Dolar AS Menguat, Rupiah Terkoreksi Imbas Negosiasi AS-China
JAKARTA, BursaNusantara.com – Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan pada awal pekan ini, terpengaruh oleh sentimen global yang dipicu hasil pertemuan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah spot ditutup melemah 0,51% ke posisi Rp16.604 per dolar AS pada Senin (12/5). Ini melanjutkan pelemahan dari akhir pekan lalu saat rupiah turun 0,10% ke level Rp16.520 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah rupiah di Jisdor Bank Indonesia tercatat melemah 0,21% menjadi Rp16.532 per dolar AS pada Jumat (9/5).
Negosiasi Dagang Jadi Pemicu Utama
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA/BBCA), David Sumual, menjelaskan bahwa tekanan pada rupiah berasal dari perkembangan negosiasi dagang AS-China yang digelar di Swiss pada akhir pekan.
Dalam pertemuan tersebut, kedua negara mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif impor secara signifikan. AS akan memangkas tarif dari 145% menjadi 30%, sementara China akan menurunkan tarif dari 125% menjadi 10%.
“Kesepakatan ini menandai langkah positif dalam meredakan perang dagang dan memberi sinyal stabilisasi bagi pasar global,” ujar David, Senin (12/5).
Namun, meskipun sinyal ini positif bagi sentimen investasi global, efek jangka pendeknya justru memperkuat posisi dolar AS.
Dolar Perkasa, Mata Uang Global Tertekan
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai bahwa penguatan dolar menjadi faktor dominan yang menekan rupiah.
Indeks dolar (DXY) tercatat menguat 1,57% ke level 101,9, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap prospek ekonomi AS pasca-negosiasi.
“Rebound kuat dolar AS menjadi faktor utama yang menekan rupiah hari ini,” jelas Lukman.
Proyeksi Kurs Rupiah
Untuk perdagangan Selasa (13/5), Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.500 hingga Rp16.700 per dolar AS.
Sedangkan David memperkirakan rentang pergerakan berada pada level Rp16.300 hingga Rp16.600 per dolar AS, seiring peluang masuknya kembali aliran modal asing setelah meredanya ketegangan dagang.
Rupiah kini menghadapi ujian dari faktor eksternal, meski ada harapan stabilisasi ke depan seiring arah kebijakan global yang lebih kondusif.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi