Geser kebawah untuk baca artikel
HeadlinePasarSaham

Saham Nikel: Masih Layak Masuk Portofolio di Tengah Tren Harga Lemah?

×

Saham Nikel: Masih Layak Masuk Portofolio di Tengah Tren Harga Lemah?

Sebarkan artikel ini
saham nikel masih layak masuk portofolio di tengah tren harga lemah kompres
Prospek saham nikel di tengah kelebihan pasokan global. Simak rekomendasi analis dan pilihan saham terbaik sektor ini.

JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Pasar nikel global tengah menghadapi tantangan berat dengan kelebihan pasokan yang terus berlanjut.

Analis CGS International Sekuritas memperkirakan tren harga nikel yang masih melemah, dengan perkiraan harga patokan nikel LME dan NPI untuk 2025-26F masing-masing turun 4-5% menjadi US$ 17.000/t dan US$ 12.000/t. Kondisi ini mencerminkan pertumbuhan yang stagnan dibandingkan tahun 2024.

“Kami memperkirakan situasi kelebihan pasokan nikel olahan global akan terus berlanjut hingga 2026F, meskipun pada tingkatan yang menurun,” ungkap analis CGS, Jacquelin Hamdani dan Nathania Giovanna Adjie dalam risetnya.

Menurut laporan BloombergNEF yang dikutip CGS, perlambatan ekonomi dan pasar properti China turut membebani permintaan stainless steel global pada 2023-24F.

Selain itu, pertumbuhan permintaan kendaraan listrik (EV) juga melambat sejak 2023, padahal kedua sektor ini merupakan konsumen utama nikel.

Kapan Harga Nikel Bisa Berbalik Arah?

CGS memperkirakan pasokan nikel global masih akan melebihi permintaan hingga 2027F sebelum akhirnya terjadi keseimbangan pasar.

Dengan demikian, kenaikan harga nikel diprediksi masih terbatas sebelum periode tersebut. Namun, CGS juga menilai bahwa potensi penurunan harga lebih lanjut juga kecil, mengingat harga nikel saat ini sudah mendekati level biaya produksi sejak 2023.

Rekomendasi Saham Nikel dari CGS International Sekuritas

Di tengah prospek yang kurang menggembirakan ini, CGS memberikan rekomendasi netral untuk sektor nikel.

Mereka menekankan bahwa pemilihan saham sebaiknya didasarkan pada kepemilikan cadangan bijih nikel yang cukup serta valuasi yang lebih mengandalkan proyek-proyek yang sudah ada dibandingkan yang masih dalam tahap pengembangan.

Saham Pilihan CGS:

  1. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
    CGS memilih NCKL sebagai saham unggulan sektor ini. Perusahaan ini memiliki operasi yang terintegrasi secara vertikal serta mampu mencatatkan margin EBITDA dan ROE tertinggi dibandingkan kompetitor. Dengan valuasi menarik di 6,2x FY25F P/E (vs. rata-rata sektor 17,7x), saham ini menjadi pilihan utama untuk investasi di sektor nikel.
  2. Rekomendasi Hold:
    CGS menyarankan untuk mempertahankan posisi di saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).
  3. Rekomendasi Reduce:
    Untuk saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), CGS menyarankan pengurangan posisi mengingat potensi tekanan harga yang lebih besar dibandingkan perusahaan lainnya.

Risiko yang Perlu Diperhatikan

CGS juga menyoroti beberapa faktor yang bisa mempengaruhi prospek saham nikel ke depan:

Upside Risks (Potensi Kenaikan Harga):

  • Regulasi atau kebijakan makro yang mendukung peningkatan pasokan, seperti persetujuan kuota produksi nikel Indonesia.
  • Stimulus ekonomi dari China yang dapat meningkatkan permintaan komoditas.

Downside Risks (Potensi Penurunan Harga):

  • Berkurangnya dukungan biaya untuk produksi NPI, yang bisa berdampak pada penurunan harga nikel.
  • Pelemahan permintaan global terhadap komoditas berbasis nikel.

Masih Layakkah Saham Nikel di Portofolio?

Di tengah tekanan pasar yang masih berlanjut, investasi pada saham nikel memerlukan strategi yang cermat. Pemilihan saham yang memiliki fundamental kuat seperti NCKL bisa menjadi opsi terbaik bagi investor yang ingin tetap terpapar di sektor ini.

Namun, dengan kondisi harga nikel yang diprediksi masih stagnan hingga 2027, investor perlu mempertimbangkan risiko yang ada sebelum menambah eksposur ke saham nikel.

Bagi investor yang sudah memiliki saham sektor ini, memegang posisi di ANTM, INCO, dan HRUM bisa menjadi strategi yang aman, sementara untuk MBMA sebaiknya dilakukan pengurangan kepemilikan.

Dengan analisis yang tepat, investor dapat tetap memanfaatkan peluang di sektor nikel meskipun harga komoditas ini masih dalam tekanan.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru