Rupiah Hadapi Tekanan Global Menjelang Simposium The Fed
JAKARTA, BursaNusantara.com – Rupiah kembali berada di bawah tekanan pada perdagangan Selasa (19/8/2025) ketika pasar menanti arah kebijakan The Fed dalam simposium tahunan Jackson Hole.
Nilai tukar rupiah di pasar spot exchange tercatat melemah 35 poin atau 0,22% ke Rp16.233 per dolar AS pada pukul 09.06 WIB menurut data Bloomberg.
Indeks dolar AS justru naik tipis 0,07% ke 98,23 menandakan permintaan dolar masih kuat di tengah ketidakpastian global.
Pelemahan rupiah ini memperpanjang tren negatif sejak Jumat (15/8/2025) ketika sempat turun 53,5 poin atau 0,33% ke Rp16.168.
Pasar Global Menahan Diri
Pergerakan mata uang Asia cenderung konsolidasi pada sesi Selasa pagi menurut pantauan Trading View.
USD/KRW bertahan di level 1.388,50 sementara USD/CNH di 7,1866 menunjukkan stabilitas relatif menjelang keputusan penting The Fed.
AUD/USD juga tercatat flat di 0,6492 menandakan investor lebih memilih wait and see ketimbang mengambil posisi agresif.
Simposium The Fed di Jackson Hole selalu menjadi sorotan karena kerap memunculkan sinyal arah kebijakan moneter global.
Pasar kini menanti pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang dijadwalkan pada Jumat mendatang sebagai momen kunci.
Ekspektasi Pasar pada The Fed
Head of Market Economics NAB Tapas Strickland menyebut pasar memperhitungkan peluang pemangkasan suku bunga sebesar 20,9 basis poin pada September.
Ekspektasi penurunan suku bunga hingga akhir tahun bahkan mencapai total 53,3 basis poin menurut perhitungan pasar.
Peluang ini menjadi alasan mengapa sebagian investor tetap optimis terhadap aset berisiko meski rupiah sedang tertekan.
Namun, ketidakpastian apakah Powell akan memberikan sinyal dovish atau hawkish tetap menjadi faktor penahan pergerakan.
Dampak ke Rupiah dan Pasar Domestik
Pelemahan rupiah berpotensi menekan biaya impor dan menambah tekanan inflasi domestik di tengah kebutuhan energi yang masih tinggi.
Namun, posisi cadangan devisa Indonesia yang cukup besar memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi.
Investor domestik juga cenderung menunggu kepastian arah kebijakan The Fed sebelum mengambil langkah agresif di pasar valas.
Tekanan rupiah beriringan dengan sentimen eksternal, sehingga faktor global lebih dominan ketimbang fundamental dalam negeri.
Menanti Pidato Powell di Jackson Hole
Pasar menilai pidato Powell pada Jumat mendatang bisa menjadi turning point bagi arah pasar mata uang global termasuk rupiah.
Jika Powell menegaskan potensi pemangkasan suku bunga, rupiah berpeluang menguat karena dolar akan kehilangan momentum.
Sebaliknya, jika Powell tetap mempertahankan sikap ketat, tekanan rupiah bisa berlanjut hingga kuartal ketiga 2025.
Situasi ini membuat pekan ini menjadi krusial bagi rupiah, dengan volatilitas tinggi berpotensi terjadi pasca-simposium.
Pasar Indonesia kini berada di fase menunggu, mengantisipasi dinamika global yang ditentukan oleh satu pidato kunci The Fed.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.