JAKARTA, BursaNusantara.com – Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (7/5) berlanjut menguat meskipun sepanjang tahun ini mencatatkan kinerja negatif.
Pada akhir perdagangan, IHSG ditutup menguat 0,41% ke posisi 6.926,22, meski sejak awal tahun masih tercatat minus 2,17%.
Selama periode tahun berjalan, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) yang signifikan, mencapai Rp 52,44 triliun atau sekitar US$ 3,17 miliar.
Namun, pergerakan IHSG tetap terjaga berkat kontribusi saham-saham big caps yang mendominasi pasar saham Indonesia.
Saham-Saham Big Caps Penopang IHSG
Salah satu saham yang menjadi pendorong utama IHSG adalah PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Saham DCII mencatatkan lonjakan harga yang sangat signifikan sebesar 280,05% sejak awal tahun, dengan harga saham mencapai Rp 160.000.
Kenaikan ini berkontribusi sebanyak 155,78 poin terhadap IHSG. DCII, yang terafiliasi dengan Toto Sugiri, menjadi saham yang banyak diminati investor meski tidak mendapat dukungan dari investor asing.
Selain DCII, saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap IHSG dengan kenaikan 31,62% yang berujung pada kontribusi sebesar 45,25 poin.
Sementara itu, saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masing-masing berkontribusi sebesar 34,23 poin, 30,71 poin, dan 30,71 poin.
Sentimen Positif dari Kinerja Keuangan dan Harga Komoditas
Menurut Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, pergerakan saham-saham big caps ini didorong oleh kinerja keuangan yang solid serta faktor eksternal seperti kenaikan harga komoditas.
Ia juga mencatat bahwa beberapa saham seperti ANTM, TPIA, dan DSSA telah memasuki area overbought, sehingga rawan mengalami aksi ambil untung (profit taking).
Namun, menurut Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, lonjakan harga beberapa saham ini bukan hanya dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas, tetapi juga oleh faktor internal masing-masing emiten.
Misalnya, ANTM dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mengalami kenaikan seiring dengan lonjakan harga emas.
Sementara itu, DCII lebih dipengaruhi oleh jumlah free float saham yang terbatas, yang menyebabkan harga sahamnya lebih terkendali dan tidak terlalu dipengaruhi oleh pergerakan investor asing.
Saham Pilihan dengan Potensi Kenaikan
Berdasarkan analisis dari berbagai sumber, sejumlah saham yang menjadi penopang IHSG masih memiliki potensi untuk terus menguat.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, mencatat beberapa saham yang berpotensi naik, seperti GOTO, TPIA, ANTM, BRMS, PT Bank Permata Tbk (BNLI), dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU).
Menurut Nico, potensi kenaikan saham ini didorong oleh membaiknya fundamental yang akan memberikan pengaruh positif terhadap daya tarik membeli saham dalam jangka pendek.
Salah satu saham yang dipilih oleh Nico adalah GOTO, dengan target harga Rp 92, diikuti oleh BRMS dengan target harga Rp 490, TPIA dengan target harga Rp 9.300, dan RATU yang diprediksi mencapai Rp 5.800.
Sementara itu, Audi merekomendasikan beberapa saham untuk spec buy, seperti BNLI dan BRMS, dengan target harga masing-masing di Rp 2.600 dan Rp 460. Ia juga merekomendasikan buy on break untuk saham RATU dengan target harga Rp 6.900.
BRMS: Saham Emas dengan Potensi Terkendali
Ekky juga menyoroti BRMS sebagai salah satu saham yang menarik perhatian investor. Menurutnya, meskipun harga saham BRMS baru saja break out dari level Rp 400, saham ini menunjukkan tren bullish yang solid.
Ekky memprediksi bahwa BRMS berpotensi untuk trading jangka pendek dengan target harga terdekat di level Rp 450 per saham, dan target utama di Rp 500.
Dengan sentimen positif yang mengiringi harga komoditas dan perkembangan teknikal yang menggembirakan, BRMS menjadi salah satu saham yang menarik untuk diperhatikan oleh para investor dalam waktu dekat.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi