Geser kebawah untuk baca artikel
HeadlinePasarSaham

Saham PGAS Melonjak, Lo Kheng Hong Koleksi Banyak!

×

Saham PGAS Melonjak, Lo Kheng Hong Koleksi Banyak!

Sebarkan artikel ini
saham pgas melonjak lo kheng hong koleksi banyak kompres
Saham PGAS melonjak 6,27% pada 6 Januari 2025, ditransaksikan hingga Rp 116,95 miliar. Lo Kheng Hong menjadi pemegang saham besar di balik lonjakan ini.

JAKARTA, bursa.nusantaraofficial.com Saham PGAS Melejit, Apa Faktor Pendukungnya?

Harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) atau PGAS tiba-tiba melonjak tajam pada sesi pertama perdagangan 6 Januari 2025. Pada pukul 10.54 WIB, saham PGAS diperdagangkan di level Rp 1.695, mengalami kenaikan signifikan sebesar 6,27%. Lonjakan ini didukung volume transaksi yang mencapai 70,38 juta saham dengan nilai transaksi Rp 116,95 miliar.

Sebagai perbandingan, pada perdagangan 3 Januari 2025, hanya 18,5 juta saham PGAS yang ditransaksikan, dengan frekuensi 3.429 kali dan nilai transaksi Rp 29,71 miliar. Peningkatan drastis ini menarik perhatian para pelaku pasar.

Lo Kheng Hong, Pemegang Saham Besar PGAS

Investor kawakan Lo Kheng Hong tercatat sebagai pemegang saham PGAS nomor enam terbesar hingga 31 Oktober 2024. Ia memiliki 257.696.100 lembar saham PGAS, atau setara dengan 1,06% dari total saham perusahaan. Dengan lonjakan harga saham saat ini, portofolio Lo Kheng Hong diperkirakan mendapatkan keuntungan besar.

Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) dan Dampaknya

Salah satu pemicu lonjakan saham PGAS adalah kabar terkait Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Kebijakan ini sangat penting bagi industri keramik nasional, yang merupakan salah satu sektor pengguna energi terbesar. Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Edy Suyanto, berharap pemerintah segera memperpanjang kebijakan HGBT pada Januari 2025 untuk melindungi industri domestik.

Saat ini, harga gas regasifikasi melonjak hingga 16,77 dolar AS per MMBTU, lebih dari 2,5 kali lipat ketetapan HGBT sebesar 6,5 dolar AS per MMBTU. Edy menyebut harga ini sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara dan berpotensi merugikan industri keramik nasional.

Tantangan bagi Industri Pengguna Gas

Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), Yustinus Gunawan, menyatakan bahwa harga gas yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional pada 2025. Ia menegaskan bahwa pemerintah, melalui Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian, harus mengendalikan suplai gas untuk menjaga stabilitas harga.

Program HGBT mencakup tujuh subsektor industri, yaitu pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet. Kebijakan ini sangat vital untuk mendukung produktivitas dan daya saing industri dalam negeri.

Prospek Saham PGAS

Dengan berbagai sentimen positif, saham PGAS menarik minat investor. Meski demikian, pelaku pasar perlu mencermati perkembangan kebijakan pemerintah terkait harga gas. Stabilitas harga gas akan menjadi kunci pertumbuhan PGAS di tahun 2025.

Sebagai emiten yang memiliki peran strategis dalam sektor energi nasional, PGAS memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Namun, volatilitas harga gas dan kebijakan terkait akan menjadi tantangan utama yang harus diantisipasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di:

LinkedIn X Telegram Discord Whatsapp Channel

Disclaimer: Artikel ini hanya bertujuan untuk menyampaikan informasi terkini di pasar saham. Tidak ada ajakan atau rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Para pembaca diharapkan melakukan analisa sendiri atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil keputusan investasi.