garuda Indonesia menyusut tipis menjadi USD7,88 miliar dari USD7,97 miliar. Sedangkan total aset tercatat mengalami penurunan menjadi USD6,45 miliar dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang berada di angka USD6,61 miliar.
Di tengah dinamika ini, Garuda Indonesia masih menghadapi tantangan berat dalam memperbaiki fundamental keuangannya agar mampu bersaing dan bertahan di tengah persaingan ketat industri penerbangan global.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi