JAKARTA, BursaNusantara.com – Tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang terus melemah berpotensi menimbulkan efek lanjutan dalam bentuk inflasi impor atau imported inflation, terutama pada sektor-sektor yang bergantung pada barang impor.
Kondisi ini terjadi saat rupiah mengalami depresiasi, yang membuat harga barang impor menjadi lebih mahal dan pada akhirnya mendorong lonjakan harga barang dan jasa di dalam negeri.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, pelemahan rupiah akan memberi kontribusi nyata terhadap peningkatan inflasi dari sisi impor.
Ia juga menyoroti bahwa saat ini inflasi sisi penawaran telah melampaui inflasi sisi permintaan, menciptakan risiko rambatan harga ke berbagai komoditas lainnya.
Baca Juga: Dividen Interim ADRO Rp106,84/Saham, Laba Bersih Diproyeksi Anjlok
Inflasi Diproyeksi Naik, Masih dalam Target BI
Meski tekanan inflasi diprediksi meningkat, Josua menilai bahwa situasi tersebut masih terkendali. Ia memperkirakan inflasi pada akhir 2025 akan naik menjadi 2,33%, dari 1,57% pada akhir 2024.
Namun, angka ini masih berada di dalam rentang target Bank Indonesia, yaitu antara 1,5% hingga 3,5%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi kenaikan, inflasi masih dalam batas yang dapat dikelola oleh otoritas moneter.
Sikap Bank Sentral dan Risiko Global
Fithra Faisal Hastiadi, Kepala Ekonom Senior dari Samuel Sekuritas Indonesia, menilai bahwa tekanan inflasi tahun ini cenderung tetap moderat meskipun meningkat tipis.
Baca Juga: DBS Group Research: Ekonomi Indonesia 2025 Diproyeksi 5,1% Tumbuh
Ia menilai Bank Indonesia kemungkinan besar akan tetap menjalankan kebijakan moneter yang hati-hati.
Stabilitas nilai tukar dan pengendalian ekspektasi inflasi disebut sebagai dua fokus utama yang akan dipertahankan oleh bank sentral dalam menghadapi ketidakpastian global yang masih tinggi.
Fithra juga menekankan bahwa faktor geopolitik dan dinamika perdagangan internasional harus diwaspadai.
Ia menyebutkan bahwa kebijakan fiskal dan moneter ke depan perlu dirumuskan secara cermat agar ketahanan ekonomi nasional tetap terjaga meskipun berada dalam tekanan eksternal.
Baca Juga: Tesla Diguncang Isu Suksesi CEO, Elon Musk Bereaksi Keras
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi