JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Pada perdagangan 9 Januari 2025, saham ADRO ditutup melemah 2,50% ke level Rp 2.340. Sebanyak 45,89 juta saham ditransaksikan dengan frekuensi 15.320 kali, mencatatkan nilai transaksi Rp 108,96 miliar.
Namun, yang lebih mencengangkan adalah data net sell asing yang mencapai Rp 17,7 miliar pada perdagangan yang sama. Dalam satu minggu terakhir, saham ADRO telah turun 7,14%, dan jika dilihat dari tiga bulan terakhir, penurunannya mencapai 38,74%.
Dampak IPO dan PUPS AADI pada ADRO
Salah satu faktor utama yang memengaruhi kinerja saham ADRO adalah langkah strategis perusahaan melepas sebagian besar saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) melalui IPO dan penawaran umum terbatas saham (PUPS). Sebelum transaksi ini, ADRO memegang 100% saham AADI. Kini, kepemilikannya tersisa 15,37%.
Langkah ini diperkirakan berdampak signifikan pada pendapatan dan laba bersih ADRO di masa depan. Berdasarkan laporan riset dari Macquarie, pendapatan ADRO untuk tahun 2025 diproyeksikan hanya sebesar US$ 2,4 miliar, turun drastis dibandingkan estimasi 2024 yang mencapai US$ 5,9 miliar. Adapun laba bersihnya diperkirakan anjlok dari US$ 1,39 miliar menjadi US$ 340 juta.
Harga Batu Bara Metalurgi Memburuk
Penurunan proyeksi kinerja ADRO juga disebabkan oleh ekspektasi penurunan harga batu bara metalurgi. Jenis batu bara ini merupakan salah satu produk utama yang dihasilkan oleh PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), anak perusahaan ADRO.
Dalam risetnya, Macquarie menurunkan proyeksi harga batu bara metalurgi sebesar 10% hingga 25% untuk periode 2025-2028. Penurunan ini turut memangkas target laba bersih ADRO hingga 26% untuk tahun 2025 dan 43% untuk tahun 2026.
Sisi Positif: Dividen dan Proyek Hijau
Meski banyak kabar kurang baik, ADRO masih memberikan kejutan positif ke pasar dengan mengumumkan dividen interim sebesar US$ 200 juta. Ini mencerminkan imbal hasil sebesar 4%, yang diambil dari laba bersih hingga September 2024. Cum dividen dijadwalkan pada 27 Desember 2024, dengan pembayaran pada 15 Januari 2025.
Selain itu, ADRO juga masih memiliki katalis positif dari proyek energi hijau yang sedang digarap. Namun, proyek ini belum dimasukkan dalam estimasi kinerja karena masih dalam tahap awal konstruksi.
Prospek Saham ADRO
Macquarie meng-upgrade rating saham ADRO menjadi netral dengan target harga Rp 2.500, naik dari target sebelumnya Rp 2.000. Hal ini mempertimbangkan faktor kepemilikan saham AADI, dividen interim, serta estimasi belanja modal (capex) yang baru.
Namun, risiko tetap ada, terutama jika harga dan volume penjualan batu bara metalurgi terus menurun atau jika proyek hijau ADRO mengalami penundaan.
Saham ADRO sedang menghadapi tantangan besar akibat berbagai faktor eksternal dan internal. Penurunan harga batu bara, pelepasan saham AADI, serta tekanan dari sisi pendapatan dan laba bersih menjadi katalis negatif utama. Meski demikian, langkah strategis seperti dividen interim dan pengembangan energi hijau menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki potensi di masa depan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi