Geser kebawah untuk baca artikel
PasarSaham

Saham Adaro Andalan Indonesia (AADI) Terus Anjlok, Apa Penyebabnya?

×

Saham Adaro Andalan Indonesia (AADI) Terus Anjlok, Apa Penyebabnya?

Sebarkan artikel ini
saham adaro andalan indonesia aadi terus anjlok apa penyebabnya t
Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) terus merosot, turun 5,88% pada 23 Desember 2024. Bagaimana prediksi harga batu bara dan kinerja keuangan AADI ke depan?

Saham AADI Terus Merah: Penurunan Harga Batu Bara dan Proyeksi Dividen

JAKARTA, Bursa Nusantara Official – Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) kembali mencatat penurunan signifikan sebesar 5,88% menjadi Rp 7.600 pada perdagangan 23 Desember 2024. Sebanyak 46,27 juta saham AADI ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai Rp 358,74 miliar. Penurunan ini melanjutkan tren negatif sejak 17 Desember 2024.

Sebelumnya, saham AADI sempat menyentuh harga tertinggi di Rp 11.375 pada 10 Desember 2024. Namun, setelah itu, saham emiten batu bara termal ini terus melemah. Saham AADI mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Desember 2024, menjadikannya salah satu debutan terbaru di pasar saham.

Proyeksi Harga Batu Bara Menekan Kinerja AADI

Analis CGS International Sekuritas Indonesia, Jacquelin Hamdani dan Nathania Giovanna Adjie, memproyeksikan harga batu bara akan melemah pada 2025. Harga batu bara diperkirakan turun dari US$ 135 per ton menjadi US$ 110 hingga US$ 95 per ton.

Menurut laporan riset mereka, tekanan harga ini disebabkan oleh potensi kelebihan pasokan (oversupply), yang akan membuat rata-rata harga jual (ASP) batu bara campuran Adaro Andalan menjadi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

“Pendapatan AADI diperkirakan turun 16% yoy menjadi US$ 4,4 miliar pada 2025, dan kembali turun 11% yoy menjadi US$ 3,9 miliar pada 2026,” ungkap para analis.

Meski menghadapi penurunan pendapatan, AADI meningkatkan produksi batu bara menjadi 66,9-68,3 juta ton pada periode FY25-FY26 untuk mengimbangi dampak pelemahan harga.

Dividen Tetap Menjanjikan

Di tengah proyeksi penurunan kinerja, AADI diyakini tetap memberikan dividen menarik. Analis memperkirakan rasio pembayaran dividen sebesar 40% untuk dua tahun mendatang. Ini mengimplikasikan imbal hasil (yield) sebesar 5,9-7% pada 2025, dan meningkat menjadi 6,9-7% pada 2026.

Prediksi ini didukung oleh pengalokasian dana sebesar US$ 450 juta untuk belanja modal (capex), termasuk pembangunan pembangkit listrik, serta pembayaran pinjaman senilai US$ 106 juta pada 2025.

Outlook Jangka Panjang

Meskipun dalam jangka pendek saham AADI mengalami tekanan, prospek jangka panjang masih didukung oleh komitmen perusahaan untuk mempertahankan dividen yang kompetitif dan meningkatkan kapasitas produksi. Namun, investor perlu mempertimbangkan dampak fluktuasi harga batu bara terhadap kinerja AADI secara keseluruhan.

Follow Channel Telegram Bursa Nusantara Official. Telegram Telegram